Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Bu ningsih istri seorang PNS #10


.


"Oooohh … Donnnii … !" Ibu Ning mengeluh nikmat sambil memerem matanya dan menegakan badannya. Rupanya Ibu Ning juga merasa nikmat dengan permainan tanganku ini. Dan kuremas-remas terus buahdada yang masih kenyal dan besar itu. Ibu Ning semakin mengerang-erang. Kuraih kepalanya dan kucium bibirnya, walau aku sendiri masih bodoh dalam berciuman. Namun aku tetap pede cepat ku sambar bibirnya lagi. Ibu Ning tersandar dikursi makan menatapku nanar penuh gelora nafsu.


Melihat Ibu Ning yang sudah terkapar karena nafsu birahi yang menggelora itu, membikin aku tambah nekad lagi. Kukeluarkan kedua buahdadanya itu dari dalam BHnya dan kuhisap kedua buah putingnya silih berganti. Ibu Ning semakin merintih dan mengerang dengan suara lirih tertahan sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar yang menjuntai kelantai.


Tangan kiriku masuk kebalik baju dasternya terus menembus celana dalamnya dan mengusap-usap bibir *****nya. Jari tanganku menyelusup kedalam lubang *****nya dan mengocoknya keluar-masuk dengan perlahan-lahan dan kemudian berubah menjadi cepat dan semakin cepat seiring deru nafas Ibu Ning yang menderu-deru menuju puncak birahinya. Ibu Ning berteriak lirih dan *****ik tertahan, rupanya permainan jari-jariku telah membawa Ibu Ning mencapai klimaksnya.


"Sudaahhh ….. suuuddaaah …....aaaachhhh …. !"


“Ooohhhh …… Doonnniii …… ooohhh …….. aachhh ……!” rintih Ibu Ning dengan suara bergetar. Lalu ia bangun berdiri seperti marah padaku. Menatapku dengan mata terbelalak. Bibirnya gemetaran.


"Donnn………. Donniiiii ……!" Lalu Ibu Ning bangkit berdiri dan buru buru memasukan kembali kedua buahdadanya yang aku keluarkan tadi dan segera meninggalkan dapur yang juga jadi ruang makan itu. Kulihat Ibu Ning bergegas masuk ke kamar tidurnya dan menutup pintu.


Aku cepat cepat kabur saja dari rumah itu. Malamnya ku datang ke rumah Ibu Ning lagi, dengan alasan mau ketemu sama Dewi. Kulihat Ibu Ning lagi diruang tamu duduk berpangku kaki sambil membaca tabloid wanita. Ibu Ning hanya menatapku sekilas dan tidak menjawab salamku. Mungkin Ibu Ning masih marah atas kekurang ajaranku tadi siang pikirku.


Pada suatu pagi aku kembali tak masuk sekolah, dan aku segera menuju rumah Pak Achmad, aku yakin pagi ini pasti Pak Achmad pergi kekantor seperti biasanya. lewat halaman samping aku terus menuju bangunan belakang dan kemudian masuk ke dapur dan dipojok sana dekat kamar mandi aku lihat Ibu Ning sedang mencuci pakaian. Ibu Ning punya kebiasaan kalau mencuci celana dalamnya dan anak anak gadisnya Ibu Ning hanya mengucek ngucek sendiri dan tak pernah memasukannya kedalam mesin cuci.


Ibu Ning sedang duduk pada sebuah bangku kecil sambil membuka lebar kedua pahanya sementara dasternya tersingkap sampai jauh keatas pahanya yang putih mulus. Mungkin sebab tak ada orang lain di rumah ini karena pembantu lagi pulang kampung maka Ibu Ning jadi bersikap bebas begitu dan Ibu Ning pun kaget dengan kehadiranku yang tiba tiba itu...

Posting Komentar

0 Komentar