Suatu hari, setelah berbulan-bulan berpikir, ia berkelana menuju hutan tersebut. Hutan yang sepi dan teduh itu, di mana tiap langkahnya diikuti oleh suara seruling dari burung-burung dan gemuruh dari kelam. Adi mengeluarkan pakaiannya sambil berkata mantra-mantra penyembuhan yang diberitahu oleh dukun desa. Ia sampai di sebuah kawasan hangat dan lembab, di mana tampak sebuah sumber mata air kecil, mengalir dengan air jernih. Tiba-tiba, ia melihat bayangan seperti seorang wanita cantik yang menguap dari arah mata air itu. Bayangan itu semakin jelas, dan Adi tak dapat mengatakannya lagi, ia adalah nyai Sari Naga.
Wanita itu memiliki badan yang seksi, berkulit seperti kulit ular, licin dan mengilap. Tubuhnya menawan, dikuasai oleh pikiran erotis yang membuat kelamin pria merasakan ketakutan dan ketar-kenyangan yang sama sekali tak terduga. Dengan rambut panjang yang jatuh sampai pinggang dan wajah yang manis seperti buah mango, ia menghibur Adi. nyai Sari Naga tampil dalam kecantikannya yang tidak bisa dibandingkan. Dua payung parasnya berwarna hijau tua meletak di lantai, menunjukkan bahwa ia adalah siluman yang sangat kuat dan tak bisa ditebak.
"Hai, Adi," ucap nyai Sari Naga dengan suara yang lembut seperti angin. "Kamu datang untuk kekayaan, ya? Tapi tahu ya, tidak ada yang dapat dibeli dengan mudah di dunia ini. Untuk mendapatkannya, ada suatu harga yang harus kamu bayar. Maukah kamu bersama saya?"
Adi, yang sampai saat ini tak percaya mata dan telinganya, tetap berdiri di depan siluman cantik ini. Ia merasa tubuhnya tergesa dan berdiri kokoh, meskipun rasa khawatiran menghantui di dalam dirinya. "Bersama... bagaimana?" tanyanya dengan suara yang lemah.
Siluman tertawa, lalu mengulur bagian bawah tubuhnya yang tak lain adalah genitalia wanita, tapi tidak seperti wanita biasa. Ia memiliki sebuah anak ular berukuran besar yang berkedip-kedip di antara paha yang kecil dan manisnyAdi merenung, merasa tubuhnya dijebak dalam coblosan keinginan dan rahasia. nyai Sari Naga melihat kekacauan di mata laki-laki itu, lantas tiba-tiba ia bergeser ke arahnya. Dengan gerakan yang lincah seperti ular, ia menempelkan tubuh licinnya pada badan Adi, memanaskan tubuhnya yang sebelumnya teguh.
"Jangan takut, Adi," katanya dengan suara yang seduh. "Kita hanya akan bermain. Kita akan saling membuat senang dan kemudian, kekayaan akan menjadi milikmu."
Selama beberapa saat, Adi bingung, tetapi kemudian ia merasakan panas dan ketidakpastian yang mengeluarkan cairan dari tubuhnya. Ketidakpastian itu menghantui di dalam dirinya sampai akhirnya ia pun menghembuskan napas panas ke wajah nyai Sari Naga.
"Baik, baik," katanya laki-laki itu dengan lesu. "Tunjuk aku bagaimana."
Siluman itu memerahan wajahnya, menunjukkan rasa tertarik. Dengan gerakan yang tidak tertandingi, ia mengeluarkan anak ular raksasanya dari penutup pudinya. Anak ular itu seperti seekor ular yang dihias dengan berlian-berlian, berwarna ungu tua dan bercahaya, melihat seperti si penyintas jalan malam.
"Ini... ini bukan seperti tubuh wanita yang pernah kita lihat," bisik Adi, melihat kejut.
