perlahan menelusup ke pangkal paha, dan mulai mengelus gundukan bukit kemaluan Niken yang masih tertutup celana dalam renda-renda hitam. Lalu jemarinya menemukan gundukan itu sudah basah dengan sebuah garis membelah tercetak pada permukaan kain itu
Tangan Alfi meremas lembut gundukan itu dan menggunakan jari tengahnya mengusap belahan tipis tersebut, perlahan ke atas dan kebawah. Niken menggigil rangsangan yang tiada henti silih berganti. Hingga akhirnya jemari alfi bergerak ke samping. Jemari Niken berusaha mempertahankan penutup tubuhnya yang terakhir ketika ia rasakan Alfi perlahan berusaha menariknya ke bawah.
“Ohhh!! Fiii.. jangannn yang ituuu … …” ujar wanita itu lirih
Alfi melepaskan cumbuannya pada dada Niken, berangsur kecupan-kecupannya turun semakin ke bawah. Lalu ia sampai pada tempat yang paling diinginkannya. Percuma saja ia berusaha merapatkan kedua kakinya. Kepala Alfi sudah terlebih dulu masuk di antaranya. Alfi berhasil membenamkan wajahnya pada selangkangannya. Walau masih tertutup oleh celana dalam, lidahnya menjilati seluruh permukaan kain lembut itu. Gundukan itu semakin basah oleh air liur Alfi terutama pada belahannya. Jemarinya tak kuasa lagi mempertahankan celana dalamnya ketika untuk kedua kalinya Alfi menariknya.
benda itu akhirnya menyusul lepas sehingga kini tubuhnya yang indah sudah tak tertutup selembar benangpun. Meski sudah sering menggauli wanita cantik, Alfi tetap saja terpana oleh kemolekan tubuh Niken, gurunya yang cantik yang selama ini selalu ia dambakan termasuk setiap lelaki di sekolahnya. Alfi menyimpan perasaan yang berbeda terhadap Niken. Cinta telah berangsur tumbuh dalam hati bocah cilik ini lebih dari dalam dari cintanya pada wanita-wanita lain yang pernah ia kencani sebelumnya.
“B..buuu…ibuuu..cantikkk sekalii….” Bisiknya lirih namun terdengar oleh Niken
“Fiii..kamu liat apaaa?…..aaa”
Dengan ke dua telapak tangannya Niken secara spontan menutup selangkangannya karena malu. Wajah anak itu hanya beberapa mili dari miliknya yang paling pribadi. Alfi mengecupi kedua paha berkulit halus terawat pelan-pelan hingga ke sekitar selangkangan termasuk jemari lentik Niken. Tak ada bagian tubuh wanita itu yang tidak indah, semuanya sempurna. Lama Alfi bermain di situ, perlahan jemarinya membuka dengan sendirinya. Niken hanya terlentang pasrah. Semuanya sudah terlanjur sulit untuk dihentikan lagi. Kini tak ada penghalang lagi bagi mulut dan lidah Alfi untuk mengeksplorasi bagian paling intim milik gurunya yang cantik itu. Harum khas bagian itu menggelitik seluruh syaraf kejantannya.
“Ohhh…” desah Niken saat Alfi mengecup lembut belahan bibir kewanitaannya.
Alfi mengecup lagi.. dua kali…tiga kali..lidahnya disapukan dari dari bawah hingga ke atas. Crass..crasss..cairan memancar meleleh keluar dari belahan cantik itu. Dengan penuh ketelatenan dia melahap dan menghisap tiap mili vagina Niken yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan sesekali sapuannya menyentuh klitoris. Bocah itu mengerahkan seluruh kepandaian yang ia punyai, ia ingin memberikan yang terbaik bagi pujaan hatinya itu. Alfi tahu klitoris adalah bagian genitalia wanita yang paling sensitif, melebihi vagina. Berkat pengalaman lidahnya segera menemukan letak benda mungil tersebut. Jilatan lidahnya segera ia pusatkan ke situ, ia memulai menjilat dengan lembut. Secara perlahan-lahan sekali, lalu gerakan lidahnya dipercepat dan tekanannya makin kuat. Kelincahan lidahnya bergerak memberikan sensasi luar biasa bagi Niken. Sesekali Alfi menggunakan bibirnya untuk menghisap benda mungil itu seakan-akan ia berciuman dengan vagina Niken. dan secara bersamaan lidahnya menggelitik klitorisnya yang berada di tengah dengan gerakan lidah. Perlahan, kuluman dan jilatan pada benda mungil nan cantik itu membuatnya mengeras bak sebuah kacang. Niken terpekik pekik-pekik kecil dibuatnya. Rasa geli dan sengatan birahi membuat Niken semakin tak mampu menahan laju gairah Alfi. Kedua paha mulusnya mengepit kepala Alfi. Anak ini benar benar sudah sangat berpengalaman. Perlakuannya sungguh membuat Niken serasa terbang, tubuhnya menggelinjang-gelinjang geli diiringi erangan nikmat. Sampai akhirnya sebuah orgasme datang menyapanya untuk pertama kali dalam kehidupan wanita itu.
