Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ibu guru yang judes tergeletak di pangkuanku part 2


Rizal merasa seolah-olah ia sedang memegang kekasih idamannya. Tangan Rizal bergerak ke arah vagina Ibu Nina, memecah kemutannya dengan cara yang lembut tetapi pasti. Ibu Nina mengeluarkan sebuah gitaan yang menggoda, dan Rizal langsung mengeluarkan jari telunjuknya, memasukkannya ke dalam lubang yang lembab dan hangat itu. Dia menggerakan jari telunjuknya dengan cara yang cepat dan halus, membuat Ibu Nina gugur kepada kepentingannya.

"Aduh, ya, Rizal," seru Ibu Nina dengan suara yang merdu.

Rizal menggosok-gosok clit Ibu Nina sambil memasukkan jari telunjuknya ke dalam. Ibu Nina merasakan sebuah kepuasan yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Dia terus menghisap alat vital Rizal sampai ia mengeluarkan sperma yang panas. Rasa itu membuatnya jadi gila, dan tubuhnya berkontraksi. Ibu Nina tidak bisa berkendara, sertaan jari Rizal yang masuk dan keluar dari vagina Ibu Nina.

"Aduh, Rizal, aku gila," seru Ibu Nina, sambil kedua tangan Rizal mengelilingi payudara dan perutnya yang menggelembung.

Melihat gurunya begitu, Rizal merasa seolah-olah ia memiliki kekuatan mistis. Dia memasukkan jari lainnya, mempercepat gerakannya, dan menyesalahkannya dengan cara yang menggoda. Ibu Nina menghisap alat vitalnya sampai Rizal merasa akan kehilangan kesadaran. Rasa itu membuat Rizal berkontraksi juga, dan ia mengeluarkan sisa sperma ke mulut Ibu Nina.

Mereka bercumbu rasa, melihat-lihat satu sama lain, dan merasakan puncak kehangatan yang tidak pernah ada. Rasa malu dan ketegangan yang ada di awal telah hilang, digantikan dengan rasa seksi dan kepuasan yang mengalir di antara keduanya.

"Ibu Nina, aku tidak pernah rasa seperti ini," katanya Rizal dengan suara yang kekeringat.

Ibu Nina tersenyum lasciviously. "Ya, Rizal. Ini baru awal. Kita masih punya banyak waktu untuk belajar bersama."

Dari saat itu, hubungan mereka yang terlarang terus berkembang di sampMenggulung kembali rambut Rizal yang tebal dan berwarna hitam pekat, Ibu Nina melihat ke dalam matanya yang mengeluarkan kecandaan dan kekuatan. Ibu Nina merasakan ketegangan yang menguat di vaginalnya, serta rasa panas dan lembab yang membuatnya ingin mengeluarkan lagi. Dia tersandung di antara keinginan dan kewajiban, tetapi tubuhnya tampaknya sudah membuat pilihan. Rizal, yang melihat keadaan Ibu Nina, menarik tubuhnya dekat dan mulai mengurangi kedua jari telunjuknya dari vagina guruny. Ibu Nina mengeletakkan kedua kaki Rizal ke lantai, sambil tetap menghisap alat vitalnya dengan gairah yang tidak pernah ada sebelumnya.

"Ibu Nina, aku ingin bikinmu puas," bisik Rizal, sambil menggeserkan jari telunjuknya di bawah bok bintang Ibu Nina.

Ibu Nina merasakan jari Rizal yang masuk ke dalam, membuatnya mengeluarkan suara yang mewirwir di telinga. Dia tidak percaya bahwa ia sedang berada di sini, dalam ruangan gelap ini, menikmati rasa seks dengan siswanya. Tetapi rasa itu terlalu asli untuk dinafikan. Dia menggeser celananya ke bawah, mewujudkan akses yang luas ke vagina yang kian lembab.

"Rizal," ucap Ibu Nina dengan suara yang ragu. "Bukankah kita harus berhenti?"