"Ya," jawab nyai Sari Naga. "Ini adalah bagian kuat dari saya. Untuk mendapat kekayaan itu, kita harus saling memahami dan mengalami kepuasan. Tidak ada tembok atau batasan yang boleh menghalangi kita. Apa yang kita lakukan adalah halal di sini."
Adi merasa tubuhnya bergetar, tetapi takutnya terus berkurang. Ia melihat ke arah anak ular yang berkedip-kedip, lantas menggengam kuat-kuat tubuh nyai Sari Naga. Wanita siluman itu menganggukkan kepalanya, tandanya ia senang.
"Ayu... jangan sungkan," katanya, sambil menggeserkan tubuhnya. "Kita akan menikmati ini bersama."
Adi melihat ke arah kepalanya, melihat gairah yang bercahaya di dalam matanya. Sungguh, ia adalah siluman ular yang tak ternilai harganya. Ia merangkul kepala nyai Sari Naga, merasakan rasa lembut dari bibir yang tak sama seperti wanita biasa. Kemudian, ia mempercepat langkahnya, menghisap dan mengejar rahang-rahangnya sambil tangan-tangan mereka saling bergerak.
Tiba-tiba, ia merasakan panas membakar di dalam dadanya. Anak ular nyai Sari Naga mulai melintas melalui kemaluan Adi, mempercepat detik-detiknya sampai akhirnya menembusnya. Laki-laki itu mengeluarkan suara guncangan, rasa sakit dan tension bercampur dengan kepuasan.
Di sana, di tengah-tengah kehangatan tubuh mereka yang saling terikat, anak ular nyai Sari Naga mulai mengeluarkan sari-sarinya yang dibungkus dalam sebuah ketukan yang sangat sensitif. Sensasi yang luar biasa ini membuat Adi merasakan sebuah kejutan erotis yang sebelum ini ia belum pernah alami. Ketika anak ular itu bergerak mengelilingi batang pembesarannya, ia merasakan sebuah kepuasan yang tak pernah dibayangkan sebelum ini. Bibir nyai Sari Naga yang lembut dan kuat, serta jarum-jarum anak ular yang tajam tetapi halus, membuat Adi lemas, tubuhnya tergoyang seperti pohon di sela-sela angin.
Perlahan-lahan, Adi memasukan anak ular nyai Sari Naga ke dalam lubang intimnya, sambil melihat ke arah wajahnya yang tampak menerima rasa sakit dan teguran yang sama sekali tidak ada artinya di dunia ini. Wanita itu berkata-kata halus, serta memetik titinya sambil mempercepat gerakan anak ular tersebut. Tetapi, ia tak pernah menunjukkan tanda rasa sakit, hanya kepuasan yang membara di matanya.
Dengan perlahanan, Adi merasakan tubuhnya terguncang. Ia tak tahu bagaimana ia bisa bersukacita seperti ini tanpa melihat benda seks yang umum. Tetapi, ia tak perlu bingung. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikannya yang tak berbanding.
"Ah... nyai Sari Naga... ini..." Adi tidak bisa mengontrol napasnya yang keras.
nyai Sari Naga tertawa lembut, serta menggigit bagian leher Adi yang halus. "Ia adalah anak ku, Adi. Dia akan membuatmu merasakan kepuasan tak terlupakan. Dia akan memenuhi segala keinginanmu."
Laki-laki itu hanyalah bisa mempercaya dan merenung, sambil tubuhnya terus disentakan oleh anak ular yang memasuki tubuhnya. Sensasi ini, yang tak terduga, menghantarkan Adi ke puncak kepuasan yang tinggi.
Melalui permainan tubuh mereka, nyai Sari Naga mengajak Adi untuk melihat ke dalam diri dan menerima apa yang ada. Tidak lama kemudian, ia menghisap dadanya, serta memasukan jari ke dalam lubang rahimnya, memecah beberapa tabu yang ada di dalam diri Adi. Sensasi yang terciptakan membuat Adi merasakan sebuah rasa tak terbiasa.
