"Tidak mau ah Am, besok siang saja nanti Mbak Asih curiga."
"Lho Om Tris tidak tahu yaa kalau Mbak Asih dan ibu tadi pagi pergi ke Surabaya mau lihat Bapak?"
"Apa tadi tidak pamit, Om?" kata Ami sambil terus pergi tanpa menunggu jawabanku.
Malam harinya setelah selesai mendengarkan Dunia Dalam Berita dan beranjak mau mengunci pintu-pintu rumah mertuaku lalu terus tidur, muncul si Ami dari rumahnya sambil agak berlari dan memegang pintu yang akan kututup serta langsung berkata,
"Lho om sudah mau tidur?"
"Iyaa Am, om sudah ngantuk", jawabku malas.
"Yaa om kok gituu, katanya mau ngajarin Ami, ayo dong om ajarin pelajaran kimia", rengek Ami sambil mengguncang tanganku. Melihat Ami hanya pakai celana pendek dan baju yang cekak sehingga perut dan pusarnya kelihatan, memdadak kantukku jadi hilang, lalu sambil keluar dari pintu dan menutupnya dari luar, lalu kujawab,
"Ayoo kalau mau Ami begitu." Ami duduk di tempat di satu satunya tempat duduk yang diduduki oleh Asih kemarin di meja makan sambil membuka buku pelajarannya dan karena tidak ada kursi lain, aku berdiri di belakang kursi yang diduduki Ami. Ketika aku menuliskan dan menerangkan rumus-rumus kimia, aku hanya menjulurkan kepalaku kesamping kanan kepala Ami dan sesekali kualihkan pandanganku ke dalam baju Ami dan terlihat payudara Ami yang kecil tanpa memakai BH. Melihat ini penisku mulai berdiri di dalam celana pendek yang kupakai, sedangkan Ami tetap serius mendengarkan keterangan-keterangan yang kuberikan dan tidak menghindar atau menjauhkan badannya kala aku beberapa sengaja menempelkan pipiku ke pipinya. Pada saat Ami sedang menulis jawaban soal-soal yang kuberikan, kudekatkan wajahku ke wajahnya dan sengaja kuhembuskan nafasku ke dekat kupingnya sehingga Ami sambil terus menulis berkomentar, "Oom, nafasnya kok panas?" Komentar Ami tidak kujawab, tapi segera kucium pipinya dua kali dan Ami segera menghentikan menulisnya dan berkata, "Oom, jangan nakal dong", sambil kembali mau menulis.
Karena nafsuku semakin meningkat dan Ami hanya mengatakan begitu, keberanianku semakin bertambah dan pelan-pelan tanganku menyelusup lewat baju pendeknya bagian bawah dan kudekap kedua payudara Ami yang kecil itu serta kuremas pelan, dan kulihat dia melepaskan pinsil yang dipegangnya dan menutup kedua matanya sambil berdesah lirih, "Ooom sshh jaangaan Ooom", dan memegang serta meremas pelan kedua tanganku dari luar bajunya. Sambil tetap kuremas-remas payudaranya, segera wajahku mencari bibir Ami dan kucium dan Ami seperti kesetanan melumat bibirku dengan ganasnya sehingga dalam benakku terlintas pikiran anak sekecil ini kok sudah pintar berciuman. Dengan masih tetap kudekap kedua payudaranya dan berciuman, kugunakan kekuatan badan dan sikuku untuk merubah posisi kursi yang diduduki Ami dan setelah kuanggap baik, sambil tetap kucium bibirnya kulepaskan dekapan tangaku pada payudaranya dan kuraih kedua pahanya serta kubopong badan Ami serta kukatakan, "Amii, kitaa ke kamar Mbak Asih yaa", Ami tidak menjawab tapi hanya memegangkan tangannya ke bahuku.
