“Ah..tidak apa-apa kak, kita ngomongin yang lain saja tapi yang jelas Alfi bahagia sekali bakal menikahi kakak, Eng..ya ngomong-ngomong kapan kak Niken dan yang lain berencana datang ke kota H kak?” ujar Alfi berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Hmm….Kamu bikin aku penasaran…ayo katakan dulu padaku apa yang kau kuatirkan sehingga bersikap seperti tadi?” ujar Lila duduk di bibir ranjang.
Percuma Alfi berusaha mengalihkan pembicaraan, Lila tetap mendesaknya buat berterus terang.
“Alfi tadi kuatirr kalau terus-terusan berdekatan dengan kakak … Alfi tak bisa mengendalikan diri lagi seperti tempo hari. Alfi kan sudah pernah sekali berbuat dosa terhadap kakak sehingga menimbulkan masalah besar, Alfi tak ingin mengulangi kesalahan itu lagi”” ujar Alfi sambil menunduk tanpa berani memandang ke arah Lila.
Tangan Lila menarikkan selimut yang menutupi dari bagian pinggang ke bawah Alfi. Alfi berusaha mencegahnya namun ia kalah cepat dari Lila. Lila tersenyum melihat ketegangan dari balik celana piyama anak itu. Lalu ia kembali mengulangi kecupannya tapi kali ini di bibir anak itu hingga Alfi terpancing untuk membalasnya. Meski demikian Alfi takut untuk bertindak kurang ajar ia hanya mengecup lembut dan buru-buru melepaskannya sebelum ia menjadi tak terkendali.
“Bagaimana jika aku yang memintamu… melakukan dosa itu lagi padaku?” tanya Lila saat ciuman mereka terlepas.
Kalimat terakhir Lila telah membuat Alfi mengangkat wajahnya dan menatap mata Lila. Ada sinar kerinduan terpancar di sana. Mata indah itu mengatakan kesungguhan sehingga segalanya menjadi jelas dan Alfi jadi tahu apa yang harus ia lakukan sekarang ini. Ia tak lagi ragu-ragu untuk menangkap tubuh mahkluk cantik di hadapannya itu ke dalam pelukankannya.
“Oh.. Kakk…kak…Alfii cinta kakak” bisiknya
“Nikahi kakak ya Fi… miliki kakak….kakak juga sayang padamu…cinta padamu..” Rengek Lila balas memeluk erat tubuh kecil bocah itu. Entah bagaimana caranya cinta dan kasih sayangnya terhadap Alfi bisa tumbuh begitu subur dan kuat padahal anak ini masih belum cukup umur dan tak bisa juga di katakan tampan. Bagaikan bumi dan langit perbedaannya. Kisah kasihnya lebih mirip sebuah cerita dongeng anak-anak ‘beauty and the beast’ ketimbang kisah cinta ‘Romeo and Juliet’. Namun rasa ini tak terungkapkan indahnya. Hatinya begitu berbunga-bunga bagai perasaan seorang gadis ABG yang tengah dilanda cinta pertamanya. Lila seakan telah menemukan apa sebenarnya penawar bagi kegelisahannya selama ini.
Perlahan tubuh Lila rebah ke kasur sementara kepalanya telah jatuh ke dalam gumpalan bantal Alfi. Sedangkan posisi tubuh Alfi berada di atas tubuhnya. Mata keduanya kembali saling menatap. Mereka tahu di hati mereka saling memendam kerinduan meski baru terpisah beberapa minggu saja.
“Kakak..cantik sekali” bisik Alfi terpukau. Seakan ada magnet yang kuat yang membuat wajahnya turun perlahan mendekat ke arah wajah Lila.
Emp…hanya itu yang terdengar. Rintihan Lila tak sempat keluar karena bibirnya sudah dipenuhi oleh hisapan bibir Alfi. Tubuh Lila gemetaran bagai orang terserang malaria. Tak ada pengaruh obat perangsang kali ini namun Lila merasa kali ini lebih mendebarkan ketimbang tempo hari. Pecintaan kali ini ia lakukan secara sadar dan karena iapun menginginkannya. Tak ada yang menghalangi keinginan keduanya buat bersatu sehingga ranjang kecil rumah sakit itu tak terasa sempit bagi mereka berdua. Untunglah tadi Lila telah mengunci pintu kamar terlebih dahulu saat masuk tadi. Lila heran Alfi menghentikan kecupannya. Anak itu merenggang menjauh dari tubuhnya sementara matanya menatap ke arah dada Lila. sejenak Lila mengerti keinginan anak itu. Dengan wajah merona merah karena malu, Lila melepas sendiri kancing-kancing bajunya satu persatu. Ia tak menyangka ia mau melakukan itu semua itu di hadapan anak itu.
