“Ada kok Teteh, lagi tidur di kamar saya”.
Teh Euis menarik nafas dalam-dalam
“Syukurlah… biar saya ambil sekarang “
“Silahkan, Teh” kataku seraya melangkah masuk dikuti wanita berjilbab ini, mataku sempat melirik ke dada Teh Euis yang montok, membuat kembali terbayang kemulusan buah dada montok yang telanjang di dada ibu muda ini saat kuintip seminggu lalu. Aku menelan ludah melihat dada Teh Euis yang tertutup jilbab putih lebar itu, terlihat begitu montok menggiurkan.
“Tuh.. masih tidur” kataku sambil menunjuk Faiz yang tengah lelap diatas tempat tidurku.
Sesaat wajah cantik Teh Euis tampak bimbang melihat anak pertamanya itu lelap dalam tidurnya.
“Mungkin saya nitip anak saya dulu dik.. kasian kayaknya dia lelap sekali tidurnya, nanti sore saya ambil..” desisnya lirih.
Aku tersenyum mengangguk, tapi sedetik kemudian aku ingat aku harus membeli kabel buat komputerku.
“Nggak papa Teteh, tapi sebentar aku mau pergi beli kabel, boleh aku minta Teteh disini dulu sebentar ?” tanyaku. “Sampai aku kembali”
Teh Euis tersenyum lantas mengangguk, namun wajah cantiknya tampak kuyu letih.
“Mm.. Teh Euis kayaknya letih yah.. biar aku buatkan minum buat Teh Euis sebentar, Teteh khan tamu di rumah ini, apalagi baru pertamakali berkunjung,” kataku spontan.
Wajah yang terbalut jilbab putih lebar itu tersenyum
“Terserah adik.. Teteh memang haus”
Tak berapa lama kemudian, aku mengambil sebuah gelas yang aku tuangi dengan syrup ABC jeruk serta air dingin dari kulkas.
Ketika aku tengah mengaduk minuman untuk Teh Euis, mataku menangkap beberapa bahan kimiawi praktikum di mejaku. Aku tahu beberapa bahan kimia itu mempunyai efek sebagai obat tidur. Sesaat aku merasa bimbang ketika timbul keinginanku untuk mencampur minuman untuk Teh Euis dengan bahan kimiawi tersebut.
Aku berhenti mengaduk, mataku melirik Teh Euis yang tengah duduk di karpet ruang tamu sambil membaca sebuah majalah komputer milikku. Wajah cantik yang terbalut jilbab itu begitu mempesona, apalagi ketika kulihat ternyata ujung pakaian jubahnya agak tertarik ke atas tanpa di sadarinya, membuat salah satu betisnya terlihat nyaris separuhnya.
Walaupun betis Teh Euis saat ini terbalut kaus kaki krem, namun betis yang terlihat nyaris separuh itu terlihat begitu indah dan keindahan apalagikah ketika ujung jubah itu kian tertarik ke atas.. tanpa sadar aku menelan ludah membayangkannya, apalagi ketika teringat keindahan buah dada Teh Euis yang pernah kulihat telanjang, membuat otakku kian dipenuhi birahi terhadap wanita berjilbab yang kini duduk di karpet ruang tamu kost..
0 Komentar