"Kita akan bersama selamanya," ucap nyai Sari Naga sambil memukul dadahan Adi dengan jari. "Kita akan menikmati segala keuntungan ini bersama. Tetapi, jangan lupa janjimu, Adi."
Adi merasakan rasa sakit dan kepuasan bercampur, tetapi ia tak bisa mengatakannya. Ia hanya bisa menggerutu bahagia, sambil merasakan cairan hangat yang keluar dari kedua tubuh mereka yang saling terkunci.
Di dalam kehangatan lingkungan yang hangat, Adi dan nyai Sari Naga terus saling merangsang diri dengan tenang, sambil tersenyum kepada satu sama lain. Dengan perlahan, Adi mulai menggeliat-geliat tubuhnya, memukul dadahan yang dipenuhi oleh anak ular nyai Sari Naga. Cairan hangat mengalir dari kemaluan mereka, menggabungkan rasa keinginan dan ketakutan yang mereka rasakan. Adi merasakan tubuh nyai Sari Naga yang licin dan lembab, serta anak ular yang melayang di antara kemaluan mereka.
nyai Sari Naga menganggukkan kepala, menyembunyikannya ke arah Adi, sambil mencium dan mengecil-gelempar dada laki-laki itu. Tangan-tangan mereka saling berpegangan erat, ketika anak ular terus bergerak mengelilingi batang pembesar Adi, mengeluarkan sari-sarinya yang mempercepat detak jantungnya. Adi merasakan sebuah sensasi yang tak dapat diungkat, rasa ketakutan dan kepuasan yang membara di dalam tubuhnya, sehingga ia tak bisa lagi memegang tubuh nyai Sari Naga.
Tiba-tiba, nyai Sari Naga mengeluarkan jari dari kemaluan Adi, serta memasukkannya ke dalam vagina anak ular. Laki-laki itu merasa tubuhnya terpotong oleh rasa sakit tetapi tak berhenti mengeluarkan suara guncangan. Wanita siluman itu tersenyum sambil mengatakan, "Kita akan bermain lagi, Adi. Kita akan mencoba permainan baru."
Dengan gerakan yang semakin cepat, anak ular itu menggigit-gigit bagian-bagian intim Adi, sambil nyai Sari Naga menghisap dada laki-laki itu sampai putih . Tetap menggunakan jari lainnya, ia memasukkannya ke dalam lubang rahim Adi, memukul beberapa titik yang sensitif sampai laki-laki itu merasakan sebuah getaran yang mengalir dari arah dadahan.
"Ahh... nyai... Sari... Naga..." Adi tidak bisa mengendalikan napasnya yang kekuatan.
nyai Sari Naga tersenyum lasciviously, merasakan kepuasan yang begitu hebat. "Aduh, anak ku sungguh hebat," katanya sambil memukul dadahan Adi yang terkontrak. "Dengan cara ini, kita akan selamanya saling terikat, Adi. Kita akan bersama-sama melihat keindahan dunia dan kita akan membagikannya."
Adi hanya bisa merenung saja, sambil melihat ke arah matanya yang terhisap oleh kejutan erotis yang tak pernah ia alami sebelum ini. Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan, hanya kepuasan yang dialami oleh kedua tubuh tersebut, yang saling berpegangan erat sampai akhir dunia.
Beberapa saat berlalu, mereka beristirahat di sana, badan mereka saling menempel seperti tulang-tulang yang tak bisa dipisah. Rasa lemas dan kehangatan mereka masih terasaDengan napas yang pendek dan rasa ketakutan yang berkelip-kelip, Adi merasakan anak ular nyai Sari Naga yang masuk ke dalam tubuhnya, mewacanahi setiap inci dari jalan terlarang tersebut. Tubuh nyai Sari Naga, yang licin dan kuat seperti kulit ular, bergerak seperti melukis, membuat Adi merasakan sebuah kepuasan yang tidak pernah ada sebelum ini. Kedua badan mereka saling berirama, seolah-olah mereka adalah dua musik yang saling melengkok untuk membentuk lagu cinta yang tak ternilai harganya.
nyai Sari Naga menganggukkan kepala, sambil melihat ke arah mata Adi yang dipenuhi rasa takut dan kehangatan. "Kita akan beristirahat sebentar," katanya dengan suara yang ringan. Laki-laki itu hanya bisa menganggukkan kepala, tak bisa mengatakannya lagi.
