?Thanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan?? tanyanya menggodaku.
?Ta? tapi jangan kau hamili aku, Bim??
?Memang ibu masih bisa hamil??
?Masih, Bim? meski sudah 45 tahun aku masih mens??
?Ya, nanti kita atur sajalah, bu? yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan?? rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.
?Tap? tapi pelan-pelan saja ya Bim dan? jangan dikeluarkan di dalam?? akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.
?Thanks, bu,? katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.
?Bim, egh, Bim? jangan masukkan Bim..? aku masih takut-takut. Tapi Bima tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Bima cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleess? zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.
?Bim, gila kamu!? Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Bima yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.
?Bim? Bim? jangan keluarkan di dalam?? aku mengingatkan tapi Bima malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.
?Aku mau sampai tuntas, bu..? bisiknya di sela-sela deru nafasnya.
?Aku bisa hamil, Bim!?
?Aku tak percaya.?
?Serius, Bim!?
0 Komentar