“pelan..pelan Fi, ingat kepalamu belum boleh terlalu bayak bergerak” Lila mengingatkan anak itu.
Benar saja begitu semua kancing bajunya terbuka. Ciuman Alfi kembali menghangati bibirnya. Lila dapat merasakan jemari anak itu berusaha membuka pengait branya. Dan sepertinya ia sudah berhasil melakukannya. Kecupan Alfi beralih ke leher jenjang Lila perlahan turun hingga sampai di belahan dada gadis itu lalu lidahnya mulai menjilati setiap jengkal permukaan kulit kedua bukit putih kembar di hadapannya.
“Fiii…geliii..ouhhhhh” pekik Lila lirih ketika mulut Alfi menyergap salah satu putting payudaranya dan mengisapinya kuat-kuat.
Lila tak berani menekan kepala Alfi yang masih terbalut perban. Ia hanya meninggikan dadanya agar mulut Alfi makin terbenam di situ. Anak ini… ia pandai sekali menyenangkan diriku Pikir Lila. Ia seakan tahu di mana saja titik-titik rangsangan pada tubuh lawan jenisnya.
“Cks…..ckss……cksss” Alfi mengisapi ke dua putting Lila secara bergantian. Benda itu semakin memerah dan mengacung tegak. Puas menetek, Alfi melepas putting Lila
“Kakak Alfi ingin itu….” bisik Alfi. Penisnya sudah sangat tegang sejak tadi dan menagih untuk di lumat oleh sebuah liang vagina.
“Lakukanlah Fiii…kakak milik kamu sejak malam ini”
Alfi membuka kancing piamanya sedangkan celananya ia turunkan sebatas lutut. Ia sengaja tak telanjang bulat Ia kuatir setiap saat suster bisa saja masuk ke kamar dan memergoki mereka. Begitupun dengan Lila, Alfi hanya menarik lepas celana dalamnya dan menyembunyikannya di bawah bantal. Beruntung Lila memakai baju terusan yang longgar sehingga mudah bagi Alfi mengekplorasi tubuhnya.
Lila bisa merasakan kehangatan penis anak itu menekan perutnya. Jemarinya meraih ke bawah buat menyentuhnya kemudian menggenggamnya namun dia tidak dapat melingkarkan jari-jarinya secara penuh di pada benda itu. Lila merasa aneh, dulu-dulu ia tak pernah merasakan gairah meletup-letup seperti sekarang ini saat menatap dan menyentuh benda itu di ruang prakteknya. Benda yang pernah memberikan rasa linu dan sakit namun juga sejuta kenikmatan pada vaginanya.
“Fii…” bisiknya lirih
“Kenapa kak?”
“ng..ga..punya kamu besar sekali ternyata”
“Kakak suka atau takut sakit?”
“Dua-duanya”
“Alfi janji bakalan pelan-pelan waktu masukinnya ke punya kakak nanti” Alfi membiarkan jemari lentik Lila mempermaikan daging miliknya itu.
“Fii..”
“Iya kakak sayang?”
“Ma..sukin sekarang…”rengeknya manja kerena menginginkan Alfi menuntaskan kerinduannya meski dengan agak malu-malu saat mengatakan itu.
“Pingin pakai lidah apa pakai titit,kak?”goda Alfi
“A..aaa Alfi gitu” rajuk Lila bertambah malu didesak mengatakan pilihannya itu sambil memukul-mukul manja dada Alfi.
“Bilang dulu…kakak sayang maunya dimasukin lidah apa titit Alfi?”
“Eng..ti..tit” ujarnya dengan pipi bersemu dadu.
Lila tahu ini pasti akan sedikit menyakitkan baginya, meski ia sudah tak perawan lagi karena ia baru sekali melakukan persetubuhan dan kemaluan Alfi memang sangat besar dan panjang. Tapi saat ini ia sangat ingin merasakan kembali kenikmatan yang dasyat itu lagi lebih dari apapun di dunia ini. Dengan jemari tangannya, Lila membimbing penis anak itu yang berdenyut-denyut ke celah basah vaginanya. Lalu secara naluriah Alfi menekan kemaluannya sehingga kepala titit berkulup besar itu meluncur masuk sedikit di antara bibir basah itu.
“Uhhhhh!!…sa..kitttt
0 Komentar