Ad Code

Responsive Advertisement

Bu Ningsih Akhir cerita

”..


Aku berpikir gimana kalau sampai mereka tahu apa yang tlah ku perbuat terhadap Ibu mereka ..?. Dunia pasti akan geger. Sebab aku masih remaja usia 17 tahun berbeda jauh usianya dengan Ibu Ning yang telah berumur 40 tahun dan telah bersuami. Untuk beberapa hari berikutnya aku tak berani main kerumah Pak Achmad. Tapi dalam sehari tak melihat wajahnya Bu Ning yang juga istrinya Pak Achmad, aku merasa diriku sangat sengsara. Sejak kecil aku tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Ini yang bikin aku jadi nakal dan liar.


Aku masih teringat waktu acara liburan sekolah di SMA, Selama liburan aku tinggal dirumah kakekku. Rumahnya berada di pegunungan Dieng dimana rumah kakekku dekat dengan danau telaga warna. Kadang aku ikut kakek memancing ikan untuk menghilangkan rasa sepi juga sekaligus lauk untuk kita makan. Tapi hatiku slalu rindu sama Ibu Ning. Akhirnya papaku datang mengunjungi kami. Aku sangat sayang sama beliau, tapi aku benci istrinya itu. Karena liburan sekolah hampir berakhir maka ku tak punya pilihan lain selain harus kembali kerumah itu. Padahal rumah itu bagai neraka bagiku, tapi ada sosok Bu Ning wanita setengah baya, tetanggaku yang slalu aku rindukan siang dan malam.


Setelah aku kembali dari liburan sekolah, untuk sementara waktu aku menahan diri untuk tidak terlalu sering berkunjung ke rumah Pak Achmad karena aku sengaja menghindar untuk bertemu dengan Bu Ning yang seksi menggairahkan. Namun kegiatan sms mesra dengan Ibu Ning tetap aku jalani bahkan aku berani mengirim sms mesra yang mengatakan klo aku sedang berm4s-tu7b4$! sambil membayangkan sedang berseb4d-4n dengan Ibu Ning. Jawaban sms dari Ibu Ning juga sangat mesra karena dia mengatakan sangat memimpkan bisa mengemut dan meminum sp37-ma dari mrxku yang masih perjaka tingting.


Aku mulai kembali lagi berakrab ria dengan keluarga Pak Achmad sebab aku beberapa kali bertemu dengan Pak Achmad dan Bu Ning saat makan soto ayam di stasiun atau saat minum wedang jahe bersama temanku bahkan setiap kali bertemu pasti pada akhirnya Pak Achmad dan Ibu Ning lah yang membayari makanan dan minuman yang aku makan. Maka setelah beberapa lama akhirnya aku muncul juga bermain ke rumah Pak Achmad dan Ibu Ning dengan alasan mau pinjam buku pelajaran si Dewi. Padahal aku sengaja untuk bertemu dan mengobrol dengan Ibu Ning yang seksi dan menggairahkan.


Ternyata setelah kami berdua akrab kembali, baru aku ketahui kalau selama ini Ibu Ning juga merasakan rindu yang tak tertahankan. Sebagai wanita terhormat tentu tak mungkin bagi Bu Ning untuk datang ke rumahku dan mengutarakan kerinduannya padaku. Rasa rindu dalam hatinya sedikit terobati bila kami berdua bertemu muka walau saat itu Bu Ning sedang bersama dengan Pak Achmad suaminya. Rasa rindu itu makin menggelora tapi tentu saja tak mungkin diungkapkannya padaku, sebab Ibu Ning ini adalah wanita yang masih terkungkung oleh norma norma kehidupan dan tradisi orang Jawa dan takut akan mengundang kehebohan tetangga. Namun dia sama sekali tak bereaksi ketika aku berusaha lagi untuk mendekatinya, walau aku yakin kalau dia itu tahu akan gerak gerikku ini.


Waktu aku datang lagi saat jam 2 siang sepulang sekolah sambil memberitahukan Bu Ning kalau si Dewi baru akan kembali ke rumah nanti sore, karena sore ini Dewi dan teman-teman lainnya sedang ke rumah Monik untuk rujakan dan makan bakso. Maklum hari ini ultah si Monik tapi aku sengaja tidak ikut agar bisa bertemu Bu Ning mamanya Dewi. Waktu itu Bu Ning hanya sendirian di rumah karena Pak Achmad sedang rapat dinas dikantor Kabupaten.


