Perlahan aku renggangkan kedua kakinya. Dan benar saja.., terlihat celah yang baru saja aku lihat tadi.
"Yup.., nggak usah di nanti-nanti..!"
Mulut, lidah, dan bibirku langsung menyeruak masuk ke memeknya.
"Oh.. Willy, tadi khan udah sayang..!", kata Teh Wid sambil menengadahkan kepalaku.
"Aku pengen lagi..!", jawabku sama percis dengan yang tadi Teh Widya katakan.
Setelah aku jawab, Teh Widya dengan sendirinya merebahkan tubuh semampainya di tempat tidur dan membuka kaki surganya lebar-lebar. Aku tahan kedia pahanya dengan kedua tanganku. Aku renggangkan sebisa mungkin kedua kaki Teh Widya yang membuat memeknya melebar kesamping.
"Ah.. memek itu..", pikirku.
Tak ada cacat sama sekali. Walaupun kaki Teh Widya sudah kurenggangkan semaksimal mungkin, tetapi tetap saja memek Teh Widya masih tetap rapat, sehingga aku harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan kacang kenikmatannya.
"Nyam.. nyam.. nyam..!"
Aku bagaikan anjing kelaparan yang sudah seminggu tidak dikasih makan oleh tuannya, dan sekarang makanan yang paling enak sudah tersedia didepanku. Tentunya anjing itu akan amat sangat rakus melahap makanan itu.
"Oghh.., fftt.., ahh.. uhh.. hgg..!", Teh Widya Mendesah hebat seiring dengan jilatanku dan hisapan mulutku ke klitoris dan daerah sekitar memeknya itu.
Memeknya mengeluarkan aroma wewangian mawar. Aku tidak berbohong sama sekali. Sungguh.., memeknya harum seharum mawar.. sekali lagi aku tidak bohong. Semakin basah memek Teh Wid semakin gila aku mempemainkannya dan..
"Willy.., sekarang sayang.. sekarang.. aku nggak kuat.. sekarang.. sayang pokoknya sekaraanngg..!", Teh Widya menjerit.
Aku heran kenapa dia menjerit begitu.
"Sekarangg.. aoowww.. aahh.. Willy..!", Jerit Teh Widya.
Aku hanya tersenyum, aku mengerti bahwa Teh Widya mengalami orgasmenya yang pertama.
"Tunggu dulu sayang sebentar.."
Teh Widya menuju ketengah tempat tidur, aku perhatikan apa yang dia mau lakukan. Teh Widya berbaring dan mengganjalkan kepalanya dengan bantal. Dia meregangkan dan melipat kakinya. Aku tak tahan lagi, aku hampiri dia dan..
"Mana punyamu Willy, cepet Masukin ke punyaku..!", kata Teh Widya sambil kedua tangannya memeluk leherku.
Aku memegang kontolku dan mengiringnya kedepan pintu pintu gerbang menuju surga dunia itu. Kepala kontolku kini menempel pada bibir memek Teh Widya, aku tekan perlahan, sangat perlahan. Tapi kepala kontolku sedikit tergelincir. Aku coba lagi, tergelincir lagi. Kadang kesebelah kiri atau kesebelah kanan memek Teh Widya.
"Wid jangan ditahan donk, susah neh..!", kataku sedikit kesal.
"Aku nggak nahan koq, kamu lihat sendiri aku sudah dalam posisi yang kayak gini..!", katanya.
"Coba terus dong sayang..!", pintanya.
Tapi memang benar pikirku. Posisi kaki Teh Widya yang sudah melebar semaksimal gitu sudah tidak mungkin lagi memperlebar memeknya. Jadi.., memeknya memang benar-benar rapat sekali, bagaikan memek perawan. Sekali lagi aku tidak bohong.
Inilah, kegunaan dari Squat dengan posisi kaki lebar ataupun posisi kaki rapat yang selalu Teh Wid lakukan di tempat Fitness. Aku lanjutkan lagi.., Dengan sedikit tenaga tambahan.., Aku genggam penuh kontolku dengan hanya menyisakan bagian leher dan kepalanya saja. Aku fokuskan dengan cermat agar kepala kontolku menempel diantara kedua celah memek Teh Widya. Aku tekan dengan tenaga ekstra tetapi tetap perlahan.
"Sayang.., pelan.. pelan-pelan.. o.. ohh, pelan sayang".
Teh Widya mulai meracau lagi. Perlahan tapi pasti, aku dorong kontolku menyeruak Masug dianta celah surga yang basah milik Teh Widya. Dan tak lama kemudian.., "Bleesskk" kepala dan leher kontolku Masuk. Lalu langsung aku tekan sedalam mungkin sampai pangkal kontolku.
"Aoohh.., Willy.., aahh..!", Teh Widya mendesah bersamaan dengan aku menahan nafasku.
Aku tahan sejenak kontolku didalam memek Teh Widya. Aku tengok sedikit kebawah ternyata kontolku memang benar-benar habis sampai kepangkalnya, amblas tak bersisa di telan lorong sempit dan hangat itu.
"Ayo sayang.. lakukan apa yang kamu mau.., aku pasrah sama kamu sayang..!", kata Teh Widya.
Aku tahan dulu agar aku dapat merasakan kehangatan yang melingkupi rudalku. Teh Widya hanya memandangku dengan wajah ayunya. Kami berdua terus saling berpandangan.
"Wid.., betapa cantiknya kamu sayang.", bisikku sambil mulai mengangkat kejantananku perlahan bersamaan dengan mata Teh Widya yang kini terpejam dan lehernyapun menengadah ke atas.
Aku tarik perlahan sampai sebatas leher kejantananku dan aku tekan lagi sampai amblas lagi. Terus aku lakukan itu dengan perlahan tetapi teratur. Aku tarik.., aku tekan.. tarik.. tekan.. terus begitu. Akurasakan sekali kenikmatan yang tiada tara. Dengan gaya misionaris begini, membuatku dapat menciumi Teh Widya dari mulai leher, pipi, teliga, dan bibir. Kami berdua saling menjilat, saling mengulum, saling mencium dan kadang saling menggigit satu sama lain. Aku terus menggerakkan pantatku naik turun, sehingga kejantananku tetap keluar masuk di dalam memek Teh Widya.
0 Komentar