Kutidurkan Ami di tempat tidur kakaknya dan segera kuangkat bajunya dari bawah serta kujilat dan kuhisap-hisap payudara Ami yang masih terbilang kecil, maklum baru kelas 1 SLA tapi sudah berani belajar intim dengan pacarnya dan Ami meremas-remas rambutku sambil mendesah, "Ooom, Ooom sshh sshh Ooom." Kuteruskan jilatan dan isapanku di kedua payudaranya bergantian dan kugunakan tangan kananku berusaha mencari dan membuka celana pendek Ami dan setelah kutemukan ternyata celana pendeknya memakai ritsluiting. Kubuka ritsluitingnya pelan-pelan dan kususupkan tanganku kedalam CD-nya serta kuelus permukaan vaginanya yang kecil dan terasa masih licin dan mulus seperti punya bayi tanpa ada bulu-bulunya dan ketika kuelus permukaan vaginanya, terasa Ami menggerakkan pinggulnya pelan dan masih tetap dengan desahannya yang kudengar semakin agak keras, "Ooomm sshh sshh Ooom." Lalu sambil mengelus vagina Ami yang cembung, kuselipkan jari tengahku di belahan vaginanya dan terasa sudah basah sekali dan jari telunjukku itu kutekan agak masuk dan kuusap-usapkan sepanjang belahan vaginanya dan ketika sampai di clitorisnya yang terasa kecil, kuusap-usapkan di seluruh clitorisnya sehingga membuat Ami menggelinjang agak keras dan mendesah semakin kuat, "Ooom sshh oom jaangaan oom sshh", dan desahan ini membuat nafsuku semakin tinggi dan penisku semakin tegang dan agak sakit terjepit celana pendekku.
Perlahan-lahan aku menurunkan badanku kebawah dan jilatanku pun sudah disekitar perut dan pusarnya, dan kedua tanganku kugunakan melepas celana pendek dan celana dalam Ami bersamaan, sedang tangan Ami masih tetap meremas-remas rambut dan kepalaku. Sambil melepas kedua celananya, mulutku sekarang sudah sampai di vaginanya yang menggembung mulus tanpa bulu-bulu sama sekali dan tercium bau aroma vagina yang khas. Karena Ami masih tetap merapatkan kedua kakinya, lalu kugunakan kedua tanganku untuk membuka kedua kakinya. Pertama-tama agak susah karena Ami berusaha menahan supaya kakinya tetap rapat sambil terdengar rintihan desahannya, "Ooom jaangaan oom suudaah oom", tetapi ketika lidahku kujulurkan dan kujilati sepanjang belahan vagina Ami yang agak terbuka itu, pertahanan kaki Ami untuk tetap merapat itu sudah hilang dan kedua kakinya dapat kubuka lebar dengan mudah dan terlihat bagian dalam vagina Ami yang basah dan kemerahan itu dan malah terasa Ami menaik-naikkan pinggulnya tapi tetap mengeluarkan rintihannya, "Ooom, suudaah oom sshh oom."
Semakin Ami mendesah atau merintih, nafsuku semakin kuat dan kujilati seluruh bagian vagina Ami dan sesekali klitorisnya kuhisap-hisap membuat desahan Ami semakin kuat dan kedua tangannya semakin keras meremas-remas rambut dan menekan kepalaku sehingga seluruh wajahku terasa basah semuanya dengan cairan yang keluar dari vaginanya, dan beberapa saat kemudian kurasakan gerakan pinggulnya naik turun semakin cepat dan jambakan di rambutku semakin kuat serta desahannya semakin keras, "Ooohh ooh oom aduuh oom sshh aahh ooh", dan aku jadi agak kaget karena tiba-tiba kepalaku terjepit kedua kakinya yang dilingkarkan di badanku serta kepalaku ditekan kuat-kuat ke dalam vaginanya serta tubuhnya bergerak ke kiri dan ke kanan sambil mengeluarkan erangan agak kuat, "Aah aah aduuh Ooom aahh Ooom enaak", lalu Ami terkapar diam, kedua kakinya yang tadi menjepit kepalaku jatuh di atas kasur disertai nafasnya terengah-engah dengan cepat, rupanya Ami telah mencapai orgasmenya
0 Komentar