“Ayooo Donii ….. ayoo …. Muntahkan pejuhmu …. Aayoooo … Kata Bu Ning sambil terus menggerakan mulutnya maju mundur mengemuti penisku.
“Ayooo …. Sayaaanngkuuuu …. Ibu pengin merasakan pejuhmu yanggg masih perjaka itu sayaaaannng …. “ kata Bu Ning sambil menatapku sayu, air liurnya membasahi bibirnya yang hangat. Buahdadanya yang besar dan montok bergoyang-goyang seperti papaya Bangkok, sungguh suatu sensasi yang tak pernah dapat kulupakan sepanjang masa.
“Aduuuuuuhhh ….. ooohhhhh ….. Bu Ninnnnggg ……Buuuuu ….!”.
“Bu Niiinnnggg …… Ooohhhh ….. aaaa …. Akuuuuu … keluaaaarrrrr …..!!”. aku mengejan kuat-kuat sambil memaju mundurkan penisku yang terjepit erat didalam mulut Bu Ning yang hangat. Pejuhku yang kental dan banyak memenuhi mulut Bu Ning dan sebagian meluber didagunya. Bu Ning sambil tersenyuumm …. Menelan pejuhku yang memenuhi mulutnya..
“Ehhhmmmm …… nikmaaaat ….. pejuh seorang perjaka tingting akan membuat wanita akan awet muda…. “ kata Bu Ning bangga.
“Makasih ya sayaaaannngkuuu …… berikan saja pejuhmu pada Ibu kapan saja Doni pengin dikeluarkan …. Ibu siap membantu ….” Kata Bu Ning sambil tangannya meraih penisku yang masih berkedut-kedut dan menempelkanya pada buahdadanya yang besar dan montok. Terasa hangat dan kenyal saat penisku menempel erat pada kulit buahdada itu, tangan Bu Ning kembali mengocok-ocok penisku dan tak lama kurasakan kembali kenikmatan yang membuncah-buncah dan tak lama kemudian kedutan demi kedutan nikmat mendorong pejuhku untuk menyemprot keluar membasahi kedua buahdada besar milik Bu Ning yang menggantung layu.
Keringat bercampur pejuh yang membasahi buahdada montok dan besar yang menggantung layu itu terasa makin sedap dipandang mata. Tangan Bu Ning mengoleskan seluruh pejuh bercampur keringat itu keseluruh buahdadanya, seperti sedang luluran saja.
“Ini adalah resep tradisional kuno … Donn …. Pejuh yang keluar dari penis seorang perjaka tingting akan membuat kulit buahdada akan kembali kenyal dan membuatnya tetap besar dan montok ….” Kata Bu Ning menjelaskan ketidak tahuanku.
“Berarti Bu Ning udah sering donk bercinta dengan pemuda lain…” kataku penuh cemburu.
“Donniii …. Doniiii ….. kamu jangan cemburu gitu donk … sayaaanngg …” rajuk Bu Ning menanggapi pertanyaanku.
“Yaaa ngggaaaklahhh …. Ibu mempelajarinya dari resep kuno tapi baru sekarang Ibu praktekkan, dengan Donniii … pejantannn ku ….” Lanjut Ibu Ning sambil memelukku
0 Komentar