“Tak ada yang perlu engkau kuatirkan, janinmu dalam keadaan sehat” ujar Lila pada Niken.
“Ada baiknya memasuki trismester pertama ini kalian jangan terlalu banyak berhubungan intim dulu agar tak membahayakan janin di dalam kandunganmu ”tambahnya lagi.
Bagi Lila, pasangan Niken dan Donnie adalah merupakan pasangan yang aneh, seperti halnya Didiet dan Sandra. Mereka semua menjalani kehidupan kamar tidurnya dengan cara yang aneh. Mungkin orang lain menganggap prilaku mereka ‘menyimpang’ ‘abnormal’ atau ‘sakit’. Bahkan Lila juga mengetahui bahwa bayi yang dikandung Niken bukanlah berasal dari Donnie dan siapa bapak biologis sesungguhnya meski terlihat keduanya sangat berbahagia. Namun Lila tetap bersikap profesional dengan menjaga kerahasiaan masalah pasiennya apalagi Niken merupakan sahabat akrabnya sejak SMU dulu.
“La, kapan kamu menyusul aku?” Tanya Niken disaat Lila sedang memeriksa perutnya yang mulai membuncit
“Eng..a.pa?”
“Ah engkau ini.. tentu saja maksudku menikah!”
“me.nikaah?”
“Iya menikah…dan punya anak”
“a..ku..belum memikirkannya Nien”
Lila merasa aneh karena baru pagi tadi ibunya menelpon dirinya juga menanyakan hal sama padanya.
“Kok bengong La?”
“Eh..a…ya” Lila baru tersadar saat Niken menegurnya.
“Kamu melamun memikirkan omonganku tadi ya?”
“He e…tadi ibu memintaku pulang ke kota H beberapa hari. Aku tahu ia pasti ingin membicarakan masalah yang kau katakan barusan”
“Bukankah itu merupakan sebuah niat yang baik kan? Lantas kenapa kamu terlihat murung La? Apakah kau masih juga memikirkan kegagalan hubunganmu dengan Erik dulu?”
Lila menghela napas, tatapannya menerawang ke arah jendela. Kejadian di masa-masa SMU sepuluh tahun yang lalu seolah kembali muncul membayang di kepalanya bagaikan adegan-adegan slide. Erik pemuda tampan, anak seorang pejabat tinggi kota H yang saat itu menjadi tambatan hati Lila. Cinta Lila bersemi layaknya gadis remaja lainnya.
Hingga pada suatu hari Lila tak sengaja memeregoki Erik sedang bercumbu mesra dengan seorang gadis lain di dalam ruang UKS. Gadis itu tak lain adalah Elena juga merupakan seorang gadis yang popular di sekolahnya. Jika dibandingkan dengan Lila jelas Elena unggul dari segi penampilan fisik. Elena seorang anak yang modis dan menonjolkan keindahan tubuhnya buat menarik perhatian kaum lelaki. Dengan rok mininya ia selalu membuat jakun para siswa lelaki naik turun karena berulang-ulang meneguk air liur. Sedangkan Lila lebih mengandalkan kecerdasan otaknya di sekolah. Sebenarnya Lila lebih cantik dan memiliki bentuk fisik yang lebih baik dari pada Elena namun ia bukanlah type gadis pesolek. Ia adalah seorang kutu buku yang betah bergelut di laboratorium biologi dan perpustakaan selama berjam-jam, rambut kepang dan kaca mata tebalnya itu menutupi semua kecantikannya. Kepergok berselingkuh bukannya meminta maaf, Erik malah meninggalkan Lila dan lebih memilih Elena yang ‘panas membara’ itu sebagai pacarnya. Betapa hancurnya hati Lila saat itu. Kekecewaan dalam cinta pertamanya terasa begitu menyiksanya. Satu-satunya sahabatnya yang ia percayai sebagai tempat mencurahkan isi hatinya hanyalah Niken. Sejak peristiwa tersebut Lila-pun tak pernah lagi menerima cinta pria lain di hatinya. Ia telah memutuskan telah menutup pintu hatinya rapat-rapat bagi setiap cinta yang datang.
“Entahlah Nien… hatiku masih terasa sakit bila teringat lagi akan peristiwa itu”
“Selama ini kamu terus sibuk meniti kariermu dan kejadian itu sudah lama berlalu. Tak ada salahnya jika sekarang kau berusaha membuka hatimu lagi bagi seorang lelaki, La”
“Aiihhh…Kita lihat saja nanti…yang jelas aku harus memiliki jawaban yang tepat saat bertemu ibu besok”
“O ya La, Kebetulan Alfi juga berada di kota H sejak seminggu yang lalu. Kasihan dia, Ibunya baru meninggal dunia. Mungkin kamu bisa mengajaknya pulang bersamamu ke sini bila urusanmu telah selesai”. Ujar Niken
“Ngga masalah Nien, aku akan menghubunginya setibaku di sana”
**************************
Kota H,
Wanita tua itu terlihat begitu bahagia saat melihat kedatangan putri sulungnya itu. Lila memang seorang putri yang sangat membanggakan buatnya. Cantik, cerdas dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga. Namun yang menjadi kekhawatiran ibu Lila karena sampai dengan saat ini tak terlihat tanda-tanda anak gadisnya itu akan menikah meski usianya merambat ke kepala tiga bahkan setelah adiknya Lidya menyelesaikan kuliahnya dan sudah memperoleh pekerjaan sekalipun. Jangankan memikirkan untuk menikah pacarpun ia tak punya. Lila bukanlah seorang gadis yang tak laku-laku. Penampilan fisik yang indah sempurna serta karier yang baik menjadikan Lila sebagai figure seorang istri yang sangat diidamkan oleh banyak pria. Sayangnya kegagalan percintaannya dengan Erik menjadikan hatinya dingin bagaikan gunung es. Ketika hendak masuk ke dalam rumah seorang dara yang tak kalah cantik dengannya setengah berlari menyongsongnya. Lidya adiknya memeluk seraya mencium pipinya.
“Cup…Kakak lama sekali tak pulang kami berdua sudah kangen” ujar Lidya.
“Aku sibuk sekali akhir-akhir ini. Setiap kali berencana buat weekend kemari selalu tertunda karena ada saja pasien yang harus dibantu melahirkan. Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Lila kemudian.
“Baik kak. Aku menyukainya.” Lidya bekerja di sebuah Bank di kota ini.
“Syukurlah kalau begitu. Mana ibu?”
“Tuh baru keluar, sejak kemarin ia gelisah memikirkan kakak”
Lila menoleh ke arah pintu di mana seorang wanita tua menatap kedatangannya dengan senyum mengembang. Lila mencium tangan ibunya dan juga pipinya yang sudah berkeriput.
“Istirahatlah dulu nak. Lidya sudah membersihkan kamarmu” ucapnya.
0 Komentar