“Auuuwwwwwww!!!!…Fiiiiiiiiii!!!!!!!!” Wanita cantik itu terpekik tak kuasa menahan rasa geli dan nikmat
Otot-otot vaginanya mengejang dahsyat, berkontraksi kuat dan berirama, cairan cintanya memancar lebih banyak lagi hingga tumpah di sprey putih.
“Inikah yang disebut orgasme? Begitu dasyat kenikmatan yang kurasakan. Tapi aku memperoleh orgasme pertamaku dari jilatan-jilatan lidah seorang anak kecil di bawah umur …muridku sendiri” pikir Niken.
Niken rasakan sekujur tubuhnya menggigil. Kesadaran wanita itu sejenak hilang, pandangannya nanar, serasa jiwanya melayang tinggi, raganya serasa terendam ke dalam samudera kenikmatan ragawi yang tak bertepi. Secercah cahaya putih yang berpendar di matanya lalu menjadi kabur. Entah berapa lama ia tak sadar. Lalu perlahan-lahan bisa ia rasakan kesadarannya berangsur pulih. Masih ia rasakan lidah anak itu menyapu dan menjalari seluruh relung vaginanya, menghisap habis tiap tetes cairan cintanya tanpa sisa. Sesaat kemudian Niken baru menyadari bahwa Alfi telah mengambil posisi menindihnya, dan tubuh anak itu di antara kedua kakinya. Kedua paha putihnya masih terpentang lebar telah memberi jalan bagi Alfi.
“Alfi… kamu mau apaaa?..”
“Ibu pernah petting ngga?” bisik Alfi
Niken menggeleng, ia sungguh tak mengenal istilah tersebut meski ia seorang guru bahasa Indonesia.
“Kita cobain yuk”
Niken terkejut saat Alfi mengarahkan penisnya ke arah vaginanya.
“Fii..jangan….ibu ngga mauu”
“ngga pa pa… Alfi cuma mau masukin kepalanya aja trus Alfi cabut lagi” Alfi mengosokan ujung penis ke atas dan kebawah pada bibir vagina Niken
“ja..ngannn Fiiiii ..ohhhhh”
Alfi dalam posisi yang tepat sehingga Niken tak kuasa mencegahnya.
Leppp!!! Ujung kulup Alfi yang mbdol besar itu lenyap juga membelah dan masuk ke belahan liang cinta Niken.
“Auuhhh..sakiittt!!” wanita itu terpekik oleh rasa nyeri yang menjalar saat ‘liang kewanitaan’nya dikunjungi penis Alfi
Niken segera mendorong perut anak itu hingga titit Alfi melenjit keluar lagi, ia silangkan kedua pahanya untuk menutup jalan Alfi. Ada perasaan takut akan kehilangan kewanitaannya. Niken menatap selangkangan anak itu. Benda dahsyat itu teranguk-angguk. Ujungnya bulat mirip cendawan dan basah berlumuran lendir.
“Uh..pantas agak nyeri pikirnya. Ternyata besar sekalii…. Nyaris melebihi bola pingpong.”
Ia heran, Bagaimana mungkin anak ini mempunyai kemaluan sedemikian besar. Meski demikian Niken tak memungkiri penyatuan yang hanya berlangsung satu setengah detik tadi sempat menimbulkan nikmat yang luar biasa.
“ngga sakit lagi kan bu? Alfi masukin lagi ya bu seperti tadi?”
“ngga mau ah”
“kenapaa buuu?”
“punya kamu besar banget. Nanti perawan ibu robek!”
“Buuu..tadi itu enak sekalii…Alfi boleh dong minta lagiii..” ujar Alfi memelas ia takut Niken mengakhiri permainan ini
“Alfi janji ngga sampe mecahin selaput dara ibuu, boleh ya buu..?
Niken jatuh iba melihat anak itu merengek-rengek, meski ia ragu dan takut untuk melangkah lebih jauh akhirnya ia putuskan memberi jalan Alfi memasukinya.
“Betul..ya Fiiii jangan sampai kena selaput ibu”
“He e , Alfi janji ngga dalem-dalem”
Alfi membuka kedua paha mulus wanita itu, lalu ujung penisnya kembali membelah garis tipis kewanitaan Niken. Leppp!!! kepala penis berkulup itu masuk untuk kedua kalinya
“Aduhhh……Fiiiii
0 Komentar