Beberapa saat kupermainkan kedua puting-puting susunya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Kak Mira menggelinjang lagi. Kupuntir sedikit putingnya dengan lembut. "Mmm.." Kak Mira semakin mendesah tak karuan. Aku tak tahan, secara bersamaan akhirnya kuremas-remas gemas kedua buah dadanya dengan sepenuh nafsu. "Aawww.. nngg.." dia mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Aku semakin menggila, tak puas kuremas lalu mulutku mulai menjilati kedua buah dadanya secara bergantian. Lidahku kujulur-julurkan menjilati seluruh permukaan susunya itu sampai basah, mulai dari payudara yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang kanan. Kugigit-gigit puting-puting susunya secara bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas sampai dia berteriak-teriak kesakitan. "Sshh.. shh.. oohh.. oouwww.. Ndre.." erangnya. Lima menit kemudian lidahku bukan saja menjilati, kini mulutku mulai beraksi menghisap kedua puting-puting susunya sekuat-kuatnya. Aku tak peduli Kak Mira menjerit dan menggeliat kesana kemari. Sesekali kedua jemari tangannya memegang dan mengeremasi rambut kepalaku yang bergerak liar. Sementara kedua tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua buah dadanya bergantian sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat. Bibir dan lidahku dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya kupilin-pilin dengan lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa kempot, aku mengkhayal meminum air susunya. Dia hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti putingnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan susu-susunya itu tampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitanku.
Mmm, ini benar-benar nikmat. Cukup lama sekali aku menetek susunya, mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, dia mulai mengerang-erang kecil keenakan. Bau tubuhnya yang harum bercampur dengan keringatnya yang khas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak. Kukecup dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit kemaluannya yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu alat kelaminnya itu. "Oooh.." Kak Mira hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun sudah sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah susunya. Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang kemaluannya, sebab pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat dirinya bergairah.
Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kakakku. Kak Mira membuka kedua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei, kelihatannya dia tegang sekali. "I.. m.. Ndree.. e.. enaak.." katanya. Aku tersenyum senang, sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang, bisikku dalam hati. Aku akan menyetubuhimu sepuasnya. Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin cewek. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan khas. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang kemaluannya sama sekali. Betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan liang kemaluannya menjepit batang kemaluanku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku. Aku juga ingin nantinya dia bisa merasakan semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang keluar dari celah kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba Kak Mira berbisik lirih menyadarkanku, "Ngapain sih.. kok ngelamun.. bau yaa Ndre.." tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali. Habis berkata begitu tangan Kak Mira bergerak memegang kepalaku dan mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya, "Mmff mffphh.." hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan bernafsu. Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara bergantian seperti kalau aku mencium bibir Kak Mira. Puas mengecup dan mengulum bibirnya bagian atas aku berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir kemaluannya bagian bawah. Rasanya.. "Mmm.. yummi.." ada sedikit manis dan asin. "Mmm.. mm.." bercampur bau kemaluannya yang memabukkan. Pokoknya dari Sabang sampai Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan. Tidak heran karena ulahku Kak Mira sampai memekik-mekik nikmat tak karuan, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang. Beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang merangsang. Salah sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. "Mmm.. Ndree.. aauuwww.. auuwww.. aawww.. hgghhkhh.. aduuh.. e.. naak.. aahh aduuhh.. oouuhh.." Kak Mira mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak mengeremasi rambut kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan alat kelaminnya yang montok itu.
"Oouhh.. yaahh.. yaha.. huhuhu.. huhu.." Kak Mira berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya. Kepala kakakku, Kak Mira dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya, sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku semakin buas. Dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya yang menawan dengan jemari tangan kananku. Mmm, hangat dan empuk. Kini kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu barulah aku dapat melihat celah liang kemaluannya yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Aku mencoba untuk membuka bibir kemaluannya agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak Mira tiba-tiba memekik kecil, ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu sehingga ia mengerang kesakitan. "Aawww.. iih.. Ndre.." pekiknya kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. "
Mmm, ini benar-benar nikmat. Cukup lama sekali aku menetek susunya, mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, dia mulai mengerang-erang kecil keenakan. Bau tubuhnya yang harum bercampur dengan keringatnya yang khas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak. Kukecup dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit kemaluannya yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu alat kelaminnya itu. "Oooh.." Kak Mira hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun sudah sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah susunya. Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang kemaluannya, sebab pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat dirinya bergairah.
Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kakakku. Kak Mira membuka kedua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei, kelihatannya dia tegang sekali. "I.. m.. Ndree.. e.. enaak.." katanya. Aku tersenyum senang, sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang, bisikku dalam hati. Aku akan menyetubuhimu sepuasnya. Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin cewek. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan khas. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang kemaluannya sama sekali. Betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan liang kemaluannya menjepit batang kemaluanku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku. Aku juga ingin nantinya dia bisa merasakan semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang keluar dari celah kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba Kak Mira berbisik lirih menyadarkanku, "Ngapain sih.. kok ngelamun.. bau yaa Ndre.." tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali. Habis berkata begitu tangan Kak Mira bergerak memegang kepalaku dan mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya, "Mmff mffphh.." hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan bernafsu. Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara bergantian seperti kalau aku mencium bibir Kak Mira. Puas mengecup dan mengulum bibirnya bagian atas aku berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir kemaluannya bagian bawah. Rasanya.. "Mmm.. yummi.." ada sedikit manis dan asin. "Mmm.. mm.." bercampur bau kemaluannya yang memabukkan. Pokoknya dari Sabang sampai Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan. Tidak heran karena ulahku Kak Mira sampai memekik-mekik nikmat tak karuan, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang. Beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang merangsang. Salah sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. "Mmm.. Ndree.. aauuwww.. auuwww.. aawww.. hgghhkhh.. aduuh.. e.. naak.. aahh aduuhh.. oouuhh.." Kak Mira mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak mengeremasi rambut kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan alat kelaminnya yang montok itu.
"Oouhh.. yaahh.. yaha.. huhuhu.. huhu.." Kak Mira berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya. Kepala kakakku, Kak Mira dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat. Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya, sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku semakin buas. Dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya yang menawan dengan jemari tangan kananku. Mmm, hangat dan empuk. Kini kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu barulah aku dapat melihat celah liang kemaluannya yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula. Aku mencoba untuk membuka bibir kemaluannya agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak Mira tiba-tiba memekik kecil, ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu sehingga ia mengerang kesakitan. "Aawww.. iih.. Ndre.." pekiknya kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. "
0 Komentar