Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

part 1bu guru yang judes tergeletak di pangkuanku

 

Pada hari ini di SMA Negeri 1 di kota besar, seorang guru bahasa Indonesia bernama Ibu Nina, yang dikenal karena kecantikannya dan cara mengajar yang unik, menerima absen siswanya. Ketika siswa-siswanya berbaris di depan meja, siswa paling belakang, Rizal, seorang remaja  langsung meresap ke dalam perhatiannya. Mata biru muda Rizal sering kali melihat ke bawah meja, seolah-olah mencari sesuatu yang tersembunyi di bawah pakaian Ibu Nina. Rizal tahu rapat bahwa Ibu Nina memiliki tubuh yang memukau, dengan pantat perempuan yang kian terlihat melalui baju ketat dan pendeknya. Dia adalah daya tarik besar bagi siswanya, baik itu dari siswi maupun siswa, namun hingga saat ini, Ibu Nina tetap tegas menjaga batas antara guru dan murid.

Ibu Nina, gadis berusia 28 tahun, memiliki bentuk tubuh yang menggambarkan alami. Dada perempuannya melonjak seperti dua buah buah jeruk di atas bhuteran,  bulat dan lebar seperti dua bola basket yang dijepit di pangkuan yang terlihat melalui celana jeansnya. Tetangga Rizal, Dewi, adalah seorang siswa cantik dengan wajah manis, rambut panjang sampai pinggang, dan badan yang mempunyai lekukan yang menggoda. Dia sering melihat Rizal melihat-lihat ke arah Ibu Nina, tetapi belum pernah berani mengakui kepadanya.

Suatu hari, Rizal tiba di ruang kelas untuk mengambil buku yang lupa. Siswanya pergi, tinggal Ibu Nina yang sedang membersihkan meja. Ketika Rizal mencari bukunya, ia melihat sebuah nota kecil di lantai. Nota itu ternyata siswanya yang bersamaan kelas dengan Rizal, Salsabila, yang berkisar tentang perasaan cintanya pada Ibu Nina. Nota tersebut sampai ke tangan Rizal, dan dia pun merasa ada kesempatan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Ibu Nina, ada yang kupcari?" tanya Rizal dengan suara yang dihemat.

Ibu Nina, yang sedang merapikan rambutnya yang lebar, melihat Rizal dengan tatapan yang mengatakan banyak hal. "Apa yang kau mau, Rizal?"

Rizal menunjuk nota yang ia temukan. "Kau pernah bacanya?"

Ibu Nina merah mata, tetapi ia tetap tegas. "Kalau ada yang kita perlu bicara, Rizal, yang penting adalah di depan mata kelas. Ini bukan tempatnya."

Tetapi Rizal tahu bahwa ia memiliki kesempatan untuk melihat ke dalam dunia yang ia idamkan selama ini. "Tapi, Ibu, aku tahu kau punya impian rahasia. Aku bisa membantumu."

Ibu Nina tersandung di antara dunia guru dan impiannya. Rizal melihat kesempatanRizal yang merupakan siswa yang paling tertarik pada Ibu Nina, melihat kesempatan emas untuk mengeksplorasi impian dan kepentingan rahasia gurunya yang dikirim oleh Salsabila. Ibu Nina, yang melihat tanda-tanda ketar-ketir Rizal, merasa ada yang aneh tetapi tetap tersandung dalam kebiasaan guruny. Dia memutuskan untuk mengobati Rizal dengan sikap biasa, namun di dalam hatinya ia merasa ada gelombang panas yang mengalir. Rizal mengambil nota itu dengan diam-diam dan mengeluarkan sebuah tawaran yang menyurut perhatian Ibu Nina.

"Kalau kau mau, kita boleh bicara di sana," katanya sambil melihat ke arah ruangan yang tidak terlihat dari jalur biasa.

Ibu Nina merasa sedikit terperanjat, tetapi minat dan kiosnya untuk mengetahui apa yang ada di balik nota itu membuatnya menyetujui tawaran Rizal. Ketika mereka masuk ke ruangan tersebut, Rizal menutup pintu rapat dan mematik lilin, membuat ruangan jadi gelap kecuali beberapa cahaya sesek yang masuk melalui jendela.

"Ibu Nina, kenapakah kau sering memandangku seperti itu?" tanya Rizal dengan suara yang mulai kekuat.

Ibu Nina, yang kini merasa sedikit ragu, tetap berdiam. Tetapi di balik diamannya, ia merasa ada ketegangan seksual yang mulai menguat.

Rizal mengambil langkah maju dan menghampiri Ibu Nina, melepas baju kecilnya sampai menggembangkan dada penuh dan bulatnya. "Ibu Nina, aku tahu kau mau nampilin tubuhku," katanya sambil menyentuh paha Ibu Nina.

