"masukin sekarang.. " Pintaku sambil meremas pantat nya, dan seperti nya juga dia pun ingin, diposisikan dirinya diantara kedua kakiku yang ditekuknya, dan mengarahkan kontolnya kememekku yang sudah terbuka dan basah, dan "bless.." batangnya terbenam kedalam lobangku, dan mulai begerak keluar masuk dengan irama yang terkadang cepat dan terkadang lambat sungguh nikmat rasanya, inilah rasa yang kuinginkan, kenikmatan persetubuhan yang tak kurasakan bersama suamiku. Dan selang beberapa menit akupun merasakan orgasme, disusul Junno tidak lama kemudian.
Seharian itu aku menuntaskan hasrat birahiku dengan Junno, dan bahkan akupun rela Junno memfoto tubuh bugilku, memfoto memekku yang berlumur sperma nya, untuk di post nya diforum gambar semprot. Sekitar jam 5 sore aku kembali ke rumah, ko Andrew dan papah mertuaku belum pulang, aman pikirku.
"pak Sodik tolong jangan cerita kemana kita tadi." kataku kepada pria paruh baya yang jadi sopirku itu.
"iya ci saya ngerti.." katanya.
Dan sebelum masuk rumah, kuberi dia dua lembar seratus ribuan untuk tutup mulut. Seperti malam-malam sebelumnya, Ko Andrew tidak mampu memuaskanku, dan seolah tanpa beban dia langsung tidur setiap kali habis menggauliku.
"koko.. Usaha kenapa, minum obat atau kedokter, aku juga butuh dipuaskan ko, aku bukan pelacur yang hanya dijadikan tempat buang sperma, aku istrimu.." kataku dengan emosi, ketika Ko Andrew hendak tidur sehabis menyetubuhiku.
" dengar ya, aku tahu kau menjadi istriku hanya untuk uang, agar usaha orangtua mu tetap berjalan, jadi jangan menuntut macam-macam, terima saja, aku juga menggaulimu hanya karena papa ingin punya cucu..." kata-kata yang sungguh tidak kuduga keluar dari mulut ko Andrew.
"kamu keterlaluan ko, bicara seperti itu.." entah kenapa aku merasa begitu sedih.
" setelah kamu hamil dan melahirkan, kamu bisa pergi, kembali menjadi pelacur di Bali, kamu pikir aku tidak tahu kelakuan kamu, perempuan sundal.."kata nya lagi, dan langsung pergi meninggalkan keluar kamar meninggalku yang menangis, aku sungguh sakit hati dengan kata-katanya itu, bahkan ketika paginya Ko Andrew meminta maaf atas perkataannya itu aku hanya diam dan tidak bisa memaafkannya.
Sejak kejadian malam itu, aku pun mulai tidak perduli lagi aku mulai mempunyai teman disini, sehari-hari yang kulakukan hanya ke salon, shoping, jalan-jalan, clubbing, atau menuntaskan gairah bersama orang yang ku kenal didumay. Dan setiap pulang aku pasti bertengkar dengan suamiku itu.
"mungkin kalo koko bisa menjadi lelaki sejati, aku bisa betah dirumah.." kataku suatu malam ketika aku baru saja pulang dan ko Andrew menegurku, entah apa yang terjadi belakangan ini ko Andrew selalu diam menanggapi perkataan ketus ku. Dia lebih memilih pergi dan tidur dikamar lain. Seperti kebiasaan ku selama ini, jika tidur aku selalu tanpa mengenakan sehelai pakaianpun, dan karena malam ini papa mertuaku di luarkota, aku cuek aja keluar dalam keadaan bugil, ketika hendak mengambil handphoneku yang tertinggal dimobil
" pak Sodik.." aku terperanjat ketika membuka pintu garasi ternyata sopirku itu, masih disana.
"ci yuni.." dan diapun terlihat gugup melihatku yang telanjang bulat didepanku.
"pak Sodik ga pulang?" tanyaku.
" eh anu eh besok kan mau jemput Bapa pagi-pagi, jadi saya tidur disini biar ga telat.." kata nya, sambil berdiri dan merapikan kain sarung nya, saat itu ia mengenakan kain sarung dan kaos singlet.
"hp saya ketinggalan di mobil, tolong ambilkan.." dan ia pun bergegas membuka pintu mobil.
Dan pandanganku tak bisa menghindari untuk tak melihat tonjolan dibalik sarungnya ketika ia berjalan menyerahku handphone kepadaku.
.
"ini ci..." katanya menyodorkan hp ku.
Tapi tanganku malah memegang tonjolan disarung nya.
"ci..." dia kaget dan berusaha mundur namun terlanjur kugenggam erat batang nya.
"udah keras gini, kasian kalo ga dilemesin pak..." kataku sambil menggerakan tanganku maju mundur.
Dan rupanya pak Sodikpun sudah terangsang, tangannya langsung menyentuh selangkanganku.
"jembut ci Yuni.. Lebat." katanya sambil menggosok rambut diselangkanganku itu..
" pak, ngewe yuk.." desahku pelan ditelinganya sambil lidahku menjilat daun telinganya.
Aku lalu berjalan untuk merebahkan diri dibangku sandar yang terbuat dari bambu itu dimana tadi pak Sodik tidur. Satu kakiku ku tekuk diatas sandaran samping mempertontonkan liang merekahku.
"ayo pak..! masukan kontol bapak.." sambil kupancing dengan mengusap lobangku menggunakan tangan yang sudah kubasahi ludahku sendiri.
Pak Sodik yang sudah telanjang itu langsung mengarahkan batang besarnya ke memekku dan menghujamkannya dengan penuh nafsu.
"ah..ah.. Terus pak.. Ah.." suaraku keenakan, dan gerakan pak Sodik yang mulai diluar kendali, menimbulkan suara derit yang lumayan kencang dari bangku bambu ini, ternyata usia tak mempengaruhi kemampuan seksual seseorang, pak Sodik yang paruh baya ini cukup tangguh menggenjotku.
"ayo.. Pak.. Ah ah.. Terus.. Kontolin aku ah.." sengaja ku teriak agak keras karena kumelihat ada bayangan dibalik pintu garasi yang terbuka separuh itu, aku yakin itu ko Andrew.
Selang 20menit pak Sodikpun mengalami ejakulasi dan menyemprotkan cairan spermanya dimemekku, sementara aku sudah sejak tadi mencapai puncak kenikmatan. Kutinggalkan pak Sodik yang masih terkapar dilantai, dan ketika ku memasuki rumah kulihat ko Andrew duduk diruang tengah.
"menjijikan.." katanya sinis.
Kubalas kesinisan nya dengan menyentuh memekku yang masih berlumuran sperma pak sodik, dan kujilat didepan nya dengan gaya seolah menikmati makanan lezat. Kejadian dengan pak Sodik malam itu, cukup membuat murka ko Andrew, aku disuruh pindah ke rumah yang lain. karena dia mengatakan, tidak ingin papanya melihat kelakuan bejadku. Tak masalah buatku, karena dengan begitu aku bisa semakin bebas.
"Tet..tet.." suara bel dipagar depan
0 Komentar