Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

NYAI RATNI PART 2



.

“Ada apa, Nyi. Kok kelihatannya gelisah begitu?” Bu Ratni mulai menyadari kalau ini bukan sekedar efek hangat dari teh manis biasa. Tatang pasti telah mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya tadi. Kurang ajar sekali ikhwan ini, pikirnya. Tubuhnya mulai berkeringat. Sekujur tubuhnya terasa lemas dan kelopak matanya begitu berat. Dengan mata setengah menutup, ia menggaruk-garuk kecil pundak kirinya dengan tangan kanannya yang lentik karena terasa sedikit gatal. Untuk mengurangi rasa kantuk yang menerpa, Bu Ratni mencoba mengalihkan pandangan pada jam yang ada pada dinding di belakangnya., namun usahanya itu tidak membuahkan hasil.

“Tidak, tidak apa-apa kok mas Tatang,” Tatang yang jauh lebih muda itu kini menyadari bahwa istri pertama Ustadz Haji Maulana itu telah masuk dalam jebakannya dan sebentar lai akan memasrahkan tubuh molek nan sintal miliknya untuk digagahi Tatang dengan penuh keikhlasan. Tatang pun semakin tak sabar dan segera mengambil tempat di sebelah kiri Nyai Ratni. Ia genggam tangan kiri Bu Ratni yang halus dengan tangan kanannya yang cukup kasar. Sementara itu tangan kirinya mulai melakukan serangan fajar dengan mengelus-elus pipi sebelah kanan Bu Ratni yang lembut bukan main dan penuh aroma kewanitaan. Ia hadapkan wajah ummahat manis berjilbab yang tengah berjuang melawan sensasi aneh yang disebabkan teh manis ajaib buatan Tatang tadi agar menghadap ke wajahnya. Ditatapnya mata yang tengah berpendar di balik kaca mata itu dengan penuh kemesraan.

“mas…..Tatang. Jangan ya, kita kan bukan mahrom. Lagipula nanti kalau ketahuan orang bagaimana?” Tatang tak menganggap itu sebagai penolakan. Bu Ratni tak sedikitpun menarik telapak tangan kirinya yang tengah diremas-remas penuh nafsu oleh tangan kanan Tatang, lagipula Bu Ratni mengucapkannya dengan sedikit berbisik, penuh kelembutan dan keteduhan bagai berbicara pada suaminya sendiri. Dan ketika Tatang menarik lembut kepalanya agar wajah mereka mendekat, Bu Ratni pun tak berpaling atau berontak sedikitpun. Ia mulai menikmati sensasi seksual yang begitu nikmat menggerayangi tubuhnya. Apalagi sudah sekitar 2 minggu suaminya tak sekali pun menyentuhnya. Sebelum Aa berangkat ke Surabaya, ia sedang dalam keadaan haidh sehingga tak bisa digauli. Baru kemarin darah haidhnya berhenti. Dengan kata lain, saat ini Bu Ratni sedang dalam masa subur sehingga membuat birahinya begitu meledak-ledak.

“Tenang saja, Bu. Tatang nggak akan nyakitin Nyai. Tatang cuma mau ngasih Nyai kenikmatan yang nggak akan pernah lupa. Lagipula, nggak akan ada yang melihat kita di sini.” Kini bibir dua insan yang bukan mahrom ini hanya berjarak sekitar 2 cm. Ratni pun telah memejamkan matanya sebagai tanda kepasrahan dirinya akan apa yang bakal terjadi setelah ini. Walaupun telah beristri dan mempunyai 2 orang anak, Tatang tak pernah menghilangkan sosok ummahat bertubuh bahenol asal sunda yang sering mengisi imajinasi liarnya ketika bermasturbasi. Kini, langsung di hadapannya, telah terdiam seorang ummahat berjilbab kuning dan berjubah putih idamannya itu sedangkan ia sendiri memakai baju koko hijau muda lengkap dengan peci putihnya sebagai tanda kealiman dan keshalihan keduanya. Namun kini sang maswat dengan nakalnya telah memejamkan mata dan sang ikhwan pun tengah asyik meremas-remsa tangan sang maswat dengan syahwat membara. Tanpa terasa keduanya telah berada di tepi jurang perzinahan.