Tetapi Rizal tahu bahwa mereka tidak akan berhenti sampai keduanya puas. Dia menggosok-gosok clit Ibu Nina sambil mengeluarkan jari-jari dari lubang lembabnya. Sementara itu, ia menghisap payudara Ibu Nina, membuatnya tegang seperti ular yang akan melepaskan racun. Ibu Nina tidak bisa menahan lagi, tubuhnya bergerak mengikut ritme yang dibuat Rizal, seruan dan gemit yang dikeluarkan guruny semakin keras.

"Tidak ada yang boleh menghalangi kita, Ibu Nina," katanya Rizal. "Aku tahu kita keduanya butuh ini."

Ibu Nina menggigit labu-labu, sambil melihat Rizal yang kuat dan berani. Rasa sakit dan rasa malu yang ada di awal kini tergantung pada rasa kehangatan dan kepuasan yang mereka alami. Dia merespon dengan melepas alat vital Rizal dari mulutnya, sambil mengangkat tubuhnya di atas meja.

"Ya, Rizal. Lakukan aja," katanya dengan suara yang penuh harapan.

Rizal langsung menggantungi pakaian Ibu Nina, mengekspos keadaan yang sebenarnya. Vagina Ibu Nina terlihat keluar seperti sebuah bunga yang sedang mekar. Rizal memperbaiki posisinya, mengangkat kedua kaki Ibu Nina ke dada pria itu. Dia melihat ke arah vagina Ibu Nina, yang terlihat keluar dari celananya yang basah. Dia merasa seolah-olah tubuhnya bersedia untukKetika Rizal melihat vagina Ibu Nina yang sedang mekar, ia merasa seolah-olah di depan matanya adalah puncak gunung yang belum pernah dieksplorasi. Dia merangkak ke arah Ibu Nina, sambil menggigit kuku jari, merasakan adrenalin yang menggelegar tubuhnya. Dia menghirup napas panjang, lalu mulai melakukan perbuatan yang dilarang. Dia mengeluarkan alat vitalnya, yang tegas seperti bambu yang akan meletus.

"Ibu Nina, aku perlu masuk ke dalammu," katanya dengan suara yang berisik.

Ibu Nina, yang kini terpikat oleh kepentingan, mengizinkan Rizal untuk memasukkannya. Dia meresap ke dalam vagina Ibu Nina, menggerakan badan dengan cara yang lambat dan sengaja, membuat Ibu Nina merasakan setiap sentimeter dari kepanjangan tubuhnya. Ibu Nina gugur ke lantai, menggigit labu-labu, sambil mengeluarkan seru-seru yang membuat Rizal semakin kuat.

"Ya, ya, ya," seru Ibu Nina. "Masuk, Rizal, ya."

Rizal menekan tubuhnya ke arah Ibu Nina, membuat dinding vagina guruny terus mengeluarkan suara yang menggoda. Keduanya bergerak seperti ombak laut yang menggoda, tidak ada yang bisa menghentikannya. Sisa-sisa sperma dari Rizal tetap ada di dalam vagina Ibu Nina, membuat sensasi jadi semakin kuat.

"Ibu Nina, aku akan membuatmu berlari ke langit," janjikannya, sambil mengeluarkan dada penuh Ibu Nina dari pakaian.

Ibu Nina menggigit bibirnya, sertaan tubuhnya bergerak mengikut dengan rasa yang diberikannya Rizal. Rizal mempercepat gerakannya, sampai Ibu Nina merasakan rasa yang tak dapat dibendung lagi. Dia mengeluarkan seru seruan yang kencang, dan tubuhnya bergetar. Rasa ini semakin meningkat, sampai akhirnya Ibu Nina merasakan climaks yang hebat, seperti digigit oleh para dewa.

"Aduh, ya, ya," seru Ibu Nina dengan suara yang menggoda. "Aduh, Rizal, aku gila!"

