“Mas…” Alya menggeliat dan mencoba mendorong suaminya menjauh. Tidak enak juga rasanya menolak melayani suami seperti ini, karena biar bagaimanapun Alya sangat mencintai Hendra dan ingin melayaninya sampai puas. Sayangnya, Hendra sering memilih waktu yang tidak tepat saat meminta jatah.
“Ayolah, sayang,” kata Hendra sambil mencopoti kancing baju piyama yag dikenakan Alya. “Aku pengen.”
“Aku capek, Mas,” jawab Alya. Tapi karena Hendra terus merangsang payudaranya, Alya akhirnya mengalah. Akan lebih baik kalau dia menyerah dan pasrah pada kemauan sang suami.
Alya berhenti menolak dan mulai rileks saat Hendra selesai melepaskan semua kancing baju piyama yang dikenakannya. Telanjang dari perut ke atas, Hendra segera menyerang kedua payudara Alya yang ranum dan indah. Hendra memijat buah dada Alya dengan kedua belah telapak tangannya. Suami Alya itu lalu mengelus-elus susu Alya dan menciumi sisi-sisinya. Hendra hanya sekilas mencium puting susu Alya (tidak cukup lama untuk membuatnya mengeras), lalu bangkit dan berlutut. Ia meraih bagian atas celana piyama yang dipakai Alya dan mencoba menariknya. Alya dengan desahan panjang mengangkat pantatnya ke atas supaya celananya mudah ditarik.
Hendra melucuti celana panjang piyama Alya dan melakukan hal serupa dengan celana dalam istrinya. Kini Alya sudah telanjang bulat di depan suaminya.
“Seksi banget, sayang. Sudah lebih dari lima tahun kita menikah, tapi bentuk tubuhmu masih jauh lebih indah dari gadis manapun. Masih seksi, masih mulus dan hmm… tidak, aku salah. Tubuhmu jauh lebih seksi, lebih mulus dan lebih aduhai dari siapapun.” Kata Hendra memuji keindahan tubuh istrinya. Alya tersenyum, paling tidak dia masih mendapatkan pujian dari suaminya.
“Ini semua untuk kamu, Mas.” Kata Alya mesra.
Hendra ambruk di atas tubuh Alya dan istrinya itu otomatis merenggangkan kakinya yang jenjang. Alya mengaitkan kakinya diantara pinggang Hendra dan menjepitnya lembut. Beberapa saat kemudian, Alya merasakan ujung kemaluan Hendra mulai menyentuh ujung vagina Alya. Wanita cantik itu menarik nafas panjang. Hendra mungkin bukan orang paling romantis di dunia, tapi penisnya lumayan besar, dan itu biasanya mampu mengagetkan dan memuaskan Alya.
Alya menahan nafas sementara Hendra melesakkan penisnya ke dalam vagina istrinya dengan sangat perlahan. Setelah seluruh batang kemaluan Hendra masuk ke dalam mulut rahimnya, Alya melepas nafas. Hendra mulai menyetubuhi Alya dengan gerakan pelan dan lembut. Gerakan Hendra yang ajeg dibarengi dengan erangan dan lenguhan kenikmatan. Alya merintih pelan dan manja, untuk memberikan kesan dia menikmati permainan cinta yang diberikan suaminya. Padahal dalam hati Alya sama sekali tidak puas.
Sebenarnya permainan Hendra tidaklah terlampau buruk, tidak pula singkat, kadang Alya juga terpuaskan perlahan-lahan, tapi permainan Hendra tidak mampu melejitkan Alya ke puncak kepuasan yang optimal. Alya mencoba mengimbangi gerakan memilin suaminya dengan gerakan pinggulnya, mencoba menyamakan ritme dengan gerakan mendorong yang dilakukan Hendra, tapi lagi-lagi Alya harus berpura-pura karena tak berapa lama kemudian Hendra sudah orgasme. Alya tersenyum dan mencium suaminya lembut. Hendra menyentakkan penisnya dalam vagina Alya untuk kali terakhir sementara air maninya membanjiri liang kemaluan sang istri.
Setelah semuanya usai, Hendra bergulir dari atas tubuh Alya dan memejamkan matanya penuh kepuasan. Alya bangkit dari ranjang, membersihkan diri sebentar dan kembali ke tempat tidur sambil memeluk suaminya yang sudah tertidur lelap penuh rasa cinta.
Sementara itu, di luar sepengetahuan Alya dan Hendra, sesosok tubuh gemuk berhenti merekam adegan persetubuhan mereka. Sosok itu sedari tadi bersembunyi di luar jendela kamar Alya. Entah bagaimana, sosok itu bisa menemukan celah di antara tirai, mengintip ke dalam kamar lalu merekam adegan seks mereka dengan kamera HP.
Sosok itu melangkah puas sambil terkekeh-kekeh pulang ke rumah. Sosok Pak Bejo Suharso!
###
Dina duduk di kamar santai dan menyalakan televisi. Tapi ibu muda yang cantik itu tidak menonton tayangan sinetron di televisi. Dina terus memijat-mijat tangannya dengan gelisah di pangkuan dan bertanya-tanya apa yang diinginkan oleh Pak Pramono, bos kerja Anton. Pak Pramono telepon tadi pagi dan bertanya apakah dia boleh datang berkunjung. Pak Pramono mengatakan ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan. Anehnya, saat ini Anton justru tengah dinas keluar kota. Apa yang ingin disampaikan Pak Pramono padanya? Dina selalu merasa rikuh saat berhadapan dengan Pak Pramono.
Walaupun sudah tua, tapi pria yang rambutnya sudah beruban semua itu sangat besar dan masih terlihat gagah. Kulitnya yang hitam dan kumisnya yang lebat menambah sangar penampilan Pak Pramono. Dia lebih mirip seorang perwira militer ketimbang bos perusahaan IT. Dina bertanya-tanya dalam hati apa yang ingin dibicarakan oleh Pak Pramono saat kemudian bel pintu berbunyi.
Dina buru-buru membukakan pintu dan mempersilahkan seorang pria masuk. Dia mengantarkan sang tamu ke ruang duduk di mana mereka berdua akhirnya berhadapan. Dina merasa sedikit grogi berbincang-bincang dengan pimpinan suaminya. Sangat jarang pimpinan Anton berkunjung kemari, bahkan bisa dibilang ini baru pertama kalinya mereka berdua berhadapan langsung.
“Bagaimana kabar anda?” tanya Pak Pramono memulai percakapan...
0 Komentar