Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

kenikmatan istri Sahabatku #5




“Ya tapi tetep aja aku nggak enak. Makanya sekarang aku datang ini mau ngasih hadiah buat pernikahan kamu kemarin” kata Pak Reman.
“Waduh kok repot-repot sih pak” jawab Fika.
“Nggak repot kok, malah seneng aku, hehe. Bentar ya” kata Pak Reman.

Pak Reman lalu berdiri dan keluar. Fika pikir dia sedang menuju ke motornya untuk mengambil hadiah yang akan diberikan kepadanya. Beberapa saat kemudian Pak Reman kembali dengan kedua tangan berada dipunggungnya. Fika tersenyum sendiri melihat kelakuan Pak Reman itu, seperti seorang pria hendak memberikan kejutan kepada kekasihnya. Tapi kemudian Fika terkejut saat tiba-tiba Pak Reman menutup pintu rumahnya. Dia bingung dan tiba-tiba saja perasaannya menjadi semakin tidak enak.

“Loh pak kok ditutup pintunya?” tanya Fika.
“Ya kan aku mau ngasih hadiah buat kamu” jawab Pak Reman.
“Tapi kok pake ditutup segala? Emang hadiahnya apa sih pak?” tanya Fika yang kebingungan.
“Hadiah buat pernikahan kamu, yang paling nggak akan kamu lupain seumur hidup kamu Fik” jawab Pak Reman.
“Apaan sih pak?” Fika semakin bingung, bahkan sampai ikut berdiri.
“Anak” jawab Pak Reman singkat.
“Hah? Maksudnya?”
“Ya, aku bakal ngasih anak buat kamu. Lebih tepatnya, aku bakal bikinin kamu anak”
“Apa maksud bapak? lebih baik bapak pergi sekarang juga” bentak Fika yang menyadari niat buruk Pak Reman.

Bukannya pergi Pak Reman malah semakin mendekat. Dan betapa terkejutnya Fika ketika tangan Pak Reman yang berada dipunggungnya diarahkan kedepan. Ternyata dia memegang sebuah pisau. Pisau yang dulu pernah dipakai untuk mengancam Eva dan Shinta saat memperkosa mereka berdua.

“Pak apa apaan ini? Saya minta bapak pergi atau saya akan teriak” gertak Fika.

Tanpa menjawab Pak Reman dengan cepat melesat kearah Fika dan langsung memeluk wanita itu. Fika yang baru saja mau berontak langsung terdiam saat dirasakan pisau yang dipegang Pak Reman tadi ditempelkan ke lehernya.

“Lebih baik kamu diam kalau masih ingin hidup Fik” ancam Pak Reman.
“Bunuh aja saya sekalian. Saya nggak sudi disentuh sama orang biadab macam kammpphh”

Belum selesai bicara bibir Fika sudah langsung disosor oleh Pak Reman. Fika yang terkejut langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Dia benar-benar tidak rela jika disentuh oleh lelaki yang bukan suaminya itu. Fika terus meronta dan tidak peduli dengan pisau yang menempel dilehernya itu. Dia merasa lebih baik dibunuh daripada harus diperkosa oleh laki-laki itu.

Merasakan perlawanan dari Fika, Pak Reman berpikir kalau ancamannya dengan pisau itu tidak akan mempan pada wanita ini. Dia lalu membuang pisaunya asal saja. Tangannya lalu meraih kedua tangan Fika dan menguncinya dibelakang punggungnya. Tangan kanan Pak Reman yang bebas tiba-tiba saja menampar pipi Fika dengan keras.

“Aaakkhh toloo aakkhh”

Pak Reman tak ingin memberikan kesempatan kepada Fika untuk berteriak meminta tolong. Meskipun kondisi sedang sepi, dia tak mau ambil resiko, sebab siapa tahu ada satpam komplek yang sedang berkeliling. Fika yang merasa kesakitan karena beberapa tamparan Pak Reman terus berontak dan menangis, hingga membuat kesabaran lelaki itu habis. BUG. Sebuah pukulan keras diberikan Pak Reman di perut Fika, membuat wanita muda itu membungkuk kesakitan.

“Sudah dibilang diam. Kalo nggak bisa diam bakalan makin aku sakitin kamu Fik”

Fika tak menjawab karena masih merasakan sakit yang luar biasa diperutnya. Belum pernah dia menerima pukulan sekeras itu. Tamparan-tamparan dipipinya tadi juga masih membekas sakitnya. Pipinya yang putih bersih itu kini menjadi kemerahan. Perlakuan kasar dari Pak Reman itu membuat Fika ketakutan, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini. Fika yang masih kesakitanpun akhirnya tak bisa melawan saat Pak Reman membawanya paksa masuk kedalam kamarnya. Dengan ringan langsung saja tubuhnya dilemparkan ke ranjang.

Pak Reman lalu menutup dan mengunci pintu kamar itu. Dia tidak mau ada yang mengganggunya malam ini. Setelah mengunci pintu dia menuju ke ranjang. Fika masih terbaring memegangi perutnya yang sakit. Pipinya telah basah oleh air matanya. Dia menyadari nasib malang bakal menimpanya malam ini.

Posting Komentar

0 Komentar