Ibu Ning memang tak pernah tidur siang. Waktu aku datang saat dia lagi sendirian duduk di meja makan sambil membaca majalah, ia menatapku dengan penuh kasih kasing. Setelah menyapanya aku langsung datang duduk didekatnya. Aku dapat mendengar setiap helahan napasnya.


"Donnii …..kemana aja kamu ….. bocah … ?". Sialan, ia masih juga memanggilku dengan sebutan anak kecil, padahal aku sudah di bangku kelas tiga SMA.


“Saya cuma dirumah saja koq ……Bu Ning ….” Jawabku pendek. “Klo saya gak main kesini itu karena saya sibuk fitness…. “ lanjutku dengan pura-pura serius.


“Fitnes……hebat sekali kamu Donnn ….. Fitnes dimana…?” Tanya Ibu Ning dengan mata berbinar.


“Yaaachhh …. Dirumah sajalahh …. Emang Ibu Ning gak melihat perubahan diri saya…” tanyaku


“Perubahan yang mana yaa ….. emang Doni latihan apa …. “ kejar Bu Ning penasaran, sambil mengamati diriku dari atas ke bawah.


“Saya latihan beban lengan dan eehhhh….. “ aku enggan untuk melanjutkan agar dia penasaran.


“Latihan lengan dan apa Donnn …. Koq gak dilanjutkan sihhh … “ Tanya Bu Ning semakin penasaran.


“Lengan dan kkkk ….. mrx saya Bu Ning …. Hii … hiii ..hiii “ tawaku lirih karena berhasil mengerjainya.


“Fitnes lengan dan mrx alias 0n4-n!….” Hee … hee…. tawaku


“Dasar bocah gendheng ……. Tak pikir serius je … bhule ngapusi tah …. He…. He….” Tawa Bu Ning berderai mendengar pengakuanku yang kurang ajar sekali.


"Bu Ning …. Doni rindu banget .." jawabku sambil tersenyum padanya.


“Rindu …. Rindu gimana….” Tanya Bu Ning dengan mimic wajah lucu.


“Yaahhh …. Rindu banget sama Bu Ning …. Sampai-sampai kebawa dalam mimpi basah ….” Kataku merayu.


"Doniii …. Doniiii …. Dasar bocah gendheng …." katanya sambil menatapku dan tersenyum.


"Tapi Bu Ning sebenarnya juga suka kan …. Doni kangenin …..?" jawabku menantangnya dan menatap matanya dengan mesra.


"Iya sihh …. Tapi Doni mesti ingat yah klo Ibu ini sudah tua. … !"jawab


Bu Ning dengan suara mendesis lirih.


"Bu Ning masih kelihatan muda koq …!, Bu Ning masih cantik, ayu dan merangsang …., hanya Bu Ning saja yang tidak merasa …" aku terus merayu dan meyakinkannya sambil aku memegang dan mengusap-usap lengannya. Bu Ning diam saja tak bereaksi ketika kuusap-usap lengannya yang terbuka dan satu tanganku mengelus-elus pahanya dari luar dasternya.


Aku memeluknya dan mencium bibirnya sambil kumasukan tanganku ke dalam dasternya dan menyelusup ke dalam BHnya. Kuremas-remas p4-yd4-r4nya yang montok dan besar. Karena aku kurang merasa nyaman maka aku melepas tali simpul baju dasternya maka daster itu terbuka dan melorot ke bawah perutnya. b4d-4n Bu Ning terbuka hanya mengenakan BH warna coklat muda. Kulitnya yang kuning langsat sangatlah merangsang b174hiku.


