Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

kenikmatan istri Sahabatku #2



Akhirnya Pak Remanpun menyetujui ajakan Agung, karena memang dia sudah merencanakan semua itu. Agung memapah Pak Reman ke dalam mobilnya, lalu membawa menuju rumahnya. Rumah ini lumayan besar dan hanya dihuni oleh 3 orang saja yaitu Agung, Fika dan pembantu mereka. Sesampainya dirumah Agung langsung membantu Pak Reman turun dan membawanya ke ruang tamu. Mendengar suaminya pulang Fikapun segera menemuinya.

“Eh mas, lho ini siapa? Kok jalannya gitu?” tanya Fika.
“Ini Pak Reman dek, saudaranya Eva teman kamu itu, yang kemarin datang ke nikahan kita. Tadi Pak Reman jatuh di depan situ” jawab Agung.
“Sore mbak Fika” sapa Pak Reman.
“Sore pak. Sebentar kalo gitu saya ambilkan obat dulu”

Fika langsung masuk ke dalam mengambil kotak obatnya. Untung dia tadi belum sempat membuka jilbabnya karena ternyata suaminya datang dengan orang lain. Selama ini didepan orang yang bukan muhrimnya Fika selalu memakai pakaian tertutup, termasuk jilbab yang menutupi kepala hingga ke dadanya. Tak lama kemudian Fika kembali keruang tamu.

“Mas ini obatnya” kata Fika.
“Coba minta obat urut aja dek, kayaknya tangan Pak Reman kesleo ini” jawab Agung.
“Ini mas” Fika menyerahkan obat urut kepada suaminya.
“Maaf ya pak, saya urut dulu”
“Iya mas silahkan. Aduuh duh duh” Pak Reman berteriak kesakitan, tapi sebenarnya hanya pura-pura saja.
“Eh maaf pak”
“Nggak papa mas, kebetulan kena yang sakit”

Agung terus mengurut tangan Pak Reman sementara Fika kebelakang untuk membuatkan minuman hangat untuk Pak Reman. Merekapun kemudian ngobrol di ruang tamu itu, menanyakan tujuan Pak Reman.

“Emangnya tujuan bapak kemana?” tanya Agung.
“Saya sebenernya mau kerumah temen saya mas” jawab Pak Reman.
“Oh temennya ada yang didaerah sini?” tanya Agung.
“Iya mas, namanya Satrio” jawab Pak Reman.
“Loh, bapak temennya Pak Satrio?” tanya Agung terkejut.
“Loh, mas Agung kenal?”
“Lha itu temen kantor saya pak”
“Oalah ternyata dunia ini sempit ya, haha”
“Iya pak, haha. Oh iya, kunci motor bapak mana? Biar saya ambil dulu”
“Ini mas kuncinya” Pak Reman menyerahkan kunci motornya kepada Agung.
“Dek, aku keluar dulu bentar ya ngambil motornya Pak Reman”
“Iya mas”

Setelah Agung pergi Pak Remanpun melanjutkan ngobrol dengan Fika. Sesekali dia meringis seolah-oleh menahan sakit ditangannya. Padahal sedari tadi dia terus mengamati wajah wanita cantik yang ada di depannya itu. Fika masih memakai pakaian kerjanya karena memang belum lama dia pulang. Dengan jilbab yang sewarna dengan bajunya dan juga kacamata yang dia pakai, benar-benar terlihat sangat cantik, bahkan menurut Pak Reman lebih cantik daripada Eva maupun Shinta. tubuh Fika juga terlihat indah dibalik seragam dinasnya itu. Meskipun tertutup jilbab, tapi Pak Reman masih bisa melihat gundukan yang membusung didada Fika, mungkin sama atau malah lebih besar daripada dada Eva.

“Mbak Fika ini temen kuliahnya Eva ya?” tanya Pak Reman.
“Iya pak. Kalo bapak ini persisnya siapanya Eva ya?” tanya Fika.
“Saya sebenernya masih saudara jauhnya. Saya ini sepupuan sama bapaknya Eva, jadi ya bisa dibilang omnya lah” jawab Pak Reman menjelaskan.
“Oh gitu, pantesan saya nggak tahu. Soalnya setahu saya saudaranya Eva atau orang tuanya nggak tinggal dikota ini”
“Iya mbak, saya juga baru ketemu Eva waktu dia masuk kantor, kan saya ini sekantor sama dia”
“Wah kebetulan banget ya, hehe”

Fika sebenarnya agak risih ditinggal berdua begini bersama dengan orang yang belum terlalu dikenalnya, tapi mau bagaimana lagi. Apalagi kondisi Pak Reman yang baru saja kecelakaan membuatnya tak enak untuk meninggalkan lelaki itu sendirian. Fika sendiri tak menyadari kalau sedari tadi beberapa kali tatapan tajam Pak Reman mengarah ke tubuhnya, terutama di bagian dadanya. Untungnya tak lama kemudian suaminya datang membawa motor Pak Reman sehingga dia bisa pamit ke belakang untuk mandi. Cukup lama Fika mandi dan setelah selesai ternyata Pak Reman sudah pulang.

Setelah kejadian itu Pak Reman mulai dekat dengan Agung. Bahkan pernah Agung mengundangnya untuk kerumah. Ternyata mereka memiliki hobi yang sama yaitu main catur. Pernah sekali waktu malam minggu Pak Reman sampai pulang menjelang subuh karena diajak main catur. Agung senang dengan Pak Reman karena selain bisa main catur Pak Reman juga asyik diajak ngobrol. Selama ini karena kesibukannya Agung memang jarang punya teman terutama didaerah rumahnya, karena itulah dengan adanya Pak Reman dia seperti memiliki teman yang bisa diajak ngobrol bahkan sampai larut malam.

Tak hanya Agung, lama kelamaan Fika juga mulai akrab dengan Pak Reman. Malah pernah Pak Reman mengajak Eva kerumahnya, sehingga waktu suaminya bermain catur dengan Pak Reman didepan, dia dan Eva asyik ngerumpi di belakang. Banyak sekali yang saling mereka ceritakan, termasuk kehamilan Eva, tapi tentu saja Eva tidak menceritakan hubungan terlarangnya dengan Pak Reman.

Hanya saja yang membuat Pak Reman jengkel adalah kenapa sudah selama ini Agung belum juga berangkat ke luar pulau, padahal dia sudah sangat tidak sabar untuk bisa meniduri Fika. Ketika bertanya kepada temannya yang sekantor dengan Agungpun dia tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Pak Reman jengkel karena hampir setiap malam minggu dia diundang main ke rumah Agung sehingga tidak bisa mendapatkan jatah dari Eva ataupun Shinta. tapi meski begitu dia masih terus bersabar menunggu saat-saat keinginannya itu bisa diwujudkan

Posting Komentar

0 Komentar