Pengalaman nikmat kemarin di kamar mandi, akupun mengambil sabun. Kembali Aku melakukan masturbasi seperti kemarin. Kalau kemarin Aku “menemukan” cara enak ini tak sengaja ketika sedang mandi, kali ini aku melakukannya dengan melihat gambar dada dan sambil membayangkan Tante. Juga seperti kemarin, setelahnya kurasakan rasa bersalah telah melakukan ini sambil membayangkan buah dada Tante…
Selain rasa bersalah itu, ada hal lain yang mengganggu pikiranku. Beberapa hari lalu ketika Aku menemukan gambar2 paha dari majalah mode kemudian hari berikutnya diikuti oleh “suguhan” paha Tante dihadapanku. Kemudian ketika Aku mengintipi buah dada Tante, diikuti oleh penemuanku pada lembar-lembar dari majalah luar yang menyuguhkan buah dada juga.
Apakah ini suatu kesengajaan ?
Kalau ya, siapa yang menyimpan gambar2 itu di rak buku ?
Atau hanya suatu kebetulan belaka ?
Memang aku belum meneliti keseluruhan isi rak buku itu. Bisa saja kedua paket lembaran2 majalah tadi memang sudah ada di situ. Aku mengambil kesimpulan memang hanya kebetulan saja, sebab Aku tak menemukan siapa yang sengaja menaruh gambar2 itu dan alasan yang masuk akal tentang maksudnya.
***
Hari2 pada minggu berikutnya Tante malah lebih sering tampil dengan daster yang tertutup. Bagian atas yang berlengan dan tidak rendah serta bagian bawah yang dibawah lutut. Kecuali sekali ketika aku pulang sekolah mendapati Tante sedang memotong pola2 baju di atas hamparan karpet di ruang tengah. Mengenakan daster panjang tapi bagian dada yang rendah. Dengan posisi tubuh yang membungkuk mengunting pola, jelas saja belahan buah dadanya tampak jelas dihadapanku. Aku sempat berhenti sejenak mengamati dadanya sebelum akhirnya aku sadar dan cepat2 masuk kamar.
Tapi di dalam kamar aku gelisah. Bayangan kedua bulatan di dada Tante tak mau pergi dari kepalaku. Ini yang mendorongku untuk keluar kamar sambil membawa buku dan duduk di ruang tengah. Kurang ajarnya Aku, kursi yang kududuki tepat di depan Tante yang sedang membungkuk-bungkuk menekuni pola-pola baju.
Setelah berbasa-basi sebentar Aku merasa tak enak sendiri. Sambil menggunting-gunting Tante sesekali nanya2. Tak enak begini terus, aku bangkit.
“Hidupin TV ya Tante”
“Silakan aja, pake bilang segala”katanya.
“Siapa tahu mengganggu Tante”
“Engga kok”
Kuambil remote control yang terletak di meja pinggir, dan memang aku keponakan yang kurang ajar, aku kembali lagi duduk ke kursi yang tadi. Setidaknya Aku punya alasan, karena di kursi itulah yang paling pas kalau nonton TV (disamping mengintipi dada….).
Jelas saja panisku menegang.
Tak boleh aku begini terus, ini harus dihentikan sebelum Tante, apalagi Oom, tahu kekurangajaran keponakannya. Maka kualihkan perhatianku ke buku. Aku membaca dan mencoba mati2an berkonsentrasi kepada isi buku. Setelah kurasakan di celanaku mulai normal, Aku pamitan ke Tante.
“Mau kemana?”
“Ada PR Tante…”
Aku cepat2 masuk kamar, khawatir punyaku bangun lagi melihat belahan putih itu.