Segera saja ku buka hooknya dan kulepas talinya perlahan-lahan aku menarik lepas BHnya dan meletakannya di meja makan. Maka kedua p4-yd4-r4nya yang besar dan montok itu tergantung layu seperti buah pepaya dengan pu-7!n9 p4-yd4-r4nya yang besar dan memanjang berwarna gelap. Kontras sekali dengan warna kulitnya yang kuning langsat dan mulus bersih itu. Pada perutnya yang agak membesar itu terlihat guratan guratan tanda pernah melahirkan, nampak jelas sekali disekitar lobang pusarnya dan bagian bawah perutnya. Pahanya yang besar itu sudah berlemak yang menggelambir mengantung dan hampir menutup selangkangnya. Bulu bulu jembutnya sangat tebal dan memanjang menutupi bagian depan msvnya. Segera saja kedua tangan Bu Ning menyilang di depan menutupi kedua p4-yd4-r4nya yang besar tapi sudah agak kendor itu, b4d-4nnya gemetar dan menatapku dengan bingung. Kuminta supaya Bu Ning bersandar disandaran kursi dan kubuka lebar kedua pahanya. Bu Ning hanya pasrah mengikuti permintaanku tanpa membantah sambil duduk dikursi bersandar pasrah seperti orang yang kebingungan.


p4-yd4-r4nya yang montok dan besar tergantung layu seperti buah pepaya, aku remas-remas dan kuciumi p4-yd4-r4 yang besar itu, kuhisap dan kukemut-kemut pu-7!n9nya yang berwarna gelap itu. Bu Ning makin mendesah-desah, kedua tangannya memegang kepalaku dan membenamkanya lebih kuat ke p4-yd4-r4nya yang besar dan kenyal itu. Jari-jari Bu Ning mengusap-usap kepala dan rambutku dengan gemas. Kulit p4-yd4-r4nya terasa semakin kenyal saat kukemut dan kuciumi dengan n4+fsu b174hiku yang semakin memuncak dan nafasku yang semakin memburu, debar jantungku terasa makin cepat memompa darahku ke sekujur b4d-4nku.


“Donnii ….. oohhhh ….. eehhhhh …… “ Bu Ning makin meracau tak karuan saat bibir dan mulu7ku mengecup dan menjilati pu-7!n9 p4-yd4-r4nya yang semakin tegang dan mengeras dalam mulutku.


“Donnii ….. oohh.. jangaaannn …. jangan di cupaaannng ….. oohhhh …. Donnniiin…. Sayaaaannng ….. jangaaaannn …yaaaa …. Nanti bisa bahayaaa …. Klooo sampaaaiiii….. Pak Achmad tahuuu …. “ kata Bu Ning bergetar menahan gejolak b174hi yang meronta dalam dada menuntut klimaks yang tuntas.


Untuk menghindari bekas cupang yang akan semakin banyak terlihat di kulit p4-yd4-r4nya yang putih dan kenyal itu, maka aku segera berjongkok dan menciumi paha Ibu Ning yang putih mulus itu. Tanganku meremas dan mengusap-usap bulu-bulu halus hitam keriting yang tumbuh subur di pangkal pahanya. Beberapa saat kemudian jari jempol dan telunjukku mulai mengorek-orek dan masuk kedalam lubang *****nya. Bu Ning makin merintih-rintih dan meracau tak karuan sepertinya keenakan dan tanganya makin kuat menekan tanganku untuk semakin dalam memasuki lubang *****nya.


“Donniii …. Donnnii …… “


“aachhhhh …..eheuekk …. Aaachhh …. “ rintih Bu Ning sambil terus menggeliat seperti cacing kepanasan. Tangannya mencengkeram tanganku kuat-kuat agar berhenti mengocok lubang *****nya. Aku menghentikan gerakanku dan menarik keluar jari-jariku.


“Donnii …. Sayangku …. Ayoo berdiri sayaaangkuuuu …..” pinta Bu Ning manja.


Tapi tiba-tiba tangan Bu Ning bergerak mengelus-elus pangkal pahaku dan tak berapa lama ritsluiting celanaku tlah terbuka, tangan Bu Ning yang hangat dan halus memelorotkan celana dalamku maka mrxku yang telah tegang dari tadi segera mengacung bebas. Jari-jari tangan yang halus milik Bu Ning meremas dan mengocok maju mundur kepala mrxku.


“Donnnii ….. oohhhh ….. kontool kamu besar banget yaaaa ….”


“Hweeehhhh ….. aaahhhh …. Ibu jadi gemas melihatnya. Beda banget dengan milik Pak Achmad …. “ kata Bu Ning kagum…


“Masakkk … siiihhh …. Buuu ……” kataku bergetar menahan 3n4k ….


