Selama satu bulan lamanya Alfi di rawat di rumah sakit. Namun sejak Niken dan yang lain pulang, tak terlihat sekali-pun Lila datang menjenguknya. Sudah dua minggu Ia hanya ditemani oleh Sriti. Ternyata Lila juga pulang ke kota S menyusul yang lain. Alfi merasa sedih ia yakin Lila pasti masih membenci dirinya dan tak akan pernah mau memaafkan dirinya atas kejadian tempo hari. Hingga pada suatu malam, menjelang pukul 9, Saat itu Alfi tertidur lelap setelah menyelesaikan sesi makan obat terakhirnya untuk hari ini. Terlihat seseorang memasuki kamarnya. Orang itu tak lain adalah Lila. Ia baru sampai dari kota S dan langsung menuju kemari tanpa pulang ke rumah ibunya terlebih dahulu. Ia berdiri di samping tempat tidur dan memandangi wajah anak itu. Dua minggu ia pergi menyibukan diri dengan praktek di Kliniknya untuk melupakan semua yang terjadi selama di kota H , termasuk melupakan anak ini. Namun yang terjadi malah sebaliknya semakin Ia berusaha menghapus kenangannya bersama Alfi semakin kuat pula kenginan dirinya untuk dekat dengan anak itu. Lila juga binggung entah apa yang terjadi pada dirinya. Ada sesuatu yang mampu mengganggu seluruh prinsip hidup yang telah ia jalani selama sepuluh tahun ini. Dimanakah keteguhannya selama ini yang tak sekalipun tergoyahkan oleh keberadaan seorang lelaki dalam bentuk apapun sejak penghianatan Erik dulu? Ia bukanlah type seorang gadis yang gampang tergiur oleh betapa hebatnya seorang lelaki dan berapa pun besarnya daya pikatnya. Bahkan kebanyak pria yang datang tersebut tergolong gagah, tampan dan mapan sangat jauh bila harus dibandingkan dengan Alfi.yang berbadan kurus hitam dan berwajah pas-pasan itu. Ia harus mengakui bahwa awalnya sebelum mengetahui bahwa Alfi tak sengaja terjerat dalam nafsunya akibat obat perangsang Erik, ia merasakan kebencian demikian meluap-luap karena Alfi menggagahinya malam itu. Namun seiring waktu rasa benci itu berganti menjadi rasa rindu yang mendalam.semakin ia mengingat kejadian malam itu semakin ia merasakan bagaimana dirinya berubah seperti segumpal bara panas kala dalam balutan dekapan tubuh anak itu.
Memang sejak hari itu, secara bertahap Lila merasakan hasrat seksualitasnya menggelora tak terkendali. Di malam-malam kesendiriannya ia kerap mendapati dirinya mengalami bermimpi erotis bahkan pada siang hari pikiran penuh gairah nafsu terus-menerus berputar dalam benaknya. Jelas ia telah jatuh hati pada anak ini, jatuh hati pada kepolosan dan pengorbanannya, terpesona pada kejantannya. Hal inilah membuat ia mengambil keputusan untuk kembali menemui anak itu malam ini. Saat pikiran dan perasaannya masih berkecamuk dan bercampur aduk tiba-tiba..
“Kak……Li..la..” gumam Alfi lirih. Lila terkejut anak ini membisikan namanya di dalam tidurnya. Bukan Sandra, Dian, Nadine atau Niken. Namun dirinya.
Terlihat anak itu menggeliat lalu perlahan membuka matanya. Alfi sempat terkejut ketika matanya menangkap sosok dihadapannya. Alfi mengucek matanya ternyata memang benar itu adalah Lila. Sungguh bahagia ia dapat kembali melihat wajah cantik gadis itu.
“Kak..Lila?” ucapnya lirih dan berusaha untuk duduk.
“Iya Fii…ini aku”
“Kak Lila…kapan datang?” sapanya
“Baru saja Fi”
Kekakuan masih terasa, namun Lila tak ingin berlama-lama dalam keragu-raguan. Bukankah sejak berencana datang kemari ia sudah memutuskan untuk dapat memperoleh kejelasan dan jawaban dari permasalahan antara ia dan Alfi.
“Hmm… Fii”
“Iya kak?”