Tetapi Rizal tidak hanya puas dengan itu. Dia ingin melihat guruny terus bergetar di atas tubuhnya, ingin melihat Ibu Nina berlari ke langit. Dia mengurangi gerakannya, lalu mulai membuat gerakan yang sakti, yang langsung menggugah rasa pada Ibu Nina. Keduanya bercumbu rasa, tubuh mereka menyala seperti api.

"Tidak cukup, Rizal. Lakukan lagi," ucap Ibu Nina, sambil melihat ke arah Rizal dengan mata yang mengelap.

Rizal tersenyum kekuatannya, sambil memasukkannya kembali ke dalam, membuat Ibu Nina terus merasakan rasa yang tidak dapat diuraikan. Keduanya terus bergerak, seperti pasangan yang tidak akan pernah putus. TMelihat keadaan itu, Rizal semakin tergiur oleh rasa baru yang ia rasakan. Ia merasakan vagina Ibu Nina yang keluar cairan panas, membuatnya semakin kuat. Dia menghisap dada Ibu Nina yang tegas, sambil tangan lainnya masuk ke dalam celananya, merasakan bulu pubis guruny yang kasar. Ibu Nina merasakan sebuah kekuatan baru yang ia tidak pernah alami, membuatnya merasa seolah-olah tubuhnya tidak lagi ada batas. Dia menggerutu punggung Rizal sambil mengeluarkan seru-seru yang kuat.

"Ya, Rizal, ya," seru Ibu Nina sambil menggeser tubuhnya ke atas. "Aku suka, ya!"

Rizal merasakan getaran dari vagina guruny, membuatnya semakin waspada. Ia memutuskan untuk melanjutkan permainan erotis ini, menggeser tubuhnya sampai ia merasakan sakit yang menyebabkannya terus bergerak. Ia melihat ke arah Ibu Nina, yang kini terlihat seperti wanita yang terlepas dari segala kendali, dan ia tahu bahwa ia harus memberikannya yang terbaik.

"Ibu Nina, kita akan berhenti sampai kita benar-benar puas," katanya sambil mengeluarkan alat vitalnya dari vagina guruny.

Ibu Nina menghisap napas panjang, sambil merasakan alat Rizal yang masih panas dan lembab. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang harus diperbaiki, tetapi ia tidak bisa menentukan apa itu.

"Bukankah ini sudah cukup?" tanya Ibu Nina dengan suara yang ragu.

Tetapi Rizal tahu bahwa ini hanyalah awal dari segalanya. "Tidak, Ibu Nina. Kita baru dimulai," katanya sambil tampilan mata biru muda pada wajahnya menyala seperti api.

Dia mengangkat guruny ke atas mejanya, sambil menggosok-gosok clitnya yang terlihat tegang. Ibu Nina merasakan rasa yang sama kembali, dan tubuhnya terus bergerak mengikut ritme yang dibuat Rizal. Dia tersandung antara keinginan tubuh dan rasa malu, tetapi ia tidak bisa berhenti.

"Apa lagi yang kita bisa lakuin?" tanya Ibu Nina sambil melihat ke arah Rizal dengan mata yang membiru.

Rizal menggigit bibir guruny, sambil mengingat bagaimana Salsabila pernah membicarakan fantasinya. Dia memutuskan untuk membuat impian itu jadi kenyataan.

"Ada satu lagi, Ibu. Aku perlu rasa yang lain," katanya Rizal dengan suara yang tajam.

Ibu Nina tersandung, tetapi dia merasa tidak bisa berhenti. Dia tahu bahwa ini adalah pelanggaran besar, tetapi tubuhnya tampaknya telah membuat pilihan. Rizal membantu Ibu Nina menunduk, sambil dia masuk ke lubang lainnya, yang belum pernah ia alami sebelum ini.

"AMelihat kondisi Ibu Nina yang kini sedang berada di atas mejanya, Rizal pun merasakan adrenaline yang menggelegar. Dia menyadari bahwa ini adalah langkah yang tidak pernah ia lakukan sebelum ini, namun keinginan yang dihasilkan oleh nota itu membuatnya terus bergerak. Rizal menggosok-gosok clit Ibu Nina, membuat vagina guruny semakin lembab dan mengeluarkan suara-suara yang menggoda. Ibu Nina, yang merasa seolah-olah dibawah kekuasaan Rizal, tidak bisa berhenti seruan dan gemit-gemit yang ia keluarkan.