“Dulu milik Pak Achmad memang bisa tegang dan keras ….. tapi kini setelah makin bertambahnya usia dan berat badannya maka sekarang milik Pak Achmad udah agak loyo dan lembek, apalagi bila lagi nggak mood maka sama sekali gak bisa bangun, Ibu jadi sedih dan kecewa karena tak pernah lagi merasakan ke3n4kan bercinta…. “ kata Bu Ning sambil menatapku sayu.


“Donnii …. Sayangku ….. “ kata Bu Ning tersenyum manis dan tak dapat kucegah tangannya menarik mrxku kearah mulutnya yang terbuka dan segera saja kurasakan hangat dan panas saat mrxku memasuki mulutnya. Kepala mrxku terasa basah dan hangat oleh air liurnya dan ujung mulu7nya menggelitik kepala mrxku yang membuatku merem melek merasakan ke3n4kan yang tiada tara membuncah dalam dadaku.


“Ooohhh ….. oohhh….. niiiiikkmaaaaatt …… “ aku merintih keenakan


“Ooohhhhh …… Buuu Niiingg ….. oohh….. enaaaakk …..sekaliiiii ….” Kataku sambil tangan kananku menggerakan kepala Bu Ning maju mundur semakin cepat ….. dan semakin cepat … sedangkan tangan kiriku berpegangan erat pada kursi makan yang diduduki oleh Ibu Ning.


“Buuu Ninnngg ….. oohhh …. Buuu Ninnngg ….. akuuuu …. Akuuu …..!! “


“Oooohhhh …. Bu Ninnnnngg …… aaakkuu …. Maaauuuu keluaaaarrrr ….. “ aku merem melek sambil merintih dasyaaatt …. Akibat hisapan dan hangatnya mulut Bu Ning yang sedang mengemut-emut kepala mrxku yang sudah berkedut-kedut tak karuan.


“Ayooo Donii ….. ayoo …. Muntahkan pejuhmu …. Aayoooo … Kata Bu Ning sambil terus menggerakan mulutnya maju mundur mengemuti mrxku.


“Ayooo …. Sayaaanngkuuuu …. Ibu pengin merasakan pejuhmu yanggg masih perjaka itu sayaaaannng …. “ kata Bu Ning sambil menatapku sayu, air liurnya membasahi bibirnya yang hangat. p4-yd4-r4nya yang besar dan montok bergoyang-goyang seperti papaya Bangkok, sungguh suatu sensasi yang tak pernah dapat kulupakan sepanjang masa.


“Aduuuuuuhhh ….. ooohhhhh ….. Bu Ninnnnggg ……Buuuuu ….!”.


“Bu Niiinnnggg …… Ooohhhh ….. aaaa …. Akuuuuu … keluaaaarrrrr …..!!”. aku mengejan kuat-kuat sambil memaju mundurkan mrxku yang terjepit erat didalam mulut Bu Ning yang hangat. p3-juhku yang kental dan banyak memenuhi mulut Bu Ning dan sebagian meluber didagunya. Bu Ning sambil tersenyuumm …. Menelan p3-juhku yang memenuhi mulutnya..


“Ehhhmmmm …… nikmaaaat ….. pejuh seorang perjaka tingting akan membuat wanita akan awet muda…. “ kata Bu Ning bangga.


“Makasih ya sayaaaannngkuuu …… berikan saja pejuhmu pada Ibu kapan saja Doni pengin dikeluarkan …. Ibu siap membantu ….” Kata Bu Ning sambil tangannya meraih mrxku yang masih berkedut-kedut dan menempelkanya pada p4-yd4-r4nya yang besar dan montok. Terasa hangat dan kenyal saat mrxku menempel erat pada kulit p4-yd4-r4 itu, tangan Bu Ning kembali mengocok-ocok mrxku dan tak lama kurasakan kembali ke3n4kan yang membuncah-buncah dan tak lama kemudian kedutan demi kedutan 3n4k mendorong p3-juhku untuk menyemprot keluar membasahi kedua p4-yd4-r4 besar milik Bu Ning yang menggantung layu.


Keringat bercampur pejuh yang membasahi p4-yd4-r4 montok dan besar yang menggantung layu itu terasa makin sedap dipandang mata. Tangan Bu Ning mengoleskan seluruh pejuh bercampur keringat itu keseluruh p4-yd4-r4nya, seperti sedang luluran saja.