Justru di kamar aku kembali terbayang-bayang oleh apa yang tadi kulihat. Kamu harus kerjakan PR. Ah, itu bisa nanti malam saja. Gambar2 dada lebih menarik. Aku tak bisa menahan diri untuk tak mengambil gambar2 dada bule, juga tak mampu menghentikan langkah kakiku ke kamar mandi. Dan akhirnya aku “kencing enak” lagi. Juga diikuti rasa sesal sesudahnya…
Setelah melakukan onani yang ketiga kalinya kemarin, aku benar2 bertekad untuk menghentikannya. Pulang sekolah setelah makan Aku langsung masuk kamar mengerjakan PR. Selesai, disambung baca buku sampai menjelang sore. Aku tak ke ruang tengah, tapi pamitan Tante untuk ke luar rumah. Untunglah Aku sudah banyak kenalan remaja2 tetangga. Mereka baik-baik, mungkin karena Oom dan Tante terkenal sebagai sepasang suami-isteri yang baik hati dan mau membantu.
Di dekat rumah, berjarak 3-4 rumah ada tanah kosong yang dibuat lapangan voli. Biaya untuk membangun lapangan voli seluruhnya dibayar oom. Remaja di situ mengajakku untuk gabung latihan voli. Walaupun Aku bilang tak bisa dan belum pernah bermain voli, mereka memaksaku. Tubuhku yang tinggi dan lumayan kekar modal yang bagus untuk menjadi pemain voli. Itu kata merteka. Sejak itulah Aku punya kegiatan rutin latihan voli. Dan kata mereka pula, aku cepat belajar, sebagai tukang smes yang andal.
Kegiatan ini membantuku untuk tidak melulu berpikiran tentang paha dan dada Tante. Aku begitu sibuk tak sempat lagi duduk2 melamun jorok. Bahkan sudah seminggu ini Aku tak melakukan onani. Ini membuatku segar. Memang kadang2 aku tergoda. Selain ada tim putra, telah dibentuk juga tim putri. Kami bergantian memakai lapangan. Sambil menunggu tentu saja aku menonton tim putri berlatih. Salah satu pemain, Ratih, SMA kelas tiga, dengan kaosnya yang ketat menonjolkan buah kembarnya. Apalagi kalau dia meloncat memukul bola, kedua “bola”nya ikut berguncang.
“Kak Ratih bagus smesnya”kataku memuji.
“Ah kamu …..”katanya sambil senyum, manis banget.
Tapi aku tak boleh berlarut, aku harus ingat pada niatku untuk menghapus pikiran2 buruk yang selama ini menggangguku. Niat yang kuat memang mampu mengalahkan pikiran ngeres. Hanya sesekali saja aku menikmati “bola2” Kak Ratih.
Sejauh ini niatku untuk “kembali ke jalan yang benar” telah berhasil. Sudah jarang menatapi tubuh Tante di ruang tengah, tak pernah lagi masturbasi, dan tak ada lagi rasa bersalah. Sampai pada suatu siang ….
Pulang sekolah seperti biasa Aku masuk dari pintu depan kemudian ke ruang tengah. Jantungku berdegup.
Di atas karpet Tante tergolek terlentang. Posisi kakinya ada di dekat tempatku masuk dan posisi kepalanya ke arah jauh. Wajahnya tertutup majalah. Yang membuatku kaget, hampir seluruh paha Tante terbuka. Apalagi sebelah kakinya bertekuk sampai paha bagian belakangnya nampak. Daster yang dia kenakan adalah yang model di atas lutut. Aku hafal warna dan motif bunga2nya.
Dada yang menjulang itu turun naik seirama nafasnya. Kudengar dengkuran amat halus. Tante ketiduran ketika membaca majalah, pikirku. Ah…. paha itu begitu menggoda. Aku menatapinya. Paha yang putih dan mulus. Aku lihat sekeliling, jangan2 ada orang yang melihatku menatapi paha Tante. Mang Kanda tadi di depan sedang mencabuti rumput2 liar. Mbak Mar seperti biasa di belakang. Terjadi perang dalam diriku. Antara keinginan kuat menikmati paha dengan kekhawatiran tiba-tiba Mbak Mar ke ruang tengah
0 Komentar