Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Alfi dan Bu Niken part 5



Setelah kedua perempuan itu berlalu Ia bergegas mengunci pintu depan agar kejadian barusan tidak terulang lagi. Niken menatap Alfi kesal kedua tangan wanita itu berkacak di pinggang. Niken adalah wanita berperangai halus sungguh mengherankan jika emosinya begitu gampang meledak. Ada perasaan yang aneh muncul dengan sendirinya, Ia tidak suka melihat kedua perempuan tadi menyapa Alfi, mungkinkah ia dibakar api cemburu… tidak mungkin…mungkin ia hanya prihatin terhadap perjalanan nasib anak itu, begitu banyak pertanyaan yang timbul dalam benaknya namun Niken masih tak menemukan jawaban. Tanpa Niken sadari rasa simpatinya terhadap Alfi selama ini berubah menjadi kasih sayang. Secara visual Alfi tidak memiliki daya tarik fisik bagi kaum perempuan, wajah tidak bisa dikatakan tampan, tubuh kurus kering, kulit hitam, pakaian selalu lusuh namun di balik itu bola mata yang yang bening masih begitu polos penuh kejujuran. Ia mau mengakui semua perbuatannya. Sedangkan Alfi meski ia masih di bawah umur ia begitu menunjukan perhatian serta kejujuran nya pada Niken. Bahkan terkadang ia seolah ingin melindunginya. Caranya yang polos saat ia menunjukan kasih sayangnya pada Niken. Hal-hal seperti itu tak Niken temukan pada sosok Donie tunangannya. Kembali pada keadaan di kamar cottage, wajah Niken cemberut menunggu jawaban penjelasan Alfi.

“Alfi ngga pernah mengundang mereka bu, mungkin tamu lain yang salah masuk kamar soalnya Alfi lihat keduanya lagi teler” ujar anak itu.

“Betul kamu ngga pernah boking cewek selama kamu di sini?”

Alfi mengangguk

“Alfi sudah janji sama kak Sandra, kak Dian dan kak Nadin, Alfi ngga bakalan ‘jajan’, Alfi ngga mau tertular penyakit” ujarnya polos

Niken lega ia yakin Alfi tidak berbohong padanya.

“Ya sudah Fii, baiknya kita pulang sekarang..” ujar Niken.

Ia harus bergegas membawa Alfi pulang agar tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat mereka hanya berdua dan berada jauh dari orang lain. Siapa tahu ada orang jahat mengincar mereka.

 

“ibu ngga usah takut . Di sini aman kok yang tadi itu cuma kebetulan dan mereka bukan orang jahat”

“Tapi kita ngapain lama-lama di sini Fi? Ayo dong ikut ibu”

“satu minggu Alfi menunggu dan berharap ibu akan datang menemui Alfi, ternyata harapan itu sudah menjadi kenyataan, kini Alfi tak mau berpisah lagi dari ibu….Alfi sayang…..cinta sama ibu dan Alfi belum mau pulang sebelum……”

“Sebelum aapa Fii?…”

Sebelum Alfi .. intimi ibu sama seperti Alfi mengintimi kak Sandra dulu di ranjang ini ”ujarnya sambil menatap mata Niken dalam-dalam.

Alfi mengungkapkan seluruh isi hatinya. Ia tak kuatir Niken akan menamparnya lagi seperti tempo hari.

Deg… Anak ini…rupanya masih tak mau menyerah untuk mendapatkanku pikir Niken. Niken kaget mendengar pengakuan Alfi yang blak-blakan. Bahkan di saat-saat seperti ini anak itu masih sempat-sempatnya merayu. Tak cukupkah kehadiran Sandra dan wanita lain bagi anak itu?. bahkan Ia masih menginginkan dirinya. Ada perasaan aneh menjalarinya ketika teringat persetubuhan Alfi dan Sandra tempo hari. Dan kembali celana dalamnya membasah.

 “Ng..ga bolehh Fi, iibu masih.. suci. Lagian ibu sudah resmi bertunangan. Ibu sudah berjanji padanya untuk memberikan milik ibu kepadanya, itupun setelah kami resmi menikah, kamu mau mengerti posisi ibu kan?” ujar Niken setengah berbisik.

Ia berusaha menghindar meski ada bagian dari dirinya yang memberontak pada keimanan dan akal sehatnya. Kegelisahannya tentu saja terbaca oleh insting Alfi.

“Kalau begitu boleh kan Alfi minta yang lainnya bu?”

“y..yangg lainnn A..paa?”

“Semuanya kecuali ‘satu itu’ boleh kan Bu?”

Belum sempat Niken menjawab, Anak itu menekan tombol lampu kap di sampingnya sehingga menerangi kamar itu. Dan saat itu Alfi membuang selimut yang menutupi tubuhnya ke lantai.

“Ohhh!!!” Niken terkejut melihat kondisi Alfi yang ternyata sudah tak dilekati sehelai benangpun.

Semua lekuk tubuh telanjangnya jelas terlihat tersorot oleh sinar lampu. Ternyata Alfi sudah bugil sejak pertama ia datang tadi. Hanya saja ia menutupinya dengan selimut ditambah dengan kondisi kamar yang begitu gelap membuat Niken tak menyadarinya.

Niken segera memalingkan wajahnyanya, tiba-tiba ia merasa jengah melihat tubuh Alfi yang telanjang. Meski Alfi masih tergolong ABG namun apa-apa yang dimilikinya sudah tumbuh sempurna. Sekejap Niken masih sempat melihat kejantanan anak itu yang besar dan hitam.

 

Secara fisik ia terlihat tak berbeda dengan anak lain seusianya, namun tidak demikian pada bagian vitalnya. Benda itu membesar dua kali lipat ukuran normal. Bertahun-tahun dalam pengaruh lingkungan yang buruk telah membuat ia terpaksa menjadi lelaki dewasa secara instant. Pada tubuh kecilnya itu tersimpan energi untuk menaklukan para wanita di atas ranjang. Tak terhitung berapa pelacur ia tiduri sejak umur 7 tahun hingga saat ini, bahkan saat ini ia tidur dan tinggal satu atap dengan tiga orang wanita yang cantik bak bidadari Sandra, Dian dan Nadine. Semua wanita yang pernah bercinta dengannya berhasil di buatnya tergila-gila akan kejantanannya. Belum hilang rasa terkejutnya tahu-tahu anak itu sudah begitu dekat di hadapannya.

“Ibu cantik sekali..” ucap anak itu singkat.

“fii kamuu…ngga bolehhh…” hanya itu yang terucap

Alfi mengamati wajah cantik di hadapannya. Niken hanya diam saat Alfi menyentuh pipinya dengan jari-jemarinya. Namun ketika jemari itu bergerak menyentuh telinganya tubuhnya menggigil.

“Ahh Fiii…” Niken mendesah pelan ada perasaan yang aneh merayapi dirinya.

Posting Komentar

0 Komentar