“Ini adalah resep tradisional kuno … Donn …. Pejuh yang keluar dari mrx seorang perjaka tingting akan membuat kulit p4-yd4-r4 akan kembali kenyal dan membuatnya tetap besar dan montok ….” Kata Bu Ning menjelaskan ketidak tahuanku.


“Berarti Bu Ning udah sering donk bercinta dengan pemuda lain…” kataku penuh cemburu.


“Donniii …. Doniiii ….. kamu jangan cemburu gitu donk … sayaaanngg …” rajuk Bu Ning menanggapi pertanyaanku.


“Yaaa ngggaaaklahhh …. Ibu mempelajarinya dari resep kuno tapi baru sekarang Ibu praktekkan, dengan Donniii … pejantannn ku ….” Lanjut Ibu Ning sambil memelukku.


Hari itu aku lalui dengan bahagia sekali karena sudah tercapai keinginanku walaupun aku masih belum berhasil melakukan penetrasi kedalam *****nya Bu Ning.


Sabtu pagi ketika aku menjemput Dewi untuk berangkat sama-sama kesekolah, aku sempat bertemu dengan Pak Achmad papahnya Dewi dan juga Bu Ning mamahnya dewi. Setelah ngobrol sejenak dengan mereka berdua tak lama aku dan Dewi pamitan berangkat sekolah, tapi tiba-tiba aku dipanggil oleh Pak Achmad dan Bu Ning.


“Doni…. Klo malam minggu besok ada acara nggak…?” Tanya Pak Achmad serius


“Eeeghhhh …. Kayaknya blom tuh Pak….. ada apa ya Pak..” Tanyaku bingung.


“Gini Don, besok kan Bapak mau ke Jogya menengok Mbak Anna dan Mbak Shinta nah kayaknya mau ajak si Dewi sekalian. Karena Ibu nggak ikut ya maksudnya Doni nemenin Ibu jaga rumah ini… “ Kata Bu Ning menjelaskan.


“Oooohhh….. klo itu sih bisa aja Pak, asal Doni dikasih oleh-oleh yang bagus dan enak-enak ya Doni pasti akan setuju-setuju aja sih….” Kata setuju.


“Yahhh …. Udah.. berarti Doni mau ya….. deal dah…” kata Pak Achmad sambil mengajak salaman aku.


Aku sih senyum-senyum aja karena ini pasti akan asyiik sekali.



Hari Sabtu sore Pak Achmad bersama Dewi berangkat ke Jogya. Sepeninggal Pak Achmad dan Dewi, bibi Isah, pembantu yang hanya bekerja pagi sampai sore hari ikutan pamitan pulang karena gak bisa untuk menemani menginap karena anak bungsunya sedang sakit demam, ikutan pamitan pulang. Maka tinggalah kami berdua duduk ngobrol sambil tertawa-tawa sambil nonton TV.


Jam 18.00. Aku pamitan pulang untuk mandi dulu baru nanti kembali lagi menemani Bu Ning ngobrol lagi.


“Kenapa gak mandi disini aja Doni, nanti pakai kaosnya Mas Wawan, klo baju yang itu untuk besok klo Doni pulang ke rumah..?” kata Bu Ning menawarkan.


“Eeeghhh ….. nanti Mas Wawan klo marah gimana Bu Ning..?” tanyaku


“Yahhhh…. Sebelum Mas Wawan marah… kaos itu sudah rapi kembali di almarinya…” kata Bu Ning tersenyum.


Akhirnya aku meminjam kaos milik Mas Wawan dan menyimpan bajuku untuk besok pagi.


Setelah makan malam yang mesra dimana aku dan Bu Ning saling menyuapi dan kaki-kaki kami saling menumpang dan bertaut-tautan dibawah meja makan. Setelah makan malam kami berdua menonton acara televisi sambil berpelukan mesra, diruang keluarga. Dengan naluri yang alami, tanganku merambat naik ke bahu Bu Ning, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut aku meraba bahu Bu Ning sampai ke lehernya yang jenjang …. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut aku meremas p4-yd4-r4 yang masih terbungkus BH itu. “Ahhhhh .…hhhh ….” nafas Bu Ning mulai terasa menggebu, nampaknya gairah b174hinya mulai memuncak. Jemari lentik Bu Ning tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dadaku ……dan melingkari pinggangku, mencari kancing celana jeansku, hendak membukanya ……


