Dengan perlahan tangannya mencoba menjepitkannya pada putingku. Aku tidak berkata apa-apa, namun mataku memandang perbuatannya dengan gelisah.
“Aaahh” teriakku keras ketika Ibu Anna menjepitkannya.
Rasa perih seakan mengalir dari jepitan itu dan mengaliri seluruh tubuhku. Aku meronta-ronta dari ikatanku, namun tidak
berhasil bergerak sedikitpun. Dengan cepat Ibu Anna menyumpal mulutku dengan celana dalam yang tadi dibawanya. Dia menekannya dalam-dalam sampai suara jeritanku tidak terdengar lagi. Tanpa menunggu lagi dia menjepit putingku yang lain.
Jika saja mulutku tidak tersumpal, pastilah jeritanku waktu itu bisa terdengar oleh tetangga rumahnya. Dua buah jepitan yang lain digunakannya untuk menjepit testisku. Tidak sesakit jepitan di putingku, namun aku khawatir perbuatannya padaku bisa menyebabkan kerusakan permanen pada alat kelaminku itu. (pada saat itu aku belum begitu mengerti akan hal ini).
Setelah selesai Ibu Anna meninggalkanku lagi. Rasa sakit akibat jepitan itu berangsur-angsur berkurang. Saat itu kuperirakan sekitar pukul 12:00 – 13:00, matahari sedang terik-teriknya menyiram tubuh telanjangku. Kakiku sudah mulai terasa pegal karena lama berdiri. Aku sudah mencoba untuk berjongkok, namun tampaknya tali yang membelit leherku dikaitkan ke sesuatu di tiang itu sehingga memaksaku untuk terus berdiri. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhku
Sudah sekitar 2 jam aku berada dalam keadaan seperti ini sampai akhirnya aku melihat Ibu Anna. Dengan santai dia berjalan ke arahku. Tanpa mengucapkan sepatah kata, dia membuka ikatan pada kakiku. Kemudian dia melepaskan jepitan pada testisku, seketika itu juga aku merasakan perih sekali pada bagian yang tadi dijepit. Dia melihat ke arah penisku yang lemas, dengan perlahan tangannya mengusap penisku.
Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk membuat penisku ereksi, lalu dia mulai mengocok penisku dengan cepat. Ibu Anna belum menghentikan perkerjaannya sampai penisku benar-benar tegang. Pada saat itulah dengan tiba-tiba dia menghentikan pekerjaannya.
Dengan cepat tangannya mengambil tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku, lalu digunakannya tali itu untuk mengikat pangkal penisku. Ibu Anna mengikatnya dengan kuat, dapat kulihat testisku mengelembung akibat ikatan tali itu. Aku hanya merasakan sakit yang tidak seberapa akibat ikatan itu, hanya saja aku menjadi penasaran akan apa lagi yang akan diperbuat olehnya. Tangan Ibu Anna dengan cepat melepaskan jepitan pada kedua putingku. Dengan menggigit celana dalam yang menyumpal mulutku aku mencoba menahan rasa sakit pada putingku. Dapat kurasakan butiran air mata meleleh di kedua pipiku. Baru setelah itu Ibu Anna membuka ikatan pada tangan dan leherku.
Dengan cepat Ibu Anna menuntunku masuk ke dalam. Dia kembali membawaku ke kamarnya. Dengan kasar tubuhku didorong ke ranjangnya. Seperti kesetanan Ibu Anna melepaskan semua pakaiannya dengan cepat, setelah itu langsung menindih tubuhku. Tangannya menggenggam batang penisku yang sejak tadi terus ereksi, akibat ikatan tali itu. Tanpa ba bi Bu lagi Ibu Anna memasukkan batang penisku ke vaginannya...
0 Komentar