“Fi…Kakak harap kamu dapat mendengar ucapan kakak. Kakak hanya ingin kamu tahu bahwa kakak sudah memaafkanmu. kakak sadar dan tak ingin menyalahkanmu atas semua perbuatan yang disebabkan Erik. Kamu…kamu …tak harus membayar sedemikian mahal untuk menebus kesalahan itu….bangunlah Fii…demi..kakak” ia berbisik di antara isak nya.
Setelah lewat lima menit ia kembali keluar. Kala itu Niken baru saja datang ke sana melihat mata Lila yang merah dan basah.
“La…., kamu baik-baik saja kan” tanya Niken
Lila mengangguk. Ia tak ingin Niken dan yang lain tahu dan kuatir akan perkembangan kesehatan Alfi. Tapi dadanya begitu sesak.
“Aku telah bersalah Nien…aku terlalu memojokannya saat itu…sehingga akhirnya ia nekat mempertaruhkan nyawanya demi aku …huu..huu” tangis Lilapun pecah. Niken langsung memeluk sahabatnya itu. lalu menepuk–nepuk punggungnya untuk memberikan rasa nyaman bagi Lila.
“Sttt…sudah La…sudah…jangan terus-terusan sedih begini, tak baik buat kesehatanmu, aku yakin Alfi melakukan itu karena ia sangat menyayangimu”
“Tapi Nienn….aku takut ia…ia..”
“Dengarkan aku La…perasaan kami semua saat ini juga sama sepertimu… sedih dan takut …tapi kita hanya dapat berdoa agar Alfi segera sadar dan kembali sehat. Dan aku yakin ia akan bangun dan berkumpul bersama kita lagi. Kuharap engkau juga tak berlarut-larut menyalahkan dirimu.”
Lila mengangguk Lalu Niken menyeka pipi Lila dari sisa air mata.
“Kita pulang yo” ajak Niken setelah satu jam mereka di sana.
“Kamu pulang saja duluan Nien, aku masih kepingin di sini..” Ingin rasanya ia tetap di sana hingga Alfi sadar.
“Ahh Ayolahh maniss…” Niken menarik paksa tangan Lila. Akhirnya Lila mau juga diajak Niken pulang bersama.
************************
Pagi harinya ia terbangun ketika mendengar dering Hpnya.
“Ada apa Nien?” tanyanya lesu karena rasa kantuk masih membayangi kepalanya akibat semalam ia baru mampu memejamkan matanya pada pukul tiga dini hari.
“Laa!..Alfii La!..” ujar Niken. Lila bergegas bangkit dari kasur karena kaget mendengar suara Niken seperti tergesa-gesa ingin mengatakan sesuatu padanya.
“Ada apa dengan Alfi Nien!” Tanya Lila panik. Tak terasa air matanya kembali meleleh. Inilah yang sangat ia takutkan. Semua yang di kuatirkannya terjadi di saat ia tak berada di sana
“Ia…bangunn La! Alfi sudah sadar!”
“Ohh…Nien …syukurlahh…huu..huu”
Pembicaraan mereka terhenti beberapa saat, Niken membiarkan Lila melepaskan beban di dadanya dalam tangisan lega.
“Udah belum nangisnya cantik?” godanya pada Lila.
“Sudah… tapi aku benci sama kamu Nien” ujar Lila dengan nada merajuk.
“Loh kok jadi marah sama aku?”
“Iya habisnya kamu ngomongnya diputus-putus begitu seharusnya sejak awal kamu bilang Alfi sudah sadar sebab tadinya aku sempat kuatir dan mengira kalau terjadi ada apa-apa pada dia. Kamu pasti sengaja mengoda aku kan?”
“Hi hi Iya..iya aku ngaku salah ..aku minta maaf…kamu tunggu saja di rumah sebentar lagi akan kujemput. Kita pergi ke rumah sakit sama-sama”
*************************
Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah sakit. Di sana nampak Sandra, Donnie dan juga Sriti sudah menunggu di depan pintu kamar ICU. Lalu terlihat Didiet baru keluar dari dalam kamar dengan mempergunakan pakaian steril. Sepertinya hanya Didiet seorang yang baru boleh di izinkan masuk dan bertemu Alfi.
“Bagaimana keadaannya?” Tanya Sandra pada suaminya.
“Syukurlah ia dalam kondisi baik dan sempat sadar selama lima belas menitan. Ia bahkan bisa berkata-kata sedikit dengan berbisik sebelum akhirnya kembali tertidur” jelas Didiet.
“Haihh….Ia seharusnya belum boleh dulu banyak berpikir dan berbicara” keluh Lila
“Yah…aku juga heran pada kondisi seperti itu ia tadi justru menanyakan keadaan dirimu. Dan setelah aku katakan bahwa kamu juga selamat malam itu tanpa kurang suatu apapun barulah ia nampak tenang dan kemudian terlelap lagi” jelas Didiet menambahkan.
Lila terenyuh mendengar penuturan Didiet, betapa anak itu masih mengkuatirkan keselamatan dirinya dalam keadaan seperti itu. Hari itu Lila bertekat belum akan pulang ke rumah sebelum ia menjumpai berhasil Alfi dalam keadaan sadar. Ia menunggu di temani oleh Niken dan Sriti hingga sore harinya. Dan saat jam menunjukan pukul lima sore Alfi kembali terjaga. Niken memberi kesempatan bagi Lila terlebih dahulu masuk. Hati Lila merasa lega melihat seyum anak itu mengembang dari balik masker oksigennya saat melihat ia datang. Tapi Lila menjadi agak kikuk. Ia tak ingin memperlihatkan bagaimana gejolak perasaannya saat itu baik pada Alfi maupun Niken. Ia berusaha bersikap tenang dan dingin seperti biasanya meski hatinya gembira bukan main saat itu.
Demikianlah setelah berjalan satu minggu karena kondisi Alfi berangsur-angsur membaik. Dan kini Alfipun sudah boleh dipindahkan dari ruang ICU dan menempati sebuah kamar rawat inap. Dan di dalam kamar VIP tersebut Alfi baru bebas menerima kunjungan. Hari itu terlihat mereka semua hadir di situ.
“Fi, besok kami terpaksa harus pulang dulu ke kota S karena banyak sekali pekerjaan yang tertinggal dan harus di selesaikan” ujar Didiet.
“Ngga pa pa Kak. Alfi mengerti”
“Oya Fi ada kabar gembira buatmu, kak Nadine-mu telah melahirkan dengan selamat. bayinya perempuan, gemuk, sehat, cantik dan berkulit putih bersih persis ibunya” jelas Niken.
“Selamat ya ‘PAPA’ Alfi” ujar Sriti disambut tawa yang lainnya.
“Oya ada salam sayang juga dari kak Dian-mu, katanya ia kangen sekali padamu” ujar Niken.
“Doakan Alfi supaya cepat sembuh ya kak”
“Ya, kau istirahat saja sampai pulih tak usah memikirkan untuk buru-buru pulang, kami akan bergantian datang ke kota ini buat menjengukmu” ujar Didiet menambahkan.
“baik kak, ngga usah kuatir kan di sini ada kak Sriti”
0 Komentar