Tanganku terus melingkari pundaknya Bu Ning yang terbuka karena dia hanya mengenakan daster bertali satu dipundak kiri dan kanannya. Telapak tanganku menempel ketat di p4-yd4-r4nya yang besar dan montok. Aku meremasi p4-yd4-r4nya yang sebelah kanan yang masih terbungkus BH dan daster yang dikenakan. Bu Ning mend3sihdan tangan kanannya mengelusi pangkal celanaku yang sudah menggunduk karena mrxku udah mulai bangkit dari tidurnya.


Saat permainan kami udah semakin panas, Bu Ning menatap dengan pandangan sayu dan nafas semakin memburu. Bu Ning bangkit berdiri dan mengajakku pindah kedalam kamar tidurnya.


“Dooonnniiii ……eehhhhhhh ….. pindah kedalam kamar tidur Ibu aja yuk…. Disini gak enak…..” ajak Bu Ning.


“Ayooo Bu Ning…” kataku mesra.


Aku merangkul b4d-4n Bu Ning dengan mesra sambil menciumi pipinya yang halus dan kenyal, baju yang dikenakan Bu Ning udah awut-awutan dimana tali simpulnya udah lepas satu hingga kulit dadanya yang kuning langsat terbuka dan terlihat seksi sekali dan lekukan p4-yd4-r4nya yang montok dan besar terlihat seperempat bagian.


Aku dan Bu Ning masuk kedalam kamar tidurnya yang luas dan berbau semerbak harum. Bu Ning duduk di pinggiran tempat tidur yang bersih dan empuk itu sementara itu aku mengunci pintu kamar dengan hati berdebar tak karuan karena sebentar lagi aku merasakan “ke3n4kan sorga yang sesungguhnya” dimana sorga itu sebenarnya milik seseorang yang sangat aku hormati.


Aku duduk disamping b4d-4n Bu Ning yang sudah terbuka seperempat bagian, tangan kananku merangkul mesra pundaknya dan tangan kiriku mengelus-elus baju dasternya dibagian dada kemudian tangan kiriku menyelusup ke dalam BHnya dan meremas-remas p4-yd4-r4 besar yang selama ini aku impi-impikan. Pipiku menempel mesra dengan pipi halus milik Bu Ning dan bibirku bergeser melumat bibirnya. Mulut kami saling bertaut dengan nafas panas memburu bergemuruh dan mulu7 kami saling bergelut hangat. Kedua tangan Bu Ning meremasi pangkal pahaku sambil berusaha membuka kancing celana Jeans yang aku kenakan.


“Donnnniiii ……… Doonnniii ….. aachhhh… “ rintih Bu Ning sambil menggenggam erat mrxku yang sudah berdiri tegak bagaikan tugu Monas.


“Oohhh ….. Buuu Niiiiinngg …… oohhhh ….” Aku merem melek merasakan ke3n4kan saat tangan halus Bu Ning mengocok batang mrxku.


“Oohhh …. Doonnniii sayaaaanngg …… kenapa kamu suka dengan Ibu yang sudah tua ini …… oohhhh…. Yeessss …. Aaachhhh ……” d3sihBu Ning dengan mata sayu memandangku.


“Buuuu Niiiing ….. aaayuuu dannn montok menggairahkannnnn …… Doonnniii ….. suka bangeeettt … dengan p4-yd4-r4 Buuu Niiinng yang besar dan montookkk ini …… “ sambil jari tanganku memelintir dan meremas gemas p4-yd4-r4nya yang besar dan kenyal.


Aku berdiri dan membuka kaos dan memelorotkan jeans dan celana dalam yang aku kenakan dan tak lupa aku membuka tali simpul dan menarik lepas daster yang dikenakan Bu Ning. Kemudian aku menarik hook BHnya dan menjatuhkan BH itu ke lantai. p4-yd4-r4 yang besar dan montok itu tergantung layu seperti pepaya Bangkok dengan p3n7!lnya yang berwarna gelap. Membakar n4+fsuku yang sudah diubun-ubun kepalaku.


