Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Bu ningsih istri seorang PNS #19





Setelah makan malam yang mesra dimana aku dan Bu Ning saling menyuapi dan kaki-kaki kami saling menumpang dan bertaut-tautan dibawah meja makan. Setelah makan malam kami berdua menonton acara televisi sambil berpelukan mesra, diruang keluarga. Dengan naluri yang alami, tanganku merambat naik ke bahu Bu Ning, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut aku meraba bahu Bu Ning sampai ke lehernya yang jenjang …. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut aku meremas buahdada yang masih terbungkus BH itu. “Ahhhhh .…hhhh ….” nafas Bu Ning mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lentik Bu Ning tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dadaku ……dan melingkari pinggangku, mencari kancing celana jeansku, hendak membukanya ……


Tanganku terus melingkari pundaknya Bu Ning yang terbuka karena dia hanya mengenakan daster bertali satu dipundak kiri dan kanannya. Telapak tanganku menempel ketat di Buahdadanya yang besar dan montok. Aku meremasi buahdadanya yang sebelah kanan yang masih terbungkus BH dan daster yang dikenakan. Bu Ning mendesah dan tangan kanannya mengelusi pangkal celanaku yang sudah menggunduk karena penisku udah mulai bangkit dari tidurnya.


Saat permainan kami udah semakin panas, Bu Ning menatap dengan pandangan sayu dan nafas semakin memburu. Bu Ning bangkit berdiri dan mengajakku pindah kedalam kamar tidurnya.


“Dooonnniiii ……eehhhhhhh ….. pindah kedalam kamar tidur Ibu aja yuk…. Disini gak enak…..” ajak Bu Ning.


“Ayooo Bu Ning…” kataku mesra.


Aku merangkul tubuh Bu Ning dengan mesra sambil menciumi pipinya yang halus dan kenyal, baju yang dikenakan Bu Ning udah awut-awutan dimana tali simpulnya udah lepas satu hingga kulit dadanya yang kuning langsat terbuka dan terlihat seksi sekali dan lekukan buahdadanya yang montok dan besar terlihat seperempat bagian.


Aku dan Bu Ning masuk kedalam kamar tidurnya yang luas dan berbau semerbak harum. Bu Ning duduk di pinggiran tempat tidur yang bersih dan empuk itu sementara itu aku mengunci pintu kamar dengan hati berdebar tak karuan karena sebentar lagi aku merasakan “kenikmatan sorga yang sesungguhnya” dimana sorga itu sebenarnya milik seseorang yang sangat aku hormati.


Aku duduk disamping tubuh Bu Ning yang sudah terbuka seperempat bagian, tangan kananku merangkul mesra pundaknya dan tangan kiriku mengelus-elus baju dasternya dibagian dada kemudian tangan kiriku menyelusup ke dalam BHnya dan meremas-remas buahdada besar yang selama ini aku impi-impikan. Pipiku menempel mesra dengan pipi halus milik Bu Ning dan bibirku bergeser melumat bibirnya. Mulut kami saling bertaut dengan nafas panas memburu bergemuruh dan lidah kami saling bergelut hangat. Kedua tangan Bu Ning meremasi pangkal pahaku sambil berusaha membuka kancing celana Jeans yang aku kenakan.


“Donnnniiii ……… Doonnniii ….. aachhhh… “ rintih Bu Ning sambil menggenggam erat penisku yang sudah berdiri tegak bagaikan tugu Monas.


“Oohhh ….. Buuu Niiiiinngg …… oohhhh ….” Aku merem melek merasakan kenikmatan saat tangan halus Bu Ning mengocok batang penisku.


“Oohhh …. Doonnniii sayaaaanngg …… kenapa kamu suka dengan Ibu yang sudah tua ini …… oohhhh…. Yeessss …. Aaachhhh ……” desah Bu Ning dengan mata sayu memandangku.


“Buuuu Niiiing ….. aaayuuu dannn montok menggairahkannnnn …… Doonnniii ….. suka bangeeettt … dengan buahdada Buuu Niiinng yang besar dan montookkk ini …… “ sambil jari tanganku memelintir dan meremas gemas buahdadanya yang besar dan kenyal

Posting Komentar

0 Komentar