Mereka berbaring di atas tanah hangat, kulit mereka bercampur dengan kebiruan cairan tubuh. Rasa sakit dan kepuasan yang mereka rasakan tak bisa dibandingkan. Sensasi yang luar biasa ini membuat Adi tak bisa berhenti merenung, sambil merasakan gerakan anak ular yang terus memancing di dalam dirinya.
"Adi," ucap nyai Sari Naga sambil mengeluarkan anak ularnya, "Kita akan melanjutkan permainan kita. Kita akan belajar bagaimana memanfaatkan kekuatan ini untuk mencapai kekayaan yang tak ternilai harganya."
Laki-laki itu terpana, tetapi tubuhnya tetap tergugah oleh rasa yang ia alami. "Bagaimana?" tanyanya sambil melihat ke arah nyai Sari Naga yang tampak begitu penuh kecandaan.
"Tidak perlu khawatir, sayang," katanya siluman itu. "Saya akan membantu mu. Kita akan mengajak anak ku ini untuk berpindah tempat, ke lubang lain yang ada di tubuhmu."
Adi merasa tubuhnya terpana, tak bisa menolak ketika nyai Sari Naga memasukan anak ular ke dalam anusnya. Sensasi yang terciptakan tak pernah ia bayangkan, tetapi rasa sakit itu ternyata tidak ada. Hanya rasa baru, rasa yang membuat ia terhangat.
"Kita akan belajar bagaimana untuk mengontrol kekuatan ini," ucap nyai Sari Naga sambil menggeserkan anak ularnya. "Kita akan menjadiku guru, dan kita akan mengajari kita bagaimana menggunakan kekuatan ini untuk memperoleh segala yang kita mau."
Dengan perlahan, Adi mengerti bahwa keindahan ini bukan hanya sekedar mimpi. Ia harus berani menerima apa yang ada, dan jika ia benar-benar ingin kekayaan, ia harus berani menghadapinya. Ia merasakan anak ular nyai Sari Naga bergerak di dalam tubuhnya, memukul dinding-dinding yang sensitif sampai ia tak bisa mengendalikan kesalahan diri.
"Bisa... bisa," bisik AdSelanjutnya, Adi mengalami hal yang tak pernah ia bayangkan sebelum ini. nyai Sari Naga, yang tampaknya tak pernah puas, mempercepat gerakan anak ularnya di dalam anus Adi, menciptakan rasa baru bagi laki-laki itu. Anak ular yang kuat dan berbisa itu memperlihatkan kecandaan dan kemampuannya yang tak terlupakan. Adi merasakan sebuah kepuasan tak terbendung, tubuhnya bergoyang mengikuti rintangan yang diberi oleh siluman ular. nyai Sari Naga menggigit kulit halus di leher Adi, mengeluarkan suara-suara guruh yang mempercepat rintangan anak ularnya. Laki-laki itu tidak bisa mengeluarkan napas yang tegas, hanya bisa mengeluarkan suara yang mengukuh.
Mata nyai Sari Naga mengeluarkan cahaya yang menakutkan sambil ia mengajari Adi cara memanfaatkan kekuatan yang baru mereka dapati. Ia mengatakan bahwa dengan anak ular raksasanya, mereka dapat mempengaruhi dunia, mencuri rahasia-rahasia harta karun yang tersembunyi di dalam tanah, dan menjadi yang paling kaya di negeri ini.