Bu Ning yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Doni, menarik wajahnya dan langsung melumat bibir Doni dengan n4+fsu yang membara. Doni membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan mulu7 Ibu Ning, tangan Doni meremas p4-yd4-r4 montok milik Bu Ning. desihan nafas menderu di seputar ruangan kamar tidurnya Bu Ning yang keramat karena tidak pernah ada lelaki lain memasukinya selain Pak Achmad suaminya, diselingi desihan yang menambah gairah. Setelah beberapa saat, Bu Ning mendorong lembut badan Doni, untuk menyudahi pertempuran mulut dan mulu7, dengan nafas yang memburu.


Doni mendorong lembut b4d-4n Bu Ning, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang untuk diremas dan digelomoh dengan pu-7!n9 yang telah tegang. Tanpa menunggu lama lagi Doni melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak pu-7!n9. Dengan gemas Doni menyedot-nyedot dan memainkan pu-7!n9 p4-yd4-r4 itu sambil tangannya meremas-remas lembut p4-yd4-r4 satunya “Ahhhh …. Mhhhh …… hmmmmm ……. Aahhhhh ….….” Suara Bu Ning mulai kencang terdengar, desihan-desihan 3n4k yang semakin menggairahkan. Doni melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah p4-yd4-r4 menuju perutnya yang licin karena keringat dan memainkan mulu7nya yang kasar pada udelnya yang membuat Bu Ning menggelinjang-gelinjang kegelian.


Doni menghentikan penjelajahan mulu7nya, kemudian dengan lembut dan cekatan menarik celana dalam Bu Ning, melepaskannya dan membuang ke lantai. Dengan spontan Bu Ning mengangkat kedua kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan *****nya dengan rambut-rambut keriting halus yang tertata rapi. Doni mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha Bu Ning yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan mengelumati bibir ***** yang mulai basah mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Doni menyapu cairan senggama itu dengan mulu7nya dan meneruskan penjelajahan mulu7 sepanjang bibir ***** Bu Ning dan sesekali menggetarkan mulu7nya yang kasar pada ke3lenti7nya yang membuat Bu Ning mengerang ke3n4kan, ”Ahhhhhh….…. Mhhhhh .…… Mhhhhh…..… Dooonnnnn….…. Uhhhhhh……” desihan b174hi yang memuncak dari Bu Ning membuat Doni semakin ganas dan sesekali mulu7 kasarnya di julurkan memasuki ke liang senggama Bu Ning yang menanti pemenuhan itu.


Setelah beberapa menit Doni mengeksplorasi liang ***** itu, membuat Bu Ning nampaknya tidak sabar lagi menunggu pemenuhan  b174hinya ….


“Dooonnnniiii …. Ayoooo saaayaaaang ….… masuuukkin Doonnnnn ….…Mhhhh ……. ….. mmmmh.” Suara Bu Ning disertai desihan-desihan yang semakin memburu kencang.


Dengan tenang Doni menyudahi penjelajahan mulu7 kasarnya dan bersiap-siap memasukan mrxnya yang sudah tegang memanjang dari tadi. Mengacung bebas dengan kepala mrx yang merah mengkilap. Bu Ning semakin membuka lebar pahanya, bersiap-siap menanti pemenuhan terhadap liang senggamanya. Doni naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang mrxnya ke arah msv Bu Ning yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang k3m4lun Doni dan membantu mengarahkannya tepat ke liang msvnya.


Dengan sekali dorongan mrx Doni masuk sampai setengahnya. Doni menahan gerakan mrxnya sebentar me3n4ki sensasi masuknya kepala mrx yang sensitif kedalam liang ***** yang basah-basah hangat rasanya menggelenyar yang disambut desihan Bu Ning,” Aaaahhhh …… Donnnn ..…. Aaaahhh …...Doonnniiii …… ” dengan tatap mata sayu meresapi masuknya mrx sang perjaka sampai sedalam-dalamnya. Setelah dorongan demi dorongan disertai d3sihnafas tak karuan dan batang mrx yang masuk seluruhnya barulah Doni memompa dengan gerakan p4n74t naik turun dengan irama beraturan, pelan kemudian cepat dan semakin cepat membuat ranjang bergoyang tak karuan.


Doni bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan Bu Ning mencengkram kuat punggung Doni, meresapi dorongan dan tarikan mrx yang bergerak 3n4k di liang senggamanya. Suara desihan bercampur aduk dengan alunan nafas yang kian memburu dan peluh mulai bercucuran di sekujur b4d-4n Bu Ning dan Doni.