"Ini akan jadi rahasia kita, ya?" bisik Rizal sambil menggeserkan jari-jaria di antara bok bintang Ibu Nina.

Ibu Nina hanya bisa berkata "Ya," sambil melihat ke arah Rizal yang terlihat seksual sekali. Rizal mempercepat gerakan tangan dan mulai menghisap dada Ibu Nina sambil masuk ke lubang lainnya, membuat Ibu Nina merasakan rasa yang baru dan luar biasa. Ibu Nina merasa seolah-olah dia terbang ke langit, ditarik oleh kekuatan Rizal yang membuat tubuhnya goyang.

"Ibu Nina, aku akan membuatmu berlari ke langit," janjikannya sambil melanjutkan gerakan yang membuat Ibu Nina terus bergetar.

Ibu Nina, yang kini tidak ada rasa malu lagi, merasakan rasa yang tak dapat dibandingkan. Dia tersandung antara rasa sakit dan rasa suka, serta rasa kehangatan yang tidak pernah ia alami sebelum ini. Keduanya terus bergerak seperti maelstrom yang tidak akan pernah berhenti, sampai akhirnya Ibu Nina merasakan climaks kedua yang membuat tubuhnya seolah-olah akan terbelah dua.

"Aduh, ya, ya," seru Ibu Nina lagi sambil menggesek tubuhnyRizal merasakan vagina Ibu Nina yang keluar cairan panas, membuatnya semakin kuat. Dia menghisap dada guruny yang tegas sambil tangan lainnya masuk ke dalam celananya, merasakan bulu pubis yang kasar. Ibu Nina merasakan kekuatan baru yang membuatnya merasakan adrenaline. Tubuh mereka saling bergerak, seperti pasangan yang tidak akan pernah putus. Rizal menggeser tubuhnya sampai ia merasakan sakit yang menyebabkannya terus bergerak. Ibu Nina menggeser tubuhnya ke atas, sambil mengeluarkan seru-seru yang kuat.

"Ya, Rizal, ya," seru Ibu Nina sambil menggeser tubuhnya ke atas. "Aku suka, ya!"

Rizal tahu bahwa ia harus memberi yang terbaik untuk guruny. Dia melihat ke arah Ibu Nina, yang kini terlihat seperti wanita yang terlepas dari segala kendali. Ia memutuskan untuk melanjutkan permainan erotis ini.

"Ibu Nina, kita akan berhenti sampai kita benar-benar puas," katanya sambil mengeluarkan alat vitalnya dari vagina guruny.

Ibu Nina menghisap napas panjang, merasakan alat Rizal yang masih panas dan lembab. Dia merasa ada sesuatu yang harus diperbaiki, tetapi tidak bisa menentukan apa itu.

"Bukankah ini sudah cukup?" tanya Ibu Nina dengan suara yang ragu.

Tetapi Rizal tahu bahwa ini hanyalah awal dari segalanya. "Tidak, Ibu. Kita baru dimulai," katanya sambil mengangkat guruny ke atas mejanya. Dia menggosok clit Ibu Nina sambil masuk ke lubang lain.

Ibu Nina tersandung antara keinginan tubuh dan rasa malu, tetapi tidak bisa berhenti. Rizal menggeserkan jari-jari di antara bok bintang guruny, membuat vagina Ibu Nina semakin lembab.

"Ini akan jadi rahasia kita, ya?" bisik Rizal sambil melanjutkan permainan yang membuat Ibu Nina terus bergetar.

Ibu Nina, yang kini tidak ada rasa malu lagi, merasakan rasa yang tak dapat dibandingkan. Dia tersandung antara rasa sakit dan rasa suka, serta rasa kehangatan yang tidak pernah ia alami sebelum ini..

Posting Komentar

1 Komentar