Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Alfi Bu Niken dan dokter lila part 6



“Aduhhh sekali lagi maaf mas Erik dan jangan pergi dulu …sebentar akan saya ganti sepreynya ya. Ini semua gara-gara si cleaning servicenya pada mudik, Jadinya saya yang kerjai semua” Sriti meletakkan tubuh Lila di sofa, lalu mengambil seprey baru yang bersih dari kantor meninggalkan Erik yang masih menggerutu.

Lima menit kemudian Sriti kembali lalu dengan sigap mengganti seprey tempat tidur tersebut.

“Sudah selesai mas”

“Ini buat kamu…tapi ingat lain hari aku minta ganti rugi waktuku yang terbuang dengan tubuhmu” ujar Erik sambil menyelipkan uang pecahan limapuluh ribuan ke dada Sriti sambil meremas bukit kembar itu.

 

Sriti kesal atas perlakuan Erik yang tak sopan kepadanya namun ia terpaksa berpura-pura senang sambil tersenyum nakal.

“Selamat malam mas” ujarnya lalu menutup pintu kamar dari luar.

Nampak Alfi tengah berlari ke arahnya. Sriti memberi isyarat kepada anak itu agar tak berisik, lalu mereka berdua menuju ke gudang yang tak jauh dari kamar itu.

“Host….host…host..ba..gai..mana kak? Di..mana.. kak ..Lila?” ujar Alfi terengah-engah. Karena napasnya nyaris putus karena berlari tanpa henti.

“Kau datang tepat pada waktunya, dia ada di kamar bersama Erik. Nah sebelum kita bertindak sekarang kau dengarkan dulu rencana kakak”

Sementara Sriti menjelaskan rencananya pada Alfi. Di dalam kamar nampak Erik tersenyum-senyum menjijikan bagaikan seekor hyena yang siap merencah-rencah  korbannya. Selama ini Erik tak pernah gagal memperdaya korban-korbannya apalagi hingga pada tahap ini. Ia menuangkan air putih dari teko yang di sediakan oleh pihak motel ke dalam sebuah gelas lalu ia mengeluarkan botol kecil berisi cairan obat perangsang yang telah dipakainya sedikit di café tadi. Sisa cairan di dalam botol itu ia tuangkan semua ke dalam gelas. Erik benar-benar memperhitungkan waktu. Ia berniat menggarap tubuh Lila habis-habisan malam ini. Untuk itu ia mempersiapkan obat perangsang tambahan yang akan di berikannya pada Lila ditengah-tengah persetubuhan nanti agar Lila benar-benar takluk padanya hingga pagi hari. Tubuh Lila dipindahkannya dari sofa ke atas kasur. Lalu perlahan ia membuka reutsleting dibagian belakang gadis itu. Lila hanya mampu mengeliat-geliat. Ia sungguh tak berdaya. Obat tidur dari Erik hanya menyisahkan sepuluh persen kesadarannya. Berhasil menarik resleting gaun Lila hingga ujung. Erik terbelalak memandangi keindahan di hadapannya saat itu. Kedua payudara gadis itu seakan mau tumpah dari BH-nya karena begitu montoknya. Jemari Erik gemetaran saat melepas kaitan bra tersebut dari balik tubuh Lila. Bra itu-pun berhasil ia rengut lepas. Dan nampaklah ke dua buah daging putih bersih itu dengan putingnya yang berwarna merah muda. Benda indah ini dahulu yang sempat ia sia-siakan. Dan kini ia beruntung mendapatkannya kembali sebelum ada seorangpun yang menyentuhnya.

 

Namun baru saja jemarinya hendak menggapai ke dua benda itu, tiba-tiba pesawat telepon di samping tempat tidur berdering.

Riiingggg!!!!

“Haess!! Apa lagi sih!” meski kesal namun ia tetap mengangkat telepon tersebut.“Ya ada apa!”bentaknya. Terdengar suara Sriti di seberang telepon agak gugup.

“A..nu  maaf mengganggu mas…soalnya penting sekali”

“Cepat katakan saja  ada apa!”

“Eng…menurut informasi sebentar lagi ada tim aparat bakal datang melakukan razia kemari mas”

“Apaaa!…”

“Betul mas.. katanya sekitar lima menitan mereka bakal tiba di sini, sudah dulu ya mas saya mau ngasih tahu tamu yang lainnya” ujar Sriti memutus pembicaraan.

“SIALLL!!!…Keparatttt !!!” pekik Erik berang, Mengapa ia begitu sial hari ini. Dengan susah payah ia menjebak Lila sejak tadi sore dan ia hanya tinggal menyetubuhinya saja tapi semuanya menjadi kacau balau. Erik tak mau mengambil resiko berlama-lama. Secepat mungkin ia harus kabur dari tempat itu sebelum aparat datang . Untung saja ia belum melepas pakaiannya. Rasanya ia tak punya waktu buat membawa serta Lila bersamanya. Akhirnya ia putuskan untuk meninggalkan gadis itu begitu saja.Lalu bergegas lari keluar dari kamar. Sriti dan Alfi memandangi mobil Erik yang berlalu dari motel dengan meninggalkan kepulan debu.

