Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

BUDAK SEX BU ANA #11


“CCTTAARR!!”

“Bersihkan juga sela-sela jarinya,” perintahnya padaku.

Dengan patuh aku melakukan semua perintahnya padaku. Setelah sekitar lima menit dia mengganti dengan kakinya yang satu lagi.

Setelah Ibu Anna merasa sudah cukup, dia menyuruhku untuk berhenti. Ibu Anna memberiku isyarat untuk mengikutinya. Kemudian Ibu Anna mengambil 2 utas tali yang tergeletak di lantai dan juga celana dalam yang tadi digunakannya untuk menyumpal mulutku. Perasaanku mengatakan tali itulah yang digunakannya untuk mengikat kedua kakiku tadi.

Aku berjalan di belakangnya dengan wajah menunduk. Ibu Anna membawaku keluar dari kamarnya. Mataku melihat sekeliling, tidak ada orang lain selain kami di rumahnya. Ibu Anna membawaku ke bagian belakang rumah itu. Di sana ada ruang terbuka, namun di skelilingnya dipagari tembok tinggi. Tidak mungkin ada orang yang dapat melihat kami, pikirku. Dapat kukatakan fungsi ruangan itu adalah sebagai tempat menjemur baju.

Ibu Anna membawaku ke arah tiang besi yang letaknya di tengah-tengah ruangan itu. Dasar tiang besi itu tertanam dalam lantai, tampaknya sangat kokoh. Diameter tiang itu sekitar 10 centi dengan tinggi sekitar 2 meter dan di cat berwarna hitam. Fungsinya adalah tempat untuk mengikat tali jemuran. Ibu Anna melepaskan tali yang terikat di tiang itu. Setelah semuanya terlepas, Ibu Anna menyuruhku untuk berdiri dengan punggungku menempel di tiang tersebut. Kedua tanganku di tarik kebelakang lalu kedua pergelangan tanganku diikat jadi satu oleh tali yang tadi dibawanya. Tali itu adalah tali sepatu miliknya.

Tak ketinggalan kedua kakiku juga diikat menjadi satu dengan tiang itu. Dan terakhir Ibu Anna mengambil tali jemuran yang tali dilepaskannya. Diikatnya leherku dengan tali itu menyatu dengan tiang itu. Kaki dan tanganku diikat dengan kuat, namun sebaliknya ikatan pada leherku dibuat sedikit longgar. Setelah diriku dalam posisi demikian, Ibu Anna mulai mengayunkan benda yang ada di tangannya.

“CCTTAARR!!, CCTTAARR!! CCTTAARR!!”

Terus menerus Ibu Anna mengayunkan tangannya. Akupun tidak ketinggalan untuk menjerit-jerit, namun tanpa kusadari aku berusaha menahan jeritanku, aku takut jeritanku terlalu keras sehingga membuat orang-orang sekitar mendengarnya. Cambukannya mengenai dada, perut dan juga pahaku, bahkan ada sebuah yang nyaris mengenai alat vitalku. Dengan menahan sakit aku menerima pukulah-pukulan itu.

Sudah sekitar 20 kali Ibu Anna mencambukiku, namun tampaknya belum ada tanda-tanda dia akan menghentikannya. Mau tidak mau aku merasa heran juga dengan kekuatannya. Setelah beberapa kali lagi mencambukku Ibu Anna kemudian menghentikannya. Tangannya memunguti jepitan-jepitan baju yang berserakan di lantai. Dia mengambil 4 diantaranya, kemudian membawanya ke arahku....

Posting Komentar

0 Komentar