Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Bu ningsih istri seorang PNS #14





Aku mulai kembali lagi berakrab ria dengan keluarga Pak Achmad sebab aku beberapa kali bertemu dengan Pak Achmad dan Bu Ning saat makan soto ayam di stasiun atau saat minum wedang jahe bersama temanku bahkan setiap kali bertemu pasti pada akhirnya Pak Achmad dan Ibu Ning lah yang membayari makanan dan minuman yang aku makan. Maka setelah beberapa lama akhirnya aku muncul juga bermain ke rumah Pak Achmad dan Ibu Ning dengan alasan mau pinjam buku pelajaran si Dewi. Padahal aku sengaja untuk bertemu dan mengobrol dengan Ibu Ning yang seksi dan menggairahkan.


Ternyata setelah kami berdua akrab kembali, baru aku ketahui kalau selama ini Ibu Ning juga merasakan rindu yang tak tertahankan. Sebagai wanita terhormat tentu tak mungkin bagi Bu Ning untuk datang ke rumahku dan mengutarakan kerinduannya padaku. Rasa rindu dalam hatinya sedikit terobati bila kami berdua bertemu muka walau saat itu Bu Ning sedang bersama dengan Pak Achmad suaminya. Rasa rindu itu makin menggelora tapi tentu saja tak mungkin diungkapkannya padaku, sebab Ibu Ning ini adalah wanita yang masih terkungkung oleh norma norma kehidupan dan tradisi orang Jawa dan takut akan mengundang kehebohan tetangga. Namun dia sama sekali tak bereaksi ketika aku berusaha lagi untuk mendekatinya, walau aku yakin kalau dia itu tahu akan gerak gerikku ini.


Waktu aku datang lagi saat jam 2 siang sepulang sekolah sambil memberitahukan Bu Ning kalau si Dewi baru akan kembali ke rumah nanti sore, karena sore ini Dewi dan teman-teman lainnya sedang ke rumah Monik untuk rujakan dan makan bakso. Maklum hari ini ultah si Monik tapi aku sengaja tidak ikut agar bisa bertemu Bu Ning mamanya Dewi. Waktu itu Bu Ning hanya sendirian di rumah karena Pak Achmad sedang rapat dinas dikantor Kabupaten.


Ibu Ning memang tak pernah tidur siang. Waktu aku datang saat dia lagi sendirian duduk di meja makan sambil membaca majalah, ia menatapku dengan penuh kasih kasing. Setelah menyapanya aku langsung datang duduk didekatnya. Aku dapat mendengar setiap helahan napasnya.


"Donnii …..kemana aja kamu ….. bocah … ?". Sialan, ia masih juga memanggilku dengan sebutan anak kecil, padahal aku sudah di bangku kelas tiga SMA.


“Saya cuma dirumah saja koq ……Bu Ning ….” Jawabku pendek. “Klo saya gak main kesini itu karena saya sibuk fitness…. “ lanjutku dengan pura-pura serius.


“Fitnes……hebat sekali kamu Donnn ….. Fitnes dimana…?” Tanya Ibu Ning dengan mata berbinar.


“Yaaachhh …. Dirumah sajalahh …. Emang Ibu Ning gak melihat perubahan diri saya…” tanyaku


“Perubahan yang mana yaa ….. emang Doni latihan apa …. “ kejar Bu Ning penasaran, sambil mengamati diriku dari atas ke bawah.


“Saya latihan beban lengan dan eehhhh….. “ aku enggan untuk melanjutkan agar dia penasaran.


“Latihan lengan dan apa Donnn …. Koq gak dilanjutkan sihhh … “ Tanya Bu Ning semakin penasaran.


“Lengan dan kkkk ….. penis saya Bu Ning …. Hii … hiii ..hiii “ tawaku lirih karena berhasil mengerjainya.


“Fitnes lengan dan penis alias onani….” Hee … hee…. tawaku


“Dasar bocah gendheng ……. Tak pikir serius je … bhule ngapusi tah …. He…. He….” Tawa Bu Ning berderai mendengar pengakuanku yang kurang ajar sekali.


"Bu Ning …. Doni rindu banget .." jawabku sambil tersenyum padanya.


“Rindu …. Rindu gimana….” Tanya Bu Ning dengan mimic wajah lucu.


“Yaahhh …. Rindu banget sama Bu Ning …. Sampai-sampai kebawa dalam mimpi basah ….” Kataku merayu.


"Doniii …. Doniiii …. Dasar bocah gendheng …." katanya sambil menatapku dan tersenyum.


"Tapi Bu Ning sebenarnya juga suka kan …. Doni kangenin …..?" jawabku menantangnya dan menatap matanya dengan mesra.


"Iya sihh …. Tapi Doni mesti ingat yah klo Ibu ini sudah tua. … !"jawab


Bu Ning dengan suara mendesis lirih.


"Bu Ning masih kelihatan muda koq …!, Bu Ning masih cantik, ayu dan merangsang …., hanya Bu Ning saja yang tidak merasa …" aku terus merayu dan meyakinkannya sambil aku memegang dan mengusap-usap lengannya. Bu Ning diam saja tak bereaksi ketika kuusap-usap lengannya yang terbuka dan satu tanganku mengelus-elus pahanya dari luar dasternya.


Aku memeluknya dan mencium bibirnya sambil kumasukan tanganku ke dalam dasternya dan menyelusup ke dalam BHnya. Kuremas-remas buahdadanya yang montok dan besar. Karena aku kurang merasa nyaman maka aku melepas tali simpul baju dasternya maka daster itu terbuka dan melorot ke bawah perutnya. Tubuh Bu Ning terbuka hanya mengenakan BH warna coklat muda. Kulitnya yang kuning langsat sangatlah merangsang birahiku.

Posting Komentar

0 Komentar