Adi, yang terpesona oleh kecantikannya, merasakan rasa takut yang kian membara, tetapi tak bisa menolak. Ia merasakan tubuh nyai Sari Naga yang tetap hangat dan lembab, serta anak ular yang terus bergerak di dalamnya. Laki-laki itu tidak bisa menolak janjinya. Ia pun berusaha untuk memahami gerakan anak ular, sambil tubuhnya terus disentakan oleh rasa sakit dan kepuasan yang tak terpisah.
nyai Sari Naga tersenyum, melihat sejumlah cahaya mulai berkeluar dari tubuhnya, menghantui Adi. "Lihatlah, Adi," katanya sambil mempercepat gerakan anak ularnya, "Ini adalah awal dari kekayaan yang tak ternilai harganya."
Cahaya itu bercahaya di sekitar mereka, membuat Adi merasa seperti dia sedang dalam sebuah mimpi yang tak akan berakhir. Anak ular terus bergerak, membuat tubuhnya terus merasa rasa yang tak bisa diungkat. Adi merasakan kesemutan di dada, serta kekuatan yang ia tak pernah dapati sebelum ini.
"Kita akan melanjutkan permainan kita," ucap nyai Sari Naga sambil memasukan anak ular ke dalam lubang rahim Adi. "Kita akan belajar cara memanfaatkannya, dan kita akan menikmati segala yang diberinya."
Adi hanyalah bisa menganggukkan kepala, sambil rasa takut dan harap mengalir di tubuhnya. Tetapi, rasa baru ini juga membuatnya tak bisa berhenti, tak bisa menolak kepuasan yang ia alami. Dengan tubuh yang kian lemas, ia merasakan gerakan anak ular yang menakutkan dan menggoda, di antara kaki nyai Sari Naga yang terus memukul dadahan dan yang tersajat oleh jarAdi, dihadapkan oleh kehangatan dan kekuatan anak ular nyai Sari Naga, merasakan tubuhnya bergoyang di atas tanah. Rasa takut yang ada tetap di dalam hatinya, tetapi rasa ketar-kenyangan yang tak ternilai harganya membuat ia tak bisa menolak. Ia melihat ke arah wanita siluman yang tampak begitu kuat dan memiliki rahasia yang tak ternilai harganya.
"Lihat, Adi," ujar nyai Sari Naga sambil memasukan anak ularnya ke dalam lubang rahim laki-laki itu, "Kita akan bersatu dan mengambil apa yang kita inginkan."
Tiba-tiba, cahaya-cahaya misterius mulai berkeluar dari tubuh mereka, membuat lingkungan menjadi penuh dengan nuansa-nuansa warna. Laki-laki itu merasakan tubuhnya terdipu dengan kekuatan mistis yang tak bisa diungkat. Rasa takut itu berkurang, digantikan dengan rasa tertarik.
"Ya, sayang," bisik Adi sambil melihat ke arah nyai Sari Naga yang tampak begitu pujian. "Saya ingin kekayaan itu."
nyai Sari Naga tersenyum, "Dengan kekuatan ini, kita bisa melakukan apa saja," katanya sambil menggerakan anak ularnya yang masuk ke dalam tubuh Adi.
Kini, mereka berada di titik puncak permainan erotis yang tak bisa dibendung. Anak ular yang raksasa itu bergerak dengan leluasa, membuat Adi merasakan rasa tak pernah ada sebelum ini. Rasa sakit dan kepuasan saling bertukar, sampai laki-laki itu merasa tubuhnya akan meledak dari rasa yang teramat mengguncang.
Mereka saling berpegangan erat, sementara anak ular terus melintas melalui jalan-jalan tubuh mereka yang sensitif. Adi tak bisa menahan napasnya yang panas, sambil tubuh nyai Sari Naga bergoyang sambil memukul dadahan laki-laki itu.