“Berhasil Fi! Kamu panggil dulu Taxi di depan sementara aku akan merapikan dr Lila terlebih dahulu”.

Sriti dengan sigap memasang kembali gaun Lila yang terbuka sebagian. Namun ia tak sempat memakaikan bra Lila hanya gaunnya yang ia rapikan.

“Kak, taxinya sudah datang, loh ada apa dengan kak Lila?” Alfi melihat kondisi Lila dalam keadaan setengah sadar dalam pegangan Sriti.

“Ia tadi pasti dicekokin obat tidur sama Erik, sebaiknya kasih dulu dia minum air putih biar dia agak segaran sedikit”ujar Sriti.

Alfi melihat sebuah gelas sudah terisi penuh air di atas meja. Kebetulan pikirnya. Namun ia tak sadar kalau itu adalah air yang sudah di campuri oleh Erik dengan obat perangsang.

Alfi lalu meminumkan isi gelas itu ke Lila. Lila-pun meminumnya hingga habis setengah gelas.

“Ayo cepat kau bawa dia kabur dari sini aku kuatir Erik kembali lagi ke mari, kamu bawa kak Lila-mu pulang dan ini uang buat bayar taxinya”

“Sebentar kak, Alfi haus sekali karena tadi harus berlari kemari” Lalu Alfi meminum sisa air di gelas tadi sampai habis tandas.

Kemudian mereka memapah tubuh Lila ke dalam Taxi. Lalu pergi meninggalkan motel tersebut.

 

*********************************

Sesampainya di rumah Lila, Alfi dengan susah payah memapah Lila  hingga sampai di teras rumah. Jelas tidak mudah membantu orang yang memang lebih tinggi dan lebih berat dari dirinya itu sendirian. Tubuh Lila sementara di baringkannya di atas kursi lalu ia menuju ke arah pintu utama. Berulang-ulang ia mengetuk pintu namun tak ada seorangpun yang datang membukakannya. Hingga sepuluh menit berlalu tetap tak ada yang keluar. Tanpa bermaksud lancang ia  lalu memutuskan membuka tas Lila. Satu persatu isinya ia keluarkan dari dalam tas, Dompet, kosmetik, Alfi juga melihat segerombolan anak kunci yang di ikat menjadi satu. Hingga akhirnya ia menemukan apa yang ia cari yaitu  HP gadis itu. ia berharap siapa tahu ia bisa menelpon seseorang buat dimintai bantuan. Namun ia melihat sebuah pesan pendek pada Hp tersebut.

“La kamu tinggal sendiri dulu di rumah, malam ini ibu dan Lidya menginap selama dua hari di tempat bu De mu yang sedang sakit”

Alfi baru mengerti bahwa ia harus berusaha masuk ke dalam rumah dengan menggunakan kunci milik Lila. Lama juga ia mencocok-cocokan tiap anak kunci ke lubang pintu depan. Hingga akhirnya ia berhasil. Lalu ia kembali membantu Lila berdiri dan memapahnya masuk ke dalam rumah hingga di sebuah kamar tidur. ia baringkan tubuh Lila di atas kasur. Setelah itu ia bergegas kembali ke arah depan buat mengunci pagar dan pintu ruang tamu. Setelah semuanya beres ia justru bingung harus mengerjakan apa lagi. Yang jelas Ia tak mungkin meninggalkan Lila sendirian dalam keadaan tak sadarkan diri seperti ini. Ia justru kuatir jika Erik tiba-tiba datang kemari dan pasti membuat keadaannya kembali menjadi runyam seperti tadi. Alfipun akhirnya memutuskan untuk tetap di sana menunggu  sampai  Lila bangun. Rasa letih membuat ia menyandarkan dirinya di kaki tempat tidur di samping tubuh Lila. Berkali-kali ia menoleh ke arah Lila yang terbaring di sebelahnya. Wajah gadis itu  terlihat begitu cantik dan menawan. Lekuk-lekuk tubuh yang sintal itu menonjolkan segala sisi kewanitaannya yang dapat mengguncang iman setiap pria yang menatapnya.

Alfi merasakan ada perasaan aneh bergejolak sejak di dalam taxi tadi. Entah kenapa birahinya tiba-tiba naik begitu cepat apalagi ketika tadi ia memapah dan bersentuhan dengan tubuh gadis itu. padahal selama ini ia tak pernah berani berpikir untuk berbuat macam-macam terhadap Lila.

Posting Komentar

0 Komentar