Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.
Dan setelah diam beberapa saat untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Girno mulai memompa tubuhku. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama genjotan si Girno. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini.
“Isep non. Awas, jangan digigit ya!”, Urip berkata seperti memerintah budaknya saja.
Walaupun aku gelagapan karena baru pertama kali mulutku dimasukin penis seorang lelaki, tapi aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini. Dan lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar dibanding dengan penisnya Girno.
Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak.
Selagi aku berjuang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya.
“Non, ayo dikocok!”, perintahnya.
Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang.
-x-
IV. Kedatangan Pak Edy Wali Kelasku
Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Girno masih tetap bersarang dalam liang vaginaku.
Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Eliza?”.
“Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”, aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan berkata dengan sedikit berteriak
“Kalian ini… ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya kembali mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon tidak ketemu juga tidak apa apa… hahaha…”, pak Edy seolah tak mendengar kata kataku.
Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara pesta seks terhadap diriku ini langsung lemas dalam keputus asaan.
Dengan kesal aku mulai melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh dan juga kulumanku pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir.
Setelah sadar bahwa pak Edy malah akan bergabung dengan mereka, para maniak ini tertawa lega.
“Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Eliza masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu. Tapi kalo soal memeknya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih”, kata Girno yang mulai memompa liang vaginaku dengan penisnya.
“Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?” kata pak Girno yang tertawa mengiyakan sambil melepas pakaiannya.
Ternyata penis wali kelasku ini tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya.
“Aaaaagh…”, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur.
Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun liang vaginaku yang masih sangat sempit ini tersa penuh sesak terisi batang penis Girno yang berukuran raksasa ini, hingga aku tak berani menggeliat sesuka hatiku.
Dalam kelelahan ini, aku harus melayani enam orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Girno membuat gairahku tak menurun, dan hal itu amat menyiksaku. Sudah beberapa menit Girno terus menggagahiku, hingga berkali kali aku harus menggelepar didera orgasme dan orgasme.
Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku yang ternyata bejat ini, dan tiba tiba aku agak bingung juga memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai Senin besok dan seterusnya saat dia mengajar di kelasku.
-x-
V. Pembantaian Berlanjut
Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke tenggorokanku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya aku mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip ini, menikmati rasa tercekik yang enak ini.
Tiba tiba Girno menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan kedua payudaraku menindih tubuhnya. Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku.
Aku hanya pasrah menunggu, entah permainan apa lagi yang harus kujalani bersama Girno dan yang lainnya ini.
“Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?” tanya Girno pada yang lain.
“Akuuur…”, seru mereka segera menyetujui sambil tertawa tawa.
Berikutnya Urip segera ke belakangku, dan kurasakan ia sedang meludahi anusku. Kengerian kembali melandaku, membayangkan aku akan dijadikan sandwich oleh Girno dan Urip.
“Jangan…. jangan di situ…” desisku ketakutan.
Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli. Aku memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan dan beberapa dari mereka memuji ide Girno.
“Aaaaaagh…” aku mengerang ketika penis Urip mulai melesak ke dalam liang anusku.
Mataku terbeliak, kedua telapak tanganku tanganku kugenggamkan erat erat pada sprei kasur tempat aku diperkosa ramai ramai ini. Tubuhku terutama pahaku bergetar hebat, selagi aku berjuang menahan sakit yang luar biasa. Ludah Urip yang bercampur dengan air ludahku di penis Urip yang baru kukulum tadi harusnya sudah membuat penis itu cukup licin, tapi ternyata itu tak membantu sama sekali.
“Aaaaaagh… sakiiiiiit… Jangaaaaan…”, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam liang anusku.
Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku.
Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi, dijarah habis oleh mereka semua. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip mulai memompa liang anusku. Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Girno sedikit tertarik keluar dari liang vaginaku.
Tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku. Akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Girno kembali menancap dalam dalam pada liang vaginaku, ditambah lagi Girno sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku.
Rasanya tubuhku seperti sedang dirobek robek ke berbagai arah. Belum lagi liang anusku yang kemasukan benda asing ini membuatku jadi ingin mengejan, perutku kembali terasa mulas sekali.
Setelah beberapa saat aku harus berjuang menahan keinginanku untuk mengejan, perlahan rasa sakit pada liang anusku sudah berkurang banyak. Dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah kembali harus melayang dalam kenikmatan.
Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semua bagian tubuhku yang harusnya bisa kugerakkan ini semuanya ditahan oleh para pemerkosaku.
Dalam keadaan orgasme seperti ini, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme! Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 2 menit...
0 Komentar