Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

NYAI RATNI PART 3




Entah setan apa yang tengah beraksi, atau memang dorongan seksual ini begitu kuat. Nafas Nyai Ratni mulai tak beraturan dan jantungnya pun berdetak lebih kencang dari kecepatan normal. asa kantuk yang tadi menderanya, berubah menjadi keinginan untuk memasrahkan diri secara total kepada lelaki muda yang begitu tampan di depannya. Dengan lembut dan sedikit bergetar, ia ucapkan dengan pasti, “Iya Mas….Pegang aja tetek Nyai Ratni, lakukan sesuka kamu…”

Mendengar kata-kata penuh penyerahan diri seutuhnya dari seorang ustadzah yang mulai mendesah-desah tak karuan itu, tubuh Tatang pun semakin panas. Tangan kirinya mulai menyelusup masuk ke balik jilbab panjang Nyai Ratni. Ia meraba-raba peyudara suci nan terawat milik ustadzah cantik itu secara perlahan. Ia ingin membuat Ratni merasakan sendiri getaran syahwat yang menggebu-gebu setelah bagian sensitifnya ini jatuh ke tangan Tatang. Benarlah, sesaat kemudian, desahan-desahan pelan diselingi erangan binal meluncur di antara bibir sang isteri Ustadz itu, “ssshh…akkhhhh….maasssshhh…mas Tatang, enak masssshh….!!”

“Iya ku sayang, Tatang tahu. Pintunya Tatang tutup dulu ya, biar kita tambah bebas.” Ratni tak langsung menjawab, bibirnya kelu dan hanya kembali memagut bibir Tatang untuk meredakan gairahnya. Namun sebuah cubitan nakal di tangan kanan Tatang-lah yang kemudian menjadi lampu hijau bagi Tatang. Ia pun melepaskan kulumannya pada bibir Nyai Ratni yang nampak sedikit kecewa karenanya.

Dengan jantannya, Tatang pun merebahnkan ustadzah yang sudah horny itu di atas sofa. Ukuran sofa yang kecil memaksa kaki Nyai Ratni tidak bisa selonjor dengan penuh namun sedikit naik karena tertopang pegangan sofa di seberang. Dalam keadaan tubuh ‘siap entot’ itu, Tatang meninggalkan ummahat seksi itu sesaat. Ia berjalan ke arah pintu ruangan dan menutup serta menguncinya. “Cklik…” bunyi itu seraya menandakan telah terkuncinya iman kedua insan yang sebenarnya telah mempunyai pasangan masing-masing ini, dan tinggallah nafsu syaithan yang menjadi hakim di ruangan itu.

Tatang pun kembali mendatangi sang bidadari surga pujaan hatinya yang telah terkapar menahan birahi di atas sofa. Subhanallah, gumamnya dalam hati. Tanpa dinyana pula, bidadari berjilbab itu mendesah dengan binalnya, “Mas Tatang, sini dong!” Nyai Ratni yang manis itu telah membuka jalan bagi imaji liar Tatang dengan desahan lembut menggemaskan yang pasti merangsang birahi setiap pria yang mendengarnya. Tatang langsung melepas kancing baju kokonya dari atas ke bawah satu per satu. Sesaat kemudian, tubuh tegap laksana anggota TNI itu telah terpampang jelas di depan Nyai Ratni yang tengah membuncah nafsunya hingga memaksa ummahat itu menelan dalam-dalam ludahnya, “Mas Tatang…tubuh kamu seksi banget. Nyai Ratni jadi nggak tahan…”

Komentar binal seorang ustadzah terkenal itu membuat syahwat Tatang menggelegak. Ia langsung berlutut di sisi kaki Nyai Ratni yang penuh kepasrahan hati menelantangkan tubuh sintal khas sundanya si atas sofa. Tatang lepaskan sepatu hitam yang melekat di kaki isteri Ustadz besar itu, dan mengendus-endus bau kaki yang menyengat nan menggairahkan di kaos kaki Ratni. Ia tanggalkan kaos kaki berwarna krem itu dan langsung mencaplok jemari kaki  Ratni yang lentik dengan mulutnya.

Nyai Ratni sampai terkaget-kaget dibuatnya. Tak pernah sekalipun suaminya yang shalih itu memanjakan birahinya seperti ini. Suaminya hanya menganggap bersenggama adalah cukup dengan memasukkan kontol ke dalam memek wanita, dan setelah itu selesai. Mungkin ulama besar seperti beliau menganggap foreplay atau pemanasan seksual seperti ini hanya membuang-buang waktu belaka. Padahal Teh Ratni dan Teh Rini pun hanya wanita biasa yang butuh sensasi-sensasi baru dalam kehidupan seksual mereka. Uups, Teh Rini? ya, Teh Rini pun begitu haus akan rangsangan-rangsangan nakal seperti ini. Insya Allah nanti saya akan ceritakan kisahnya.

Dan saat ini, seorang ikhwan yang telah mempunyai isteri dan anak, bertubuh tegap, macho, dan berwajah rupawan sedang berlutut di bawah kaki Nyai Ratni dan menjilat-jilat serta menghisap-hisap jari-jemarinya yang indah. Hal itu seolah menghapuskan rasa dahaga Nyai Ratni akan aktivitas seksual yang sedikit di luar kebiasaan. Tanpa terasa, vagina suci miliknya telah berdenyut-denyut kecil dan terlontar desahan dan erangan penuh luapan syahwat dari bibir indahnya, “Ssaaa…aakkkhhhh…Mas Tatang, enak sekali kulumanmu….,”

Nyai Ratni pun bertekad akan menundukkan diri sehina mungkin di depan lelaki yang telah bangkitkan gairah masa mudanya yang haus akan seks.

Tanpa terasa, Tatang telah mengangkangi tubuh mungil istri idaman itu di atas sofa. Ia telah menyingkapkan jubah putih Nyai Ratni hingga pinggang. Kini paha mulus dan berisi serta betis yang membujur indah yang selalu dijaga dari pandangan orang itu telah terekspos bebas dan telah dibanjiri air liur bekas jilatan Tatang. Ya, Tatang telah selesai menyapu bersih sepasang paha dan betis indah seorang Nyai Ratni, isteri Ustadz Haji yang selama ini hanya ada dalam lamunan joroknya dan menghisap sejumlah besar air maninya yang habis ketika bermasturbasi menkhayalkan bersetubuh dengan maswat itu.

“Nyai kepanasan ya? Tatang lepas aja ya jubahnya…” Nyai Ratni tidak segera menjawab. Ia hanya memejamkan matanya sambil berdehem ringan yang langsung diartikan Tatang sebagai izin.  Dalam hati wanita sholehah itu tersadar akan dosa dan zina yag ia lakukan.

Bagaikan terkejut, seolahia diingatkan akan dosa  zina ini. Sesaat ia diam dan beristighfar.

“Astaghfirullah…Astaghfirullah… ia memohon ampun atas dosa ini. Hanya sedetikia tersadar dari dosa ini.
Karena desakan syahwat yang melanda dirinya tak mampu dilawannya. Ia tak sanggup menahan amuk birahi yang melanda. Ia pun kembali larut dalam perzinaan yang nikmat dan syahdu

Posting Komentar

0 Komentar