Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

kenikmatan istri Sahabatku #7




Fika masih terus menutup matanya, tak mau melihat lelaki yang sebentar lagi akan memperkosanya itu. Tangisnya masih belum reda juga. Dia merasa Pak Reman bergerak, tidak lagi menindih tubuhnya dan juga melepaskan tangannya. Tapi begitu dia mau bergerak untuk menghindar kembali beberapa tamparan dan diakhiri dengan sebuah pukulan keras dia terima, membuatnya kembali terbaring kesakitan memegangi perutnya. Dia tidak sadar kalau Pak Reman sedang menelanjangi dirinya sendiri.

Kemudian Fika merasa kedua kakinya dibuka paksa oleh Pak Reman. Mau tak mau Fika membuka matanya. Dan dia menjadi sangat terkejut melihat beda yang berdiri mengacung tegak dibawah perut Pak Reman. Penis itu sudah ngaceng. Fika terkejut melihat ukuran penis yang begitu besar itu, melebihi ukuran penis suaminya.

“Aahh jangan paak, udahh jangaaan”

Fika mulai berteriak waktu Pak Reman menggesekan kepala penisnya yang sudah keras itu dibibir vaginanya yang masih kering. Dia hendak berontak tapi tangan Pak Reman langsung menahannya. Fika seperti mendapatkan tenaganya kembali, dia meronta sejadinya, benar-benar tak rela dirinya dimasuki oleh penis laknat itu. Tapi kuncian dari Pak Reman membuatnya sangat sulit bergerak. Apalagi tubuh lelaki itu sudah berada diantara kedua kakinya. Fika menggerakkan pinggulnya kekiri dan kekanan menghindari penis itu saat akan dimasukan oleh Pak Reman.

Apa yang dilakukan Fika itu membuat Pak Reman jengkel juga. Dia kemudian menarik kepala Fika hingga terbangun, tapi sesaat kemudian kembali menamparnya dengan keras membuat tubuh Fika terbanting lagi di ranjang. Tangan kiri Pak Reman langsung mengunci gerakan pinggul Fika, dan tangan kanannya mengarahkan penisnya ke bibir vagina itu, siap untuk memasukkan penis kebanggannya kesarangnya.

“Aaarrgghh udaaah, sakiiiiiit” teriak Fika saat kepala penis Pak Reman mulai menembus bibir vaginanya.
“Wuaah, sempit bener Fik, enak banget” racau Pak Reman.
“Aaaaaaarrggg sakiiiiiiiit” teriakan Fika kembali pecah saat penis Pak Reman dengan kasar dihujamkan hingga seluruhnya masuk kedalam rongga vaginanya yang masih benar-benar kering.

Fika merasa tubuhnya robek dibagian bawah sana. Dia pernah merasakan ini saat beberapa minggu yang lalu diperawani oleh suaminya, tapi saat itu suaminya melakukan dengan sangat lembut, dan lagi saat itu vagina Fika sudah basah karena dirangsang oleh suaminya. Tapi sekarang, tanpa rangsangan yang membuat vaginanya basah, lubang sempitnya itu dipaksa untuk menerima penis yang ukurannya lebih besar lagi.

“Aaah, nikmat bener Fik. Sama kayak punya Eva dan Shinta. gila memek kalian bener-bener nikmat”

Tak menunggu lama Pak Reman langsung menggerakkan penisnya dengan kasar maju mundur. Dia tak peduli dengan Fika yang kesakitan. Dia hanya menutup mulut Fika agar teriakannya tak sampai didengar orang lain. Pak Reman sendiri merem melek menikmati jepitan vagina Fika yang terasa memijit-mijit penisnya. Dia juga tak peduli dengan kedua tangan Fika yang mencekram tangannya menandakan betapa sakit yang dirasakan wanita itu.

Perlahan vagina Fika mulai basah. Bukan karena dia menikmati tapi sebagai reaksi alami dari vaginanya agar tidak merasa semakin sakit akibat gesekan dengan permukaan penis Pak Reman yang besar. Pak Reman yang merasa Fika sudah tidak berteriak lagi melepaskan tangannya. Tangannya kemudian meremas-remas kedua buah dada Fika yang sekal itu. Fika masih menangis sesenggukan. Bandannya tergoncang mengikuti hujaman penis Pak Reman.

Pak Reman kemudian menciumi bibir Fika. Dia melumat bibir tipis itu sambil lidahnya masuk dan mencari-cari lidah Fika. Fika sendiri diam sama tidak mau membalas ciuman itu, tapi Pak Reman tak peduli, dia masih saja melumat bibir itu dengan ganasnya. Kedua tangan Pak Reman juga masih meremas-remas buah dada Fika, tapi kali ini dengan lebih lembut. Sodokan penisnya juga tidak secepat dan sekasar tadi. Rupanya Pak Reman juga ingin agar calon budak seksnya yang baru itu ikut menikmati permainanya juga.

Fika yang masih hijau dalam urusan seperti ini lama-kelamaan birahinya naik juga. Meskipun dia setengah mati melawannya, tapi rangsangan yang diberikan Pak Reman di titik sensitifnya itu mau tak mau membuat vaginanya semakin lama semakin basah juga. Dalam tangisan dan juga bibir yang masih dilumat Pak Reman, sesekali terdengar lenguhan darinya. Pak Reman yang sudah sangat berpengalaman tentu tahu kalau mangsanya ini sudah mulai menikmati juga. Tapi dia juga tahu kalau Fika masih terus berusaha melawan, karena bagaimanapun juga dia sedang diperkosa.

Pak Reman mulai memaikan tempo sodokannya. Kadang dibuat pelan kadang dibuat cepat. Semakin lama Fika semakin merasakan kenikmatan yang semakin tidak bisa dia lawan. Vaginanya sudah sangat basah. Hanya harga diri dan rasa bersalah kepada suaminya yang membuatnya masih terus menahan desahannya agar tak sampai keluar....

Posting Komentar

0 Komentar