Mataku berpesta pora menikmati pemandangan indah dua gunung kembar putih mulus dan cukup besar itu dan segera pula tanganku meraupnya dan meremas-remasnya. Aku yang telah berada pada titik tak munkin kembali siap menghadapi apapun reaksi mama. Kepala ibu kandung istriku itu terlempar ke kanan ke kiri dan rintihannya pun kian meninggi, namun kali ini diwarnai isak tangis dan lelehan air mata. Kali ini aku yakin, mama telah tersadar, munkin sedari tadi.
“Mama..” panggilku ditengah deru nafas karena mengeluarkan energi menikmati tubuh sintalnya.
Dan sungguh diluar dugaan, mama bukannya marah, namun dengan mata masih tertutup dan berlinangan air mata justru melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya, gaun tidur dan BH nya. Lalu kembali merintih-rintih sambil menggigit pelan jari tangannya. Melihat hal itu segera kutindihkan tubuhku di atas tubuh mama, dan memegang wajahnya ku arahkan ke wajahku, matanya membuka sedikit menatapku dengan pandangan misterius, lalu kulumat bibirnya yang merekah…..dan ia membalasnya sehingga lidah kami saling mengecap dan membelit,
”mama…”, panggilku,
Dan mama hanya mengangguk. Membuat ku menambah kecepatan gerakku mengobrak abrik liang vagina tempat asal mula istriku dilahirkan sehingga suara becek dua organ kelamin kian emmenuhi ruangan kamar, tentu saja diiringi melodi rintihan mama dan lenguhanku. AC kamar hotel itu tak mampu lagi menahan panas tubuh kami berdua, peluh kami saling menyatu dari pergumulan tubuh telanjang aku dan mama. Ku lipat kedua paha mama ke atas hingga lututnya nyaris menyentuh payudaranya, menyebabkan tusukan kontolku kian dalam menghujam liang senggama mama dan membuat mama kian histeris,
”ooouh…Deni…nngnnnh…ennng”,
gerakanku kian ganas dan liar mengobok-obok rongga kemaluan mama sampai kemudia tiba-tiba betis mama memeluk pinggangku dan menarik serta menahannya ke bawah sementara lengannya memeluk punggungku erat-erat,
”ooooohh…Deniiii,,aahhhh..
0 Komentar