Ibu Ning ini adalah seorang wanita yang polos dan baik hati karena setiap kali aku mampir saat membolos sekolah, maka aku tak pernah kelaparan karena selalu saja tersedia makanan dan minuman yang membuatku betah berlama-lama ngobrol dengan Ibu Ning. Namun demikian yang membuat mataku suka jelalatan adalah sikap Ibu Ning ini kalau duduk suka sembarangan dan inilah yang membuat aku jadi bernafsu padanya. Suatu hari aku meIihat Ibu Ning memakai baju daster yang bertali simpul dibahunya, sehingga bahunya agak terbuka dan akibatnya tali bra nya yang warna hitam itu kelihatan bahkan karena kain daster yang tipis itu maka buahdadanya yang putih montok dan besar itu tercetak makin jelas dan terlihat nyata.
Aku tak tahan melihat semua ini jantungku pun berdetak tak karuan, sementara itu Ibu Ningpun cuek saja sebab sibuk dengan pekerjaannya. Kebetulan saat itu tak ada siapa siapa didapur selain aku dan Ibu Ning ini. Beberapa butir air keringat mengalir di wajahnya yang ayu itu. Lehernya yang kuning jenjang nampak mengkilat oleh keringatnya. Pemandangan ini yang membangkitkan nafsu birahiku.Aku terus asyiik memandangi Ibu Ning asyiik menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak, namun mataku terus mencuri-curi pandang ke arah lekukan buahdadanya yang putih montok dan besar itu nampak bergoyang-goyang seirama gerakan tangan dan tubuhnya.
Tiba tiba telefon berbunyi dan Ibu Ning menyuruhku untuk angkat telefon. Ternyata telefon dari Pak Achmad suaminya yang sengaja menelpon dari kantornya, mau bicara dengan sang istri. Lalu dengan langkah gemulai Ibu Ning datang mendekatiku dan mengambil alih gagang telefon itu sambil berdiri disampingku dekat sekali hingga buahdadanya yang sedikit terbuka itu bisa aku lihat begitu jelasnya. Kulit tubuhnya masih mulus putih padahal usianya sudah empat puluh tahun
0 Komentar