"Aduh... nyai... Sari... Naga," gugur Adi sambil melihat ke arah wanita siluman yang kelihatan seperti mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan.
nyai Sari Naga berkata lagi, "Jangan lupa janjimu, Adi. Kita akan selamanya bersama melihat kekayaan dunia ini."
Melalui permainan tubuh mereka, keduanya saling berbagi kepuasan dan rahasia yang dianggap mustahil. Kedua tubuh mereka saling bercampur, seolah-olah mereka adalah satu wujud yang tak terpisah.
Di sana, di dalam kehangatan mereka, Adi mulai merasakan kuatnya kekuatan tubuh nyai Sari Naga. Anak ularnya, yang dihiasi oleh cahaya-cahaya misterius, tampak seperti senjata rahasia yang bisa membuat mereka tak tertandingi. Laki-laki itu, yang semula takut, kini mulai merasakan perubahan besar.
"Kita akan menjadi maha kaya," ucap nyai Sari Naga sambil mempercepat gerakan anak ularnya. "Kita aAdi, yang merasakan kepuasan yang tak pernah dibayangkan, tiba-tiba merasakan tubuhnya berubah. Kekuatan anak ular nyai Sari Naga memasuki jaringan tubuhnya, membuatnya terlihat kuat dan sehat. Setiap hari yang berlalu, ia mengalami perubahan fisik dan mental yang tak bisa dijelaskan. Wanita siluman itu, dengan sosok yang begitu cantik, tetap mengajaria cara memanfaatkan kekuatan anak ular tersebut. Adi, yang semakin kuat dan tampak kaya, mulai merasakan pergeseran di dalam hatinya.
Suatu malam, saat ia berada di kamar terpencil, ia merindukan nyai Sari Naga. Tetapi, di sana tidak ada sama sekali tanda keberadaan siluman itu. Dengan hati yang penuh kecewa ..
Adi, yang sekarang menikmati kehidupan yang mewah dan kekayaan tak terhingga, mulai merasakan beban perjanjiannya dengan nyai Sari Naga. Wanita siluman itu tak pernah berwujud di hadapan mata orang lain, hanya ia yang mampu melihat dan merasakan kekuatannya. Dalam impian-impian malam, ia melihat gambar-gambar yang menakutkan, tentang kekuatan anak ular itu yang terlalu besar untuk ia kendalikan.
Suatu malam, saat ia berada di kamar kecil di rumah kecilnya, di samping tabiran emas dan berkain permata, ia merasakan tubuhnya bergetar. Anak ular nyai Sari Naga, yang selama ini selalu ada di dalamnya, mulai bergerak dengan sentuhan yang jauh berbeda dari biasa. Rasa sakit sambil menyelaput, ia merasakan kekuatan anak ular itu bertambah.
"nyai Sari Naga..." ia bisik sambil merasakan tubuhnya tergesa oleh rasa takut dan ketar-kenyangan. "Apa yang kau lakukan?"
Tidak ada tanggapan, hanya gerakan anak ular yang terus mempercepat di dalam tubuhnya. Adi merasakan tubuhnya berubah, menjadi kuat, tetapi tak bisa dibendung lagi. Kemudian, ia melihat diri dalam cermin, tubuhnya mulai berubah menjadi seperti wanita siluman itu.
"Kau... kau mau bikin aku jadi seperti kau!" Adi menangis, merasakan panik.
Tetapi, nyai Sari Naga hanya tersenyum, "Inilah harga kekayaanmu, Adi. Kita saling bersama, selamanya."
Laki-laki itu mencoba mengeluarkan anak ular tersebut, tetapi tubuhnya sudah terlalu terikat. Ia merasakan kesusahan, rasa takut, dan kepuasan yang tak dapat diungkat. Dalam perjuangannya untuk melihat kekayaan, ia telah lupa tentang perjanjian yang ia buat.
"Tidak ada cara kembali lagi," katanya sambil memasukan anak ular itu
0 Komentar