Meskipun Alfi tak menginginkan hal tersebut malam itu terjadi padanya dan dokter Lila namun kejadian seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya pada setiap gadis yang pernah ia tiduri. Bukannya Lila menjadi suka dan ketagihan akibat di tiduri malahan gadis itu membenci dan mendampratnya habis-habisan. Atas saran dari Sriti, Alfi menelpon Niken dan menceritakan apa yang telah terjadi. Hari itu juga Niken dan Sandra dengan ditemani oleh masing-masing suami mereka datang ke kota H. Mereka berempat berencana mendatangi rumah Lila namun sebelumnya mereka menjemput Alfi dan Sriti terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan ke rumah Lila, Sriti memberikan penjelasan atas apa yang terjadi malam itu. ia sendiri tak menyangka jika semuanya akan berakhir kacau seperti ini, padahal awalnya ia dan Alfi bermaksud baik ingin menyelamatkan Lila dari Erik.
“Aduuuh Fi.. apa yang selama ini aku khawatirkan terjadi juga. Seharusnya kamu tak terlalu lama berjauhan dari kami karena aku tahu kamu akan kesulitan mengendalikan hasratmu. Kini aku benar-benar binggung harus bagaimana saat ini.” ungkap Sandra serius pada Alfi.
“Al..fi ngaku salah kak dan Alfi juga …sangat menyesal kak” jelas Alfi dengan wajah tertunduk penuh penyesalan.
“Se..benarnya selama di sini saya dan Alfi selalu ‘itu’ kok mbak Sandra. Bahkan setiap malam Alfi saya ‘kasih’. Karenanya saya ngga kuatir melepas Alfi sendirian bersama dokter Lila tadi malam itu” ujar Sriti menjelaskan tanpa bermaksud menyalahkan Alfi.
“Sudahlah, semua sudah terlanjur terjadi. Yang terpenting sekarang kita harus menghibur Lila agar hatinya tak hancur oleh kejadian itu” hibur Niken mencoba menenangkan keadaan. Lalu ia berpaling kepada suaminya ”Mas Don kok diam saja? Ikut ngomong dong.”
“Fii, coba kamu ceritakan sekali lagi kejadian di dalam kamar motel waktu itu, mungkin ada yang terlewat saat kalian menceritakannya tadi” Ujar Donnie.
Alfi pun menceritakan kembali kejadian pas di dalam kamar motel secara rinci malam itu.
“Betulkah hanya seperti itu Fi?” Tanya Donnie lagi.
“Begitulah kak, yang jelas saat tiba di rumah kak Lila semalam, Alfi merasakan debar jantung Alfi begitu kuat, lalu keinginan buat ngegituin kak Lila juga begitu kuat hingga akhirnya Alfi benar-benar lepas kendali. Dan semuanya…. terjadi” ucapnya dengan perasaan bersalah.
“Hmm..Aku curiga kemungkinan besar pastilah air dalam gelas yang diminum oleh Lila dan kamu itu telah di bubuhi Erik dengan cairan perangsang yang sengaja disiapkan si Erik buat Lila” gumam Donnie setelah mendengar kronologi kejadian itu.
“Kupikir kamu keliru Don. Menurutku Lila pasti telah dicekoki sejak di café” ujar Didiet menimpali.
“Itu betul Dit, tapi si Erik juga sudah menyiapkan amunisi tambahan yaitu air di dalam gelas itu agar saat ditengah pertempuran Lila bisa semakin lama terbius. Coba kau pikir betul-betul buat apa ia menyiapkan air minum tanpa meminumnya langsung jika ia saat itu memang sedang dalam keadaan haus” ujar Donnie yang terlihat begitu yakin melontarkan argumennya.
“Betul juga apa katamu Don” gumam Didiet. Mau tak mau ia harus mengakui kebenaran teori Donnie itu.
“Aneh! Kok mas bisa tahu sampai sedetil itu? pasti berdasarkan pengalamankan?” tanya Niken sambil memandang suaminya dengan mata menyipit.
“Eh..a..nu. bukann Nien, itukan cuma dugaanku saja kok. he he” jawab Donnie cengar-cengir.
“Dasar lelaki, pintar ngeless!” ujar Niken mencubit pinggang Donnie kuat-kuat.
“Adohhh…ampun say…Kan tadi kamu yang minta pendapatku…aduhh duh” rintih Donnie kesakitan sambil berupaya menghindari serangan bertubi-tubi dari istrinya.
“Tunggu!…. Saya pikir ada benarnya perkataan mas Donnie barusan soalnya…. pas pagi harinya saya menemukan sebuah botol kecil di dalam tong sampah di kamar itu yang setahu saya itu memang bekas obat perangsang” ujar Sriti yang sejak tadi menyimak dengan serius pembicaraan Donnie dan Didiet tadi.
“Tuh kan apa kataku…aduhhhh!” Donnie menimpali sambil belingsatan karena jemari lembut istrinya tetap melekat kuat bagai capitan seekor kepiting di kulit pinggangnya.
“Jika benar demikian kejadiannya, Alfi tak dapat dipersalahkan dalam hal ini” ujar Didiet menimpali.
Tak terasa waktu telah membawa perjalanan mereka sampai di depan rumah Lila.
“Biar kalian para wanita saja yang turun, kami sebaiknya menunggu di mobil saja”ujar Didiet.
“Mengapa Alfi tidak boleh ikut turun kak? Alfi ingin sekali lagi minta maaf sama kak Lila” Tanya Alfi dengan wajah memelas.
“Jangan sekarang Fi, Lila pasti sedang tak ingin melihat kamu. Biarkan mereka yang berbicara padanya.” Jelas Donnie. Alfipun mengangguk menandakan ia mengerti tentang situasi saat itu.
Beruntung saat itu Lidya dan ibu Lila masih menginap di rumah budenya Lila sehingga kejadian semalam belum sempat mereka ketahui. Lalu Niken bersama dengan Sandra dan Sriti menuju ke rumah Lila. Ternyata Lila sendiri yang membukakan pintu bagi mereka bertiga. Lebih dari satu jam-an mereka di sana. Lalu terlihat hanya Sandra yang keluar menghampiri kendaraan.
“Ayo kita pergi dulu membeli makanan buat makan siang. Biar Niken dan Sriti menemani Lila dulu.” Ujar Sandra memasuki mobil.
“Bagaimana kondisi Lila Say?” Tanya Didiet.
“Saat ini ia masih sangat sedih atas apa yang menimpa dirinya tadi malam. Meski ia terlihat sangat tegar dan tak lagi hysteria hanya sesekali ia menangis. Lebih lanjut ia juga menduga dengan pasti kejadian semalam persis sama seperti yang Donnie utarakan tadi. Namun demikian ia tak ingin melanjutkan urusan ini ke jalur hukum karena menyangkut Alfi dan tentunya kita semua” jelas Sandra.
“Haihhh…kasihan Lila, tak kusangka kegilaanku berujung menjadi malapetaka buat orang lain” keluh Didiet.
“Tak perlu kita menyalahkan diri sendiri. Semua ini kan gara-gara pria yang bernama Erik itu. Aku ingin sekali melihat tampang lelaki bajingan itu lalu menghajarnya habis-habisan” ujar Donnie jadi geram. Sebab ia tahu Niken sangat menyayangi sahabatnya yang satu ini. Apalagi ia juga sudah mendengar dari istrinya mengenai kehidupan Lila yang telah banyak mengalami penderitaan sejak remaja.
“Ya …kita berharap kejadian ini tak sampai menghancurkan hidup Lila” ujar Sandra
0 Komentar