Ada seseorang disana yang harus membayar deritaku ini, orang yang telah membuatku tidak berani bertahan disisi orang yang kusayangi, orang yang telah membuatku tidak lagi bisa meneruskan garis keturunan keluargaku, mereka akan membayar semua ini, aku akan membuat mereka membayar dengan airmata dan darah. Akhirnya setelah sekian lama, aku kembali lagi kesini, Bali tempat sebagian besar hidupku kujalani.
"ibu Yuni.." tanya seorang pria yang membawa papan bertuliskan namaku ketika ku hampiri.
"iya " jawabku
Ia lalu mengambil tas yang kupegang.
"saya Giman bu, saya yang akan jadi sopir ibu.." katanya mengenalkan diri, usia nya mungkin sama denganku, kulitnya hitam, asalnya dari jogja. dari bandara aku langsung menuju rumahku, sudah sangat kangen dengan papa dan mama. Tangis haru mewarnai pertemuanku dengan kedua orangtua ku, mereka memang sudah tahu semua yang terjadi padaku, bahkan mama juga pernah melabrak ibunya Astri setelah tahu bahwa ko Andrew menceraikanku dan menikahi Astri, aku dapat merasakan betapa terpukulnya mereka.
Kuputuskan untuk menginap disini dulu melepas semua kangen dan sedikit belajar tentang manajemen hotel pada papa, hotel punya orangtuaku ini adalah hotel kecil namun posisinya, tepat ditepi hamparan pasir pantai, papa juga bercerita bahwa ko Andrew sempat berniat mengambil hotel ini, untung lah papa bisa mengembalikan bantuan modal yang pernah diberikan perusahaan ko Andrew dulu. Sungguh tak bisa diceritakan betapa nyamannya duduk dihamparan pasir ini, memandang laut yang luas..
"nak Yuni..." suara seorang wanita memanggilku dan aku sangat terkejut ketika melihat siapa wanita itu.
"ibu..!" ucapku setengah berteriak ketika melihat sosok paruh baya itu yang tak lain adalah ibunya Astri.
"maafkan Astri ya nak.. Ini semua salah ibu yang tidak bisa mendidiknya dengan benar, ibu tidak menyangka dia bisa seperti itu sama nak Yuni.." ucapnya dengan nada penuh penyesalan.
Aku sedikit heran mendengarnya, dan semakin heran ketika melihatnya masih membawa keranjang berisi sovenir.
"ibu masih jualan souvenir..?" tanyaku,
"iya nak" jawabnya pelan.
Aku sangat akrab dengan keluarga Astri, aku tahu bagaimana sifat ibunya,
"ibu gimana kabarnya sehat..?" tanyaku mengalihkan pembicaraan,
"sehat nak.." jawabnya, aku dekati dia, kupeluk tubuhnya,
"udah lama banget ya kita ga ketemu, Yuni kangen makan petis bikinan ibu.." kataku,
ia terdiam air mata menetes diwajahnya, kuusap dengan tanganku.
"Yuni udah ga apa-apa, ibu jangan banyak pikiran nanti sakit.." ucapku.
Ia hanya mengangguk
" terimakasih nak,." katanya terisak.
"ibu.." kami tersentak sejenak, ternyata seorang gadis muda " Diah.." aku mengenalinya, dia adiknya Astri, wajahnya terlihat ketakutan, aku yakin diusianya sekarang ia pasti sudah tahu dan mengerti apa yang terjadi antara aku dan kakaknya.
"Enggak kangen sama cici..? Kataku menyapa nya, ia memandang ibu nya, dan mendekatiku, kupeluk dia, dulu memang kami cukup dekat, ternyata Diah juga berjualan souvenir membantu ibunya seperti Astri dulu, Diah sudah lulus sma dan tidak kuliah, aku yakin jika ia mau kuliah Astri pasti akan membiayainya, kurasa ibunya lah yang melarang. ketika ku tawarkan akan mencarikan pekerjaan ia terlihat sangat senang. Bersiaplah Astri, pertama-tama akan kubuat kau kehilangan keluargamu
0 Komentar