“ Udah yah tante, Arga udah nggak kuat nih, capek banget, ” ucapku pada tanteku.
“Hlohhh… Kog udah nggak kuat sih, kan paha tante belum dipijat, , ” ucapnya dengan genit.
“ Ah, tante nih bercanda aja sukanya , nggak ah tante masak iya Arga mijit paha tante, kan nggak sopan, ” ucapku mencoba mengelak karena takut khilaf.
“ Kamu ini yah banyak omong, udah cepetan pijit paha tante, kamukan keponakan tante jadi nggak papalah nggk usah sungkan, Ayo buruan pijat, pehgel banget nih paha tante kelamaan tidur dirumah sakit, ” ucapnya lalu menarik tangganku dengan tangan kanannya yang tidak begitu parah hanya lecet-lecet saja.
Benar-benar nekat nih tanteku, nggak tahu aoa kalau aku dari tadi kontolku udah ereksi maksimal, huh. Karena tante terus memaksa pada akhirnya aku-pun dengan sedikit rasa sungkan mulai memijat pahanya yang mulus itu,
“ Nah gitu dong, pijatnya yang pelan ya Ga biar enak… Ssssshhhh…, ” ucapnya lalu medesah pelan.
“ Iya tante bawel, ” ucapku sembari melihat gundukan vagina tante yang tertutup celana dalam.
Aku pijat secara perlahan, entah tanteku sadar atau tidak ketika aku memijat mataku tidak pernah lepas memandangi kewanitaan-nya yang gembul itu. Kuperhatikan semabriterus memijat. Lama kelamaan aku-pun semakin tidak kuat menahan birahiku, kulihat samar-samar bulu kewanitaannya dibali CD-nya yang tipis itu. Oughhh shittt… makin horny saja aku.
Benar-benar frontal sekali tanteku itu, seakan-akan aku dianggapnya seperti anak kecil yang belum mnegerti nafsu sex. Beberapa saat aku emijat pahanya, tiba-tiba saja tanteku merenggangkan pahanya lebar-lebar,
“ Ga, pijitin paha bagian dalam tante dong, yang disitu pegal sekali, ” ucapnya memintaku memijat paha dalam tepat persis dubawah vagina-nya
0 Komentar