Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

ketika BPK mertua sakit #8

... ”,

rintihnya setengah memekik melepaskan emosi dari orgasme yang ia alami. Aku terus bergerak pelan di antara kuncian mama yang beberapa saat kemudian kian mengendur, membuatku kembali liar menikmati setiap senti organ kewanitaanya sampai akhirnya biji pelirku mengerut kaku lalu….satu tusukan terakhir kemaluanku mengantar semburan demi semburan spermaku membanjiri liang senggama mama. Aku lalu rebah di atas tubuh sensual mama mencoba mengatur nafas, mama mengelus-elus punggungku yang bermandikan keringat membisikan kata-kata sayang, bagai gadis muda kepada kekasihnya. Kembali ku lumat bibir mama, sampai krasakan penisku mulai mengecil. Lalu aku beranjak meninggalkan tubuh mama, menyaksikan hasil produksiku segera mengalir keluar dari liang merah merekah di selimuti bulu-bulu jembut itu, menciptakan danau kecil di atas sprei, kemudian berbaring di samping mama. Kami saling memeluk dan memagut bibir masing-masing bak sepasang kekasih yang lama tak bertemu, bukan sebagai menantu dan mertua.

“Maafkan saya, ma”, ujarku membuka percakapan.

”nggak Den….maafkan mama juga, mama juga membiarkan hal ini terjadi, jawabnya.

Lalu mama menceritakan segalanya, bahwa selama beberapa hari ini sebenarnya ia tahu apa yang kulakukan, tapi sengaja membiarkannya, karena…mama pun sudah sangat lama tak lagi mendapatkan kepuasan biologis dan bathin, karena papa mertua lebih sibuk dengan usahanya dan tertimpa penyakit pula. Oleh karena itu mama pun menyibukan diri dengan berbisnis. Mama pun bercerita bahwa kerap rekanan bisnisnya yang kebanyakan juga wanita seusiannya kerap memanfaatkan jasa pria-pria muda untuk memuaskan nafsu masing-masing, bahkan mama juga pernah ditawarkan, namun berhasil menahan diri walau dalam satu kesempatan nyaris terjadi, sempat bercumbu dan nyaris disetubuhi ketika tiba-tiba telpon berdering memberi kabar bahwa papa mertua masuk rumah sakit sebelum yang terjadi sekarang. Dan sungguh tak menyangka justru disetubuhi menantunya sendiri, itulah yang membuatnya menangis karena di satu sisi merasa berdosa dengan anak dan suaminya namun di sisi lain hasratnya yang lama terpendam tak bisa ditahan lagi, dan yang ia dapatkan adalah orgasme pertama setelah belasan tahun tak pernah merasakan lagi. Mama sendiri tersipu-sipu ketika ku sanjung-sanjung kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya meski di usianya yang kepala empat dan telah punya cucu. Kami saling memeluk ,membelai dan saling melumat bibir. Hingga kemudian tanganku mengusap-usap vaginanya dan tangan mama meremas-remas pelan biji pelir dan batang kemaluanku, membuatnya lambat laun kembali tegak perkasa. Dan ronde kedua pun dimulai, kembali spring bed itu berderit-derit dan kamar itu diramaikan suara rintihan mama dan suara kecipak dua organ dibalut lendir saling merasakan kenikmatan masing-masing. Bermacam-macam gaya kami lakukan, mama di atas, aku di bawah, menyamping, doggie style sampai akhirnya mereguk orgasme bersama. Dan kami baru benar-benar kelelahan sampai keempat kalinya melakukan persetubuhan terlarang itu. Aroma sex tercium santer di dalam kamar itu, lalu kami tertidur saling berpelukan dengan kelamin tetap menyatu. Malam itu hubungan kami telah berubah drastis, dari menantu & mertua menjadi sepasang kekasih. Sinar matahari pagi menyilaukan mataku, dengan setengah mengantuk kucoba mengembalikan memoriku, satu tangan mama masih memeluk dadaku sementara kepalanya bersandar di pangkal lenganku, sebelah kakinya juga masih menimpa sebelah pahaku. Wajahnya nampak cantik sekali dan menunjukan kepuasan, nafasnya teratur menghembuskan hawa hangat di wajahku. Menyadari dipeluk wanita setengah baya yang cantik , dalam keadaan telanjang pula, membuat perabotanku kembali menegang keras. Aku beranjak dengan hati-hati untuk duduk, lalu menyingkirkan selimut sehingga sehingga menampakan tubuh bugil mama yang molek itu. Ku remas-remas pelan payudaranya dan ku betot pelan putingnya, membuat senjata biologis ku kian tak bisa diajak kompromi, lalu aku merangkak ke atas tubuh mama, melebarkan kedua paha mulusnya, dengan perlahan kudorong kepala penisku di antara dua bibir vagina mama. Agak susah karena cairan pelumas mama belum keluar namun tetap kupaksakan sedikit demi sedikit, wajahnya nampak meringis, lalu perlahan matanya membuka kemudian tersenyum ke arahku, membuatku langsung melumat kembali bibirnya. Mama membalasnya dengan liar, sementara aku terus berupaya menggali kembali lubang kenikmatan itu yang kini mulai memproduksi lendir pelumas sehingga penetrasi penisku kian dalam sampai akhirnya tinggal dua biji pelir yang tertinggal di luar mulut vagina mama

Posting Komentar

0 Komentar