Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

kekecewaan seorang istri #4



“Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini.”

“Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok.”

“Ini soal suami aku pak.”

“Ada apa dengan suaminya?”

“Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya.”

“Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo Vivi ngobrol ke aku.”

“Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri.”

“Trus kenapa?”

“Aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yang bagus adalah orgasme yang dialami oleh keduanya.”

“Trus letak permasalahannya dimana?”

“Mengenai orgasme, aku sampai dengan saat ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya.”

Aku sama sekali nggak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal.

“Masa sih vi, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yang barusan kamu bilang?”

“Betul pak, kebetulan aku ngobrolin masalah ini dengan bapak, jadi setidaknya bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki.”

“Ya, gimana ya, sekarang kan suami Vivi lagi nggak ada, seharusnya waktu suami Vivi ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu”

“Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami.”

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa terasa pula kami sudah sampai didepan rumah Vivi, Aku bermaksud mengantar dia sampai depan pintu rumahnya.

“Tidak usah pak, biar sampai sini saja.”

“Nggak apa-apa, takut ada apa-apa biar aku antar sampai depan pintu.”

Dasar, kakiku menginjak sesuatu yang lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setelah sampai di teras rumahnya kulihat kakiku, ternyata yang kunjak tadi adalah sesuatu yang kurang enak untuk disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.

“Aduh Pak Nendi, gimana dong itu kakinya.”

“Nggak apa-apa, nanti aku cuci kalo udah nyampe rumah.”

“Dicuci disini aja pak, nanti nggak enak sepanjang jalan kecium baunya..

Posting Komentar

0 Komentar