Melihat Nyai Ratni yang tak memberikan sedikitpun perlawanan dan malah telah begitu pasrah pada keperkasaan dirinya, Tatang pu mengambil inisiatif.Sedikit demi sedikit ia menarik wajah Nyai Ratni ke wajahnya dan…hmmm…hhmmmch…..hhmmmmpff…bibir seksi nan indah seorang Nyai Ratni telah bersarang di bibirTatang. Tatang pun tak tinggal diam, dibelahnya sedikit demi sedikitbibir ummahat yang juga merupakan ustadzah terkenal itu dengan mendorong lidahnya yang kasar dan hangat. Tanpa kesulitan berarti, di mana Nyai Ratni pun telah begitu terangsang oleh tatapan birahi Tatang dan gairahnya sendiri yang sedang berada di puncak, lidah Ahmda telah mampu menembus rongga mulut Ratni yang alim itu. Tak lama kemudian, kedua anak Adam yang terkenal dengan keshalihannya itu telah saling hisap bibir pasangannya diiringi pergulatan lidah di dalamnya yang begitu seru dan basah. Entah karena reflek atau memang disengaja, tangan Nyai Ratni ganti merangkul Tatang hingga keduanya larut dalam pusaran syahwat yang begitu menggairahkan.

Sebagai catatan, selama berbagai aktivitas itu terjadi, pintu ruangan Tatang, tempat semua kemesuman itu terjadi, sama sekali tidak tertutup. Pintu itu terbuka lebar, sehingga orang-orang yang berjalan dekat ruangan itu pasti bisa melihat segalanya. Karena itu, Tatang berusaha membuat suara sesedikit mungkin. Namun untungnya, ruangan Tatang berada di ujung sebelah barat kantor radio tersebut, sedikit terpisah dengan ruangan kantor yang lain. Sehingga suara dari ruangan Tatang tak akan bisa terdengar dari luar atau bahkan tertelan hiruk-pikuk kesibukan kantor di pagi hari. Ditambah lagi ruangan Tatang juga dilapisi dengan peredam suara karena ia sering mengedit siaran radio di ruangan tersebut.

‘Masya Allah….”, guman Tatang. Dalam hati Tatang sangat kagum dengan ulah ustazah ini. Tanpa disangka sama sekali oleh Tatang, Nyai Ratni bergerak begitu aktif. Tampaknya Nyai Ratni telah begitu kuat menahan gairah seksualnya selama ini sehingga terasa bagaikan bom waktu yang menggemparkan ketika akan dilepaskan. Bibir dan lidah ustadzah kondang yang pernah dinobatkan sebagai ibu teladan itu silih berganti memagut, memberi kenikmatan erotik pada bibir lelaki beristri di hadapannya. Tampak keduanya tak lagi mengingat status dan kedudukan diri mereka masing-masing. Keduanya telah hanyut dalam gelombang syahwat yang menenggelamkan hasrat mereka berdua dalam lautan birahi kebinalan. Tatang yang merasa lebih berpengalaman membalas dengan tenang pagutan ummahat berjubah putih itu, dijulurkannya lidahnya bagai anjing kelaparan agar segera dihisap oleh ummahat di hadapannya itu,”hmmmm…hmmmm….hhmmppph….hhhmmmmpppf.”

“Duuh, Teteh. Kontol Tatang jadi tegang neh. Tetek Nyai merangsang banget, bikin horny. Boleh gak Tatang pegang, sedikit saja?” Tatang mulai menunjukkan niatnya secara terang-terangan. Ia mencoba memancing libido yang selalu tersimpan rapat-rapat dalam diri seorang ibu shalihah yang tengah memagut liar bibirnya itu....

Posting Komentar

0 Komentar