Ibu Nina merasa tergesa oleh impian dan ketegangan yang lama kala tidur di dalam dirinya. Dia menghisap napasnya dalam-dalam dan merasakan ketegangan yang menyebar di seluruh tubuhnya. Dengan tangan yang mulai goyang, ia menyangkut leher Rizal dan menggulung rambutnya yang tebal seperti benang emas di jari-jarinya.

"Bukankah ini impianmu?" tanyalah Rizal sambil melihat Ibu Nina dengan kecandaan yang menggoda.

Ibu Nina tidak dapat berkata apapun, tetapi tubuhnya menjawab dengan cara yang jelas. Dia meresahi dada Rizal sambil merangkak ke arah dadanya. Kedua tangannya bergerak ke pangkuan Rizal, memecah ketegangan yang ada di sana. Rizal merespon dengan seruan yang seksi, dan kemudian ia menggeser celana Ibu Nina ke bawah.

Ketika Rizal melihat pantat perempuan Ibu Nina, yang keluar dari bawal pakaiannya yang lembab dan terlihat sangat menarik, ia merasa seolah-olah dunia berhenti berputar. Kemudian, Rizal mulai mengeluarkan bahan-bahan yang ada di dalam sakunya: sebuah botol minyak wangi,Sebagai guru yang terampil dan peduli, Ibu Nina tidak bisa mengelakan keinginan yang mendalam itu. Ia meresakan dada Rizal yang kuat dan bulat, serta melihat pada alat vital pada remaja itu yang terlihat melalui celananya yang semakin ketat. Rizal mengeluarkan botol minyak wangi, yang harusnya digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada siswanya. Namun, dia memakainya untuk membuat ruangan semakin hangat dan romantis.

"Ini untukmu," katanya sambil menghirup minyak wangi yang bercampur dengan aroma pria pada tubuhnya.

Ibu Nina merasa seolah-olah tubuhnya terbakar oleh api kepentingan. Dia meresakan paha Rizal, dan mengalami rasa lelah yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Ketika Rizal menarik celananya ke bawah, ia melihat anak didiknya yang sungguh seksual. Anak didik itu tampak kuat dan tegas, berdiri di depan pakaian yang terlihat kebosanan.

"Bukankah ini yang kau inginkan, Ibu?" tanya Rizal lagi, dengan suara yang semakin menggoda.

Ibu Nina tidak dapat berpikir lagi, tubuhnya telah mengambil keputusan. Dia mengeluarkan alat vital Rizal dari celananya, dan merasakan panas dan kekuatannya di tangan. Dia menyelipkannya sekali, mendengar gemit yang seksi dari Rizal, lalu mulai menghisap bagian atasnya. Rizal merespon dengan getar-getaran tubuhnya yang menarik, serta seruannya yang menegerutu.

"Ibu Nina, aku suka banget saking kita," bisik Rizal, sambil mengeluarkan tangannya untuk menggosok payudara Ibu Nina.

Ibu Nina merasa seolah-olah tubuhnya dibawah kendali Rizal. Dia hisap-hisap alat vitalnya dengan kecerdasan yang tidak pernah ia lakukan sebelum ini. Ketika Rizal menghisap pada puting payudara Ibu Nina, ia merasakan sebuah rasa baru, sebuah kepuasan yang tak terkendalikan. Dia menggigit bibirnya, tersandung antara rasa malu dan kehangatan.

Di samping itu, Rizal menggosok-gosok clitoris Ibu Nina melalui celananya, membuatnya basah dan lembab. Rasa sakit yang mulai muncul di antara ketiakannya, menimbulkan rasa yang tidak ia ketahui. Ibu Nina tersandung antara keinginan tubuh dan kewajiban guruny, namun rasa ini jauh lebih kuat. Dia pun menjawab seruan Rizal dengan menghisap kembali, dan tangan Rizal semakin cepat menggosok-gosok clitnya.

"Ibu Nina, boleh ku bikin gila?" tanya Rizal, dengan mata yang sampai ke langit.

Ibu Nina tidak bisa berkata apapun. Hanya mengizinkan tubuhnya untuk mengikut seruan Rizal. Dia mengangkat kedua kaki Rizal, memasangIbu Nina melihat Rizal dengan matanya yang penuh rasa takut dan tegangan, tetapi di dalam hatinya, ia merasa seolah-olah tubuhnya tidak mau berhenti. Dia membalas seruannya dengan menggigit lambung Rizal, sambil mencoba mengeluarkan celananya. Ketika Rizal merasakan gigi Ibu Nina yang menggigit, ia mengeluarkan suara yang mirip dengan gumam. Tangan Rizal terus menggosok-gosok clit Ibu Nina, sampai ia merasa akan meledak.

"Ya, Rizal. Lakukan apa saja yang kau inginkan," katanya sambil menghisap alat vital Rizal dengan semakin lazim.

Posting Komentar

0 Komentar