“Ada yang ingin kakak bicarakan denganmu”
“Alfi tahu kakak pasti ingin membicarakan tentang kejadian tempo hari” ujar Alfi menduga-duga setelah melihat perubahan pada wajah Lila yang nampak serius.
“Ya Fii. Kakak ingin memberi tahumu bahwa kakak telah hamil karena perbuatanmu dulu itu … oleh sebab itu…. kakak ingin meminta tanggung jawabmu Fi” ujar Lila.
Alfi terkejut mendengar ucapan Lila itu. Hatinya menjadi kecut teringat akan omongan Niken tempo hari.Namun hatinya sudah bertekat untuk menerima apapun keputusan dari Lila asalkan gadis itu tak lagi membenci dirinya.
“Alfi sudah tahu mengenai kehamilan kakak dari kak Niken. Alfi siap dan rela kakak apa-apain…Alfi ..juga rela jikaa harus kakak operasi menjadi… cewek” ujar Alfi bergetar ketakutan saat mengucapkan itu.
Lila jadi tertawa geli mendengar ucapan Alfi barusan, ia sudah mengira pastilah Niken yang telah mengarang omongan seperti itu buat menakut-nakuti anak itu. Lila mendekatkan tubuhnya ke Alfi. Harum tubuh wanita itu tercium oleh hidungnya. Alfi terkejut saat tahu-tahu wajah Lila sudah begitu dekat dengan wajahnya. Lalu bibir lembut gadis itu mengecup lembut pipinya.
“Kak?…” Alfi masih belum percaya jika Lila melakukan hal itu. Bukankah seharusnya Lila sangat membenci dirinya karena telah menodainya tempo hari.
“Apa kau masih bingung dan tak mengerti juga?”
“Apakah kakak tidak akan..mengoperasi Alfi?”
“Dasar anak bodoh….bagaimana mungkin aku mau memiliki seorang suami berkelamin perempuan”
Suami?…jadi Lila menuntutnya untuk dinikahi.
Alfi tercenung sambil menatap perut Lila, tempat dimana di dalamnya salah satu benih nya sedang tumbuh. Ia sadar situasi dan kondisi Lila tak dapat di samakan dengan Sandra dan wanita nya yang lain. Lila memang tak punya suami ataupun kekasih. Sedangkan Didit maupun Donnie sudah tak mungkin untuk menambah seorang istri lagi. Berarti ia sendiri yang harus menikahi Lila. Betapa beruntung hidupnya. Entah kenapa saat membayangkan ia bakal hidup bersama dengan Lila tiba-tiba saja kemaluannya berereksi dengan hebat setelah selama satu bulan ini tertidur.
“Ada apa Fi, ka..mu diam saja? A..pakah…kamu merasa keberatan menikahi kakak? Ji..ka demikian kakak tak ingin memaksamu… ..biarlah kakak yang akan membesarkan bayi kita sendirian” ujar Lila dengan nada suara mulai bergetar, Ia sadar sulit bagi anak seusia Alfi memikirkan harus melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami meski Lila tak menuntut untuk diberikan nafkah secara materi.
“Ti..dakkk…bukannn begitu kakk, Alfi bersedia kok menjadi suami kakak, Lagian siapa tak ingin punya istri cantik dan pandai seperti kakak” ungkap Alfi cepat-cepat. Ia kuatir gadisnya itu terlanjur sedih dan kabur dari situ.
“Benarkah? Kau bersedia menikahi kakak?Dan apakah kau tak merasa aku terlalu tua untukmu?” Tanya Lila lagi.
“Kakak manis. Alfi sayang dan cinta kakak. Alfi bakal temani kakak hingga akhir hayat Alfi”ujar Alfi sambil meraih jemari Lila dan menggenggamnya agar gadis itu yakin akan keputusannya.
“Lantass kenapa dong tadi kakak lihat kamu sempat diam dan nampak gelisah?” ujar Lila masih binggung. Tapi Ia sungguh gembira Alfi telah bersedia buat bertanggung jawab meski ia sendiri masih bingung bagaimana melangsungkan proses pernikahan itu di karenakan Alfi belum lagi berusia tujuh belas tahun.
“Ooo tadi itu Alfi..cuma …kuatir”
“Kuatir apa?”
0 Komentar