Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Cerita dewasa Alfi dan Bu Niken part 1


Rok Niken terangkat sedikit di atas lutut ketika dia menyilangkan kakinya yang panjang semampai membentuk betis yang indah. Bu Niken, guru Bahasa Indonesia itu sibuk menerangkan pelajaran di depan kelas namun pikiran Alfi tak sedikitpun menyimak pelajaran. Matanya mengikuti kemanapun tubuh semampai itu bergerak. Alfi tidak punya otak yang pandai, modalnya hanyalah sperma yang terus berproduksi. Namun Alfi tidak juga dapat disalahkan, Niken memang luar biasa menarik, apa-apa yang dimilikinya sanggup membuat lelaki manapun bertekuk lutut. Ia memang primadona di sekolah itu. Tidak hanya murid laki-laki tapi para guru pun tak dapat melepas pandangannya saat melihat wanita itu. Niken berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut hitam terurai sedada dan berumur 25 tahun. Seorang sarjana sasra lulusan dari perguruan tinggi terkemuka. Lajang yang dua bulan lagi dipersunting seorang pengusaha muda kaya. Satu jam pelajaran terasa singkat bagi Alfi.

“Uuuu… sudah bel” gerutunya

Beruntung bagi Alfi ia duduk di persis depan meja guru. Posisinya paling dekat. Matanya sesekali menatap tonjolan indah pada dada Niken. Meski menghayalkan tubuh indah sang ibu guru namun ia harus tetap berhati-hati mencuri pandang agar Niken tak curiga. Tapi penisnya terasa nyeri akibat mendesak celana seragam sempitnya. Itu memang celana pendek yang sesuai bagi anak seusia Alfi tapi tidak untuk anak itu. Benda itu tumbuh sedemikian besar setelah bertahun-tahun di pakai ngentot. Alfi juga ingat bagaimana telatennya Sriti dulu mengocok penisnya mempergunakan ramuan campuran air teh basi dan beberapa jamu-jamuan.

“Untuk apa campuran ini kak?” tanya anak itu bingung, ia sungguh tak menyukai aroma yang hinggap di hidungnya.

“Biar punya kamu tambah gede dan kamu bakal menaklukan banyak wanita kelak Fii” ujar Sriti saat itu.

Setiap pagi barangnya digodok dengan ramuan itu, Bertahun-tahun kemudian baru terlihat manfaatnya. Penisnya tidak hanya bertambah besar dan panjang, namun efek ramuan itu juga membuat otot-otot tetap kaku setelah berejakulasi.

 

“Uh sakit” keluhnya

Anak itu kesal, napsunya yang memuncak tak dapat ia salurkan sementara Sandra sedang ke kota G bersama suaminya Didiet. Nadine sudah dua hari ini terserang flu demam dan Dian sedang halangan. Masih terngiang ucapan Nadine pagi tadi sebelum ia berangkat ke sekolah

“maaf ya Fi, kakak belum bisa ngasih kamu pagi ini, tubuh kakak masih lemas.” ujar Nadine berusaha memberi pengertian.

“kalau kamu mau biar kakak oral, mau?” ujar Dian nampak iba

“Ngga usah kak, biar Alfi tahan”

Kedua wanita itu tersenyum geli melihat Alfi pergi ke sekolah dengan muka cemberut.

Alfi memang memiliki libido tidak normal dan nyaris tak terkendalikan, spermanya terlalu cepat berproduksi hingga testisnya bagai tak dapat menampungnya. Sandra dan kedua sahabatnya nyaris kewalahan meski Alfi mengiliri mereka bertiga setiap malamnya. Ketika pelajaran usai, Alfi seperti enggan untuk cepat pulang ke rumah. Ia tahu ke dua bidadarinya belum bisa ia jamah. Ia duduk satu persatu para siswa pergi meninggalkan sekolah semakin lama semakin sepi hingga akhirnya tinggal ia sendiri duduk sambil merenungi perjalanan hidupnya yang beruntung. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sosok makhluk cantik yang selama ini di pujanya. Niken baru keluar dari kantor, sepertinya ia baru selesai mengkoreksi ulangan kelas Alfi tadi dan akan pulang. Saat melangkah pada sebuah anak tangga, wanita itu tiba-tiba terhuyung jatuh. Alfi secara reflek memburu ke sana untuk membantu. Niken terpleset dan pergelangan kakinya terkilir hingga ia tak mampu berdiri

“Aduhh..duhh..” erangnya saat sakit menjalar pada bagian yang terkilir tadi.

“Bu mari Alfi bantu” ujar anak itu iba melihat gurunya yang cantik itu merintih kesakitan.

Beruntung ia belum jauh dari kantor. Alfi membantu wanita itu bangkit dan menuntunnya perlahan duduk di bangku.

“ibu tunggu disini Alfi cari air hangat buat kompres”

Belum sempat Niken mencegahnya Anak itu sudah lenyap ke balik pintu. Dua menit kemudia ia kembali dengan sebaskom air hangat dan balsam. Alfi lalu meletakan baskom berisi air hangat di lantai.

“bu masukan kaki ibu ke air nanti Alfi urut yang terkilir tadi”

Sebenarnya Niken agak jengah diperlakukan seperti itu. Namun ia menghargai usaha Alfi yang sudah bersusah payah mengobatinya. Lagian kakinya memang terasa sakit sekali.

 

“pelan-pelan ya Fi…” ujarnya lirih

Alfi mengurut lembut pergelangan kaki Niken. Tangannya gemetar saat bersentuhan dengan kulit halus wanita itu. Sekilas ia melirik lutut hingga ke ujung jari yang dekat sekali dengan wajahnya. Semuanya terlihat begitu indah bahkan tercium bau harum berasal dari tubuh wanita itu.

“untung tidak parah, sepertinya ibu cuma terkilir tidak sampai retak atau patah”

Pijatan Alfi membuatnya agak nyaman dan perlahan rasa sakitnya mulai reda.

“Gimana ulangan yang ibu kasih tadi, kamu bisakan?” tanya wanita itu memecah kekakuan

Anak itu hanya menggeleng

“Soalnya susah banget bu. Alfi tadi cuma bisa jawab sedikit-sedikit” 

“Loh.. kamu ngga belajar semalam ya?”

“Belajar kok bu, tapi kata temen-temen yang lain soal ulangan tadi memang susah sekali”

“Uh Cape ibu ngajarin kalian, kalau begini terus ibu mau berhenti ngajar saja!”

“kalau gitu Ibu jadi foto model atau bintang film saja, ibu kan cantik”

“Idihh.. kamu kok ngomong ngelantur, kamu tahu bicaramu terdengaran ngegombal”

“Tapi Alfi bicara apa adanya, ibu memang cantik.”

“masa?”

“semua orang di sekolah juga tahu ibu cantik”

“begitu ya?”

“Betul bu, bahkan banyak pak guru yang suka sama ibu”




Posting Komentar

0 Komentar