Ticker

Ad Code

Responsive Advertisement

Gejolak asmara part 1

Seminggu setelah perayaan ultahku , aku mendapatkan SIM karena sudah cukup umur. Sejak itu aku ke sekolah dengan mengendarai mobil sendiri, mobil hadiah ultahku. Aku sekolah siang, jadi pulangnya sampai jam setengah tujuh malam.

 

Hari itu sepulang sekolah, tiba tiba aku merasa perutku sakit dan mulas, jadi aku memutuskan buang air di WC sekolah. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC sekolah, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan adanya seorang sopir yang menungguku.

 

Yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, entah kenapa aku harus terus bolak balik ke WC sampai lima kali. Mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih saja terasa mulas.

 

Maka aku memutuskan untuk mampir ke ruang UKS sebentar dan mencari minyak putih. Di dalam sana, aku menyalakan lampu dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu aku mencari cari minyak putih di kotak obat.

 

Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku.

 

Tapi aku amat terkejut ketika tiba tiba pintu ruang UKS ini terbuka, dan ternyata yang membuka adalah tukang sapu di sekolahku yang bernama Hadi.

 

Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat Hadi yang menatapku sambil menyeringai. Aku langsung menyadari tiga kancing baju seragamku dari bawah ini terbuka, memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini padanya.

 

Belum sempat aku berpikir tentang apa yang harus aku lakukan, Hadi sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang punggungku dengan tangan kanannya, dan ia segera membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya.

 

“Eeemph… eeemph…”, aku meronta ronta sambil berusaha menjerit, dan dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku ini dengan tangan kiriku yang masih bebas.

 

Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini?

 

Aku mulai merasa ketakutan. Aku tak tahu pasti apa maunya Hadi ini, tapi aku tahu ia pasti bermaksud buruk padaku. Dan selagi aku berjuang melepaskan diriku dari pak Hadi, mataku terbelalak ketika aku melihat masuknya seorang tukang sapu yang lain, yang bernama Yoyok.

 

“Girnooo”, Yoyok melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku.

 

Aku sempat merasa lega, kukira Yoyok akan menyelamatkanku cengkeraman Hadi. Tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku.

 

Aku kembali berusaha meronta untuk melepaskan diriku dari situasi yang menyeramkan ini.

 

“Wah baru kali ini ada kesempatan pegang pegang susu amoy… ini non Eliza yang sering kamu bilang itu kan Had?”, tanya Yoyok pada Hadi.

 

“Iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” kata Hadi.

 

Sambil tertawa Yoyok makin keras meremasi kedua payudaraku. Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta mencoba melepaskan diri, sambil berharap semoga Girno yang sering mendapat uang tips dariku untuk kesediaannya mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini.

 

Tapi aku langsung sadar kalau aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Girno tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Girno yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah… ?

 

Beberapa saat kemudian Girno datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Girno malah menyeringai dan aku merasa mimpi burukku akan segera menjadi kenyatan.

 

“Dengar, kalian jangan gegabah… non Eliza ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong. Itulah saatnya kita berpesta kawan kawan!”, kata Girno.

 

Maka lemaslah tubuhku setelah aku tahu Girno ada di pihak mereka. Dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku sudah direntangkan, dan diikat erat pada keempat sudut ranjang ini hingga tubuhku membentuk huruf X.

 

Berikutnya, dua kancing bajuku yang belum lepas, dilepaskan oleh Hadi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku.

 

“Pak… tolong jangan begini pak…”, aku memohon dan rasa putus asa mulai menghinggapiku.

 

Ratapanku ini dijawab Girno dengan mencium bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku sehingga aku tak akan bisa berteriak minta tolong. 

 

“Non Eliza, tenang saja. Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok”, kata Girno sambil tersenyum memuakkan.

 

Kemudian Girno memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Girno kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok berkata mau meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu.

 

Aku mulai menyesali keputusanku masuk ke dalam ruangan ini, keputusan yang mungkin harus kubayar mahalll...



Posting Komentar

0 Komentar