sebulan lebih ini Eva tunduk kepada Pak Reman. Setiap dikantor memang mereka terlihat wajar-wajar saja, Eva atasan dan Pak Reman bawahan, tapi jika sudah diluar kantor sudah beda lagi ceritanya. Eva sudah memeriksakan dirinya dan dia positif hamil. Beruntung seminggu setelah diperkosa Pak Reman suaminya datang dan dia berhasil mengajak suaminya bercinta tanpa menggunakan KB seperti biasanya.
Wahyu senang sekali mendengar kabar kalau Eva hamil, begitu juga keluarga mereka. Tapi mereka benar-benar tak tahu siapa yang sebenarnya menghamili Eva. Pak Reman juga sudah diberitahu oleh Eva, tapi reaksinya biasa-biasa saja, bahkan bukan menyesal, malah terlihat senang karena berhasil menghamili wanita muda atasannya itu. Shintapun sama saja, dia juga positif hamil. Dia sempat bingung karena suaminya belum datang juga waktu Shinta tahu kalau dia hamil, tapi akhirnya 2 minggu setelah diperkosa itu suaminya datang juga. Sama seperti Eva, dia berhasil mengajak suaminya bercinta tanpa menggunakan pil KB.
Kini kedua wanita yang tinggal serumah itu keduanya hamil oleh lelaki yang bukan suami mereka, tapi hanya mereka saja yang tahu. Mereka tak bisa membayangkan apa kata orang jika tahu mereka tidak hamil oleh suami mereka sendiri, terlebih dengan keseharian mereka yang selalu santun dan berpakaian tertutup, membuat siapa saja segan.
Semenjak berhasil memperkosa dan menjadikan Eva budak seksnya, Pak Reman memang banyak sekali mengajari Eva tentang berbagai variasi bercinta. Diapun semakin pandai mengoral penis Pak Reman, padahal sebelumnya belum pernah sama sekali dia melakukan itu. Kadang kalau pulang kantorpun Pak Reman menyempatkan minta jatah kepada Eva, entah itu cuma sekedar blowjob ataupun quickie. Sesekali saja Pak Reman datang ke rumah Eva tapi untuk menemui dan minta jatah kepada Shinta.
Tapi kini Pak Reman sudah punya target mangsa baru, yang tak lain adalah teman Eva dan Shinta. dia sempat ikut mereka berdua datang ke pernikahan wanita itu dan sempat berkenalan disana. Wanita itu bernama Rafika Anggraeni, atau lebih akrab dipanggil Fika, seorang PNS di kota ini. Suaminya ternyata adalah anak dari seorang pejabat pemda kota ini, sehingga banyak sekali tamu yang datang pada waktu pernikahan mereka
Fika adalah teman Eva dan Shinta saat kuliah, karena itulah banyak dari tamu itu yang seumuran mereka. Mata Pak Reman jelalatan melihat begitu banyak perempuan muda yang cantik. Tapi tetap target utamanya saat ini adalah Fika. Pak Reman sudah banyak bertanya kepada Shinta dan Eva tentang Fika. Bahkan seminggu ini dia sampai ijin tidak masuk kerja untuk mengikuti Fika yang baru saja pulang dari bulan madunya.
Selain itu Pak Reman juga mencari tahu tentang suami Fika yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Kebetulan sekali dia memiliki kenalan di perusahaan itu, dan setelah mencari info dia tahu kalau suami Fika akan pergi keluar pulau selama 2 minggu karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan disana, tapi waktunya saja yang belum tahu. Pak Remanpun mulai menyusun rencana untuk bisa menikmati tubuh Fika.
Selama menunggu suami Fika pergi itu Pak Reman mulai mendekati Fika. Suatu hari setelah pulang kerja, Pak Reman sengaja melewati daerah rumah Fika. Dia sengaja menunggu sampai suami Fika pulang, dan setelah melihat mobilnya Pak Remanpun mendekat kearah rumah Fika. Pada saat itulah dia berpura-pura terjatuh. Melihat seseorang yang yang terjatuh membuat suami Fika menghentikan mobilnya, lalu mendekat untuk melihat kondisi orang itu.
“Pak, bapak nggak papa?”
“Aduuh, nggak mas nggak papa”
“Wah kok bisa jatuh gini pak?”
“Iya salah saya mas, tadinya mau bales sms malah jatuh gini” jawab Pak Reman sambil menunjuk HPnya yang terjatuh tak jauh dari situ.
“Eh, mas ini, mas Agung kan?” tanya Pak Reman.
“Iya pak, kok bapak tahu?”
“Saya Reman mas, kemarin dateng ke nikahannya mas Agung”
“Ooh iya saya ingat, saudaranya Eva kan kalo nggak salah?”
“Iya mas, hehe”
Waktu datang ke pernikahan Fika dan Agung memang Pak Reman mengaku sebagai saudara Eva yang diminta menemani datang ke acara itu karena suami Eva yang sedang ada di luar kota.
“Yaudah pak ke rumah saya dulu aja, itu lukanya diobatin dulu”
“Aduh nggak usah mas, malah ngerepotin saya nanti”
“Halah nggak papa pak, rumah saya didepan itu lho, deket”
“Hmm, terus motor saya gimana mas?”
“Udah gampang nanti biar saya ambil
0 Komentar