Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Alvi Bu Niken dan dokter lila part 4


“Ke..napa Alfi harus sering diperiksa kak. Alfi kan tidak sakit?” ujar Alfi kecut jika harus datang ke sana.

Dari dulu Alfi memang takut sekali dengan jarum suntik, apalagi setiap kali bertemu Lila selalu memberinya suntikan.Selain itu ia juga tetap merasa malu bila terpaksa harus menunjukan batang kemaluannya buat diperiksa oleh Lila, walaupun benda miliknya itu sering di pegang-pegang dan diemut oleh banyak wanita.

“Bukankah tadi kamu mengatakan jika selama tiga hari dalam tiap minggunya kamu tinggal bersama Kak Niken-mu, lalu empat hari sisanya bersama Kak Sandramu kan?”

“I..ya kak”

“Nah. mengingat aktivitas seksu..eng…. itu yang sangat sering itu, paling tidak setiap bulan kamu harus memeriksakan diri”

“Ya kak tapi… bolehkan jika sekarang kita ngga ngomongin soal itu kak?”

 “Hi..hi..memangnya  kamu takut ya Fi?” Tanya Lila.

“Iyalah, habismya kakak selalu nyuntik kalau ketemu, kan sakit!”

Lila tertawa geli mendengar ketakutan Alfi. Lila sudah mengenal Alfi sejak dua tahun yang lalu. Meski secara fisik Alfi terlihat tak berbeda dengan  anak lain seusianya namun anak ini telah banyak mengalami peristiwa yang dasyat dalam hidupnya. Hubungan mereka sebagai dokter dan pasien membuat Lila mengikuti pertumbuhan Alfi menuju kedewasaannya. Selama ini Lila tak pernah menerima pasien pria. Itu hanya karena mendiang ibu Alfi adalah salah satu pasiennya. Terkadang wanita malang itu terpaksa mengajak serta Alfi buat di periksa kesehatan terutama bagian alat kelaminnya. Ibunya tak dapat menjaga pergaulan Alfi di dalam lingkungan kotor seperti di lokalisasi X sehingga telah ikut menyeret putra satu-satunya ke dalam jurang kenistaan di usia yang masih sangat muda. Ketika Alfi diadopsi oleh pasangan Sandra dan Diditpun, Lila-pun dapat mengetahui semua kejanggalan yang terjadi dalam hubungan suami istri itu meski mereka tak pernah secara langsung mengatakannya padanya. Hingga akhirnya Niken sahabat terbaiknya pun ikut masuk dalam kehidupan Alfi.

 

Bagi Alfi sendiri, Lila merupakan figure yang patut dikagumi. Betapa tidak selama ini Alfi hanya mengenal para wanita di lokalisasi X yang hanya menjadi alat pemuas nafsu bagi kaum lelaki saja. Setelah bertemu Lila, barulah ia tahu ternyata ada juga wanita yang demikian pandai dan hebat melebihi kemampuan kebanyakan  kaum lelaki. Ia merasa sangat segan terhadap wanita satu ini. Lila tak seperti wanita lain kebanyakan yang ia kenal. Gadis itu sangat tegas dan sangat….dingin. Tapi hari ini Alfi melihat sisi yang berbeda pada Lila. Entah mengapa hatinya bergetar aneh seperti saat ia bertemu dengan Niken dulu. Meski demikian Alfi tak ingin berpikiran macam-macam terhadap Lila.

“Lila! Kamu? “ sapa seseorang tiba-tiba di tengah-tengah kegembiraan itu

“E..rik?” desis Lila ketika mengenali siapa yang menyapanya itu. Lila masih bengong dari duduknya.

Entah mengapa ada rasa perih di hatinya memandang pemuda itu. Apalagi saat itu Erik datang bersama seorang wanita dengan dandanan mencolok. Blouse ketat, rok mini, dan make up menor ala artis sinetron. Erik tak menyangka ia bakal bertemu lagi dengan  Lila, gadis yang pernah ia sakiti hatinya dahulu. ia bahkan terperangah melihat penampilan Lila sekarang. Tak pernah terbayangkan olehnya gadis itu menjadi sangat mengoda.. Paras yang sangat cantik dan mempunyai postur tubuh yang indah ukuran 34-27-34 ditunjang  tinggi tubuh yang 170 sentimeter membuatnya lebih nampak bagai seorang model ketimbang dokter. Berkali-kali ia meneguk ludah sambil mengamati tubuh Lila. Lila bukannya senang berjumpa dengan pemuda itu. Ia bertambah muak melihat sikap buaya Erik. Erik yang baru menyadari kebodohannya segera buru-buru memperbaiki sikapnya.

“Ehh…lama tak bertemu, Apa kabarmu La?”

“Baik, bagaimana denganmu Rik?”

“Juga baik, Lalu angin  apa yang membawamu kembali ke kota ini?”

“Aku hanya mampir sebentar menengok ibu dan Lidya”

“Kau pasti sangat sibuk sekali ya, kudengar dari teman-teman kita dulu kau telah menjadi seorang dokter ahli kandungan yang terkenal di kota S. O ya siapa ini? kacungmu kah?” ujar Erik dengan nada agak mengejek.

 

Lila bertambah tidak senang melihat tingkah laku Erik yang seakan memandang rendah orang lain.

“Hmm.. kenalkan ini Alfi sahabatku, dia orangnya sangat baik padaku tak seperti kebanyakan lelaki yang kukenal selama ini” sindir Lila

“Kau masih seperti dulu La, tak berubah” ujar Erik. Ia tahu Lila tak begitu senang bertemu dengannya.

“Kamu juga masih seperti dulu, terutama seleramu” ujar Lila. Sambil melirik ke arah wanita di samping Erik.

“Oya ini Monica, Mon kenalkan ini Lila mantanku dulu” ujar Erik semakin tak mengenal sopan santun.

Wajah Lila merah padam. Ingin rasanya ia menanggapi perkataan Erik dengan pedas namun ia cepat-cepat mengendalikan perasaannya. Sungguh rugi meladeni orang semacam Erik. Lebih baik ia lekas pergi dari situ karena pembicaraan mereka  menjadi semakin tidak sehat.

“Kupikir kalian perlu meja, kebetulan kami sudah selesai, silakan dipakai saja”

“Kenapa buru-buru kita bisa ngobrol bareng di sini” ujar Erik terkejut ketika Lila beranjak meninggalkan tempat itu diiringi si Alfi. Nampaknya dia agak menyesal juga dengan ulahnya tadi.

“Mungkin kapan-kapan Rik soalnya kami ada urusan lain, sampai ketemu” ujar Lila berlalu dari sana tanpa menoleh kebelakang lagi. Alfi terkejut saat Lila mengamit tangannya agar berjalan lebih cepat meninggalkan tempat itu

“Siapa pemuda tadi kak?” tanyanya setelah mereka jauh

“Teman kakak sewaktu si SMU dulu” Jawab Lila.

“Ganteng ya kak”

“Buat apa punya tampang tampan tapi tak punya kesetiaan” ujar Lila ketus.

“Iya juga sih”Alfi buru-buru tak meneruskan bicara mengenai topic tersebut  lagi sadar ia jika Lila tak senang mengupasnya lebih lanjut. Dalam hatinya ia dapat menduga pasti ada telah terjadi sesuatu pada hubungan mereka dulu.

“Kak, kita beli es krim di sana yok, kali ini biar Alfi yang traktir” ujarnya berusaha mencairkan suasana hati Lila.

Sepertinya usahanya berhasil. Nampak sunggingan senyum di bibir indah Lila

Posting Komentar

0 Komentar