“Ooohhhh ……… Ooohhhhh …… Achhhhh ……. Achhhhhh …….. Donnn ….iiii ….. Doonnnnn …..iiiiiii ……. Ceepaaattttt….. Oohhhh ….. Cepaaaatttt……Donnn ……” tak henti-hentinyanya desihan dan teriakan penuh n4+fsu keluar dari bibir Doni dan Bu Ning. Sesaat Doni menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, Bu Ning memeluk erat Doni dan menggulingkan badan tanpa melepas mrx Doni yang tetap berada di liang msvnya. Dengan merubah posisi di atas dan setengah berjongkok, Bu Ning memompa dan memompa menaik turunkan p4n74tnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali Bu Ning memutar p4n74tnya dan kemudian memasukkan batang mrx Doni lebih dalam lagi. Doni tak mau tinggal diam saja, kedua tangannya meremas-remas kedua p4-yd4-r4 Bu Ning yang montok dan besar seperti buah pepaya yang menggantung layu dan menarik-narik pu-7!n9 p4-yd4-r4nya. Suasana perseb4d-4nan makin hangat membara dengan peluh yang bercucuran, sampai akhirnya ….. Bu Ning sepertinya tak sanggup lagi melanjutkan pompaan p4n74tnya karena n4+fsu b174hi yang makin memuncak dan menegang. Dengan sigap Doni membalikkan posisi badan Bu Ning kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan p4n74tnya ……. Doni meneruskan pendakian n4+fsunya ….. “ Donnn …Aaaahhhh …..…Teruuuussss …… Donnniiiii ……. Aaaahhhh ……!!!!!!”


“Buuuu Niiiiiiinnnngggg …….. Aaaahhhhh ….. Buuuuu …….. Buuuuu Niiiiiinnnggggg ………!!!!”


“Doonnnniiii ………Aaaahhhhh ……!!!!”


“Buuuuu ……. Buuuu Niiii ……iinnngggg ………!!”


“Doooonnnniii ……. Dooonniiii …….!!!” Teriak Bu Ning tertahan sambil mengatupkan bibirnya me3n4ki gelombang hangat yang menjalar dengan dasyaat diseluruh b4d-4nnya, membuat Bu Ning sedikit bergetar. Aku merasa liang msv Bu Ning yang mengalami o794s_me itu berkedut-kedut seperti menyedot-nyedot mrxku. Aku me3n4kinya dengan memutar –mutar p4n74t dan memasukkan lebih dalam lagi batang mrxku, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti mrxku, semakin besar …. semakin besar dan sesaat kemudian aku kembali mendorong mrxku dengan cepat dan semakin cepat …… Ku gerakan maju mundur mrxku kedalam *****nya Bu Ning ini sambil menyemprotkan sp37-maku kedalam rahimnya.


saat terakhir aku menarik keluar mrxku dari liang *****nya yang hangat dan menyemprotkan sisa air maninya di atas perut Bu Ning ……


Bu Ning dengan cepat meraih mrxku dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut Bu Ning mengusap mrx sang perjaka yang mulai layu karena usainya perseb4d-4nan. Aku membaringkan b4d-4nku disamping Bu Ning dan terdiam untuk beberapa saat me3n4ki rasa hangat yang menggetar sukma dan raga..


Bu Ning bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya terlihat guratan guratan tanda pernah melahirkan, nampak jelas sekali disekitar lobang pusarnya dan bagian bawah perutnya yang bergaris putih tanda pernah melahirkan. Kemudian dengan manja Bu Ning membaringkan b4d-4nnya diatas b4d-4nku. “Makasih ya sayang… ini menjadi rahasia kita berdua ya ……… Kalau Doni pengen lagi…. Kapan saja pasti Ibu akan melayani Doni dengan senang hati …..” kata Bu Ning mesra ditelingaku.


Aku hanya tersenyum mesra sambil mencium hangat bibir Bu Ning sekali lagi, karena mala ini Bu Ning telah menjadikanku seorang lelaki sejati yang mengerti lekuk-lekuk b4d-4n dan keinginan seorang wanita dewasa.
.

Posting Komentar

0 Komentar