“Yang bener” tanyanya memastikan
“Abis bodinya Helen seksi sich, rajin fitness ya”
“Iya, ini akibat latihan fitness”
“Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar” ajak Helen tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali
Tiba-tiba HP Helen berdering, dan Helen menjawab HP-nya sambil duduk di sofa Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu Sungguh pemandangan yang indah sekali Setelah Helen menutup HP-nya, Helen menatap saya dengan pandangan yang lain
“Ada apa Helen?” tanya saya sambil duduk di sampingnya
“Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta” jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya
“Lho, kok cepat sekali” tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan
“Biasa, panggilan dari bos besar ” jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra
“Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah”
“Hadiah apa, pasti asyik nih?” celoteh Helen penasaran sambil menatap saya serius
“Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman”
“Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat” celotehnya sambil nyengir
“Lho, ini khan ada rasanya” jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus
“Geli tau ” tolaknya manja
“Lama-lama enak kok” rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Helen merasakan rangsangan
“Jang An Ndi Kamu Nakal ” sentak Helen sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Helen
Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah Beberapa saat Helen masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya
“Mmh ” guman Helen karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas
“Sst Jann Ngan Sst ” celotehan dan sedikit rintihan Helen membuat saya tahu bawah Helen sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah
“Aduh Sst Ndi Pelan-pelan ” rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya
“Abis bodinya Helen seksi sich, rajin fitness ya”
“Iya, ini akibat latihan fitness”
“Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar” ajak Helen tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali
Tiba-tiba HP Helen berdering, dan Helen menjawab HP-nya sambil duduk di sofa Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu Sungguh pemandangan yang indah sekali Setelah Helen menutup HP-nya, Helen menatap saya dengan pandangan yang lain
“Ada apa Helen?” tanya saya sambil duduk di sampingnya
“Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta” jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya
“Lho, kok cepat sekali” tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan
“Biasa, panggilan dari bos besar ” jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra
“Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah”
“Hadiah apa, pasti asyik nih?” celoteh Helen penasaran sambil menatap saya serius
“Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman”
“Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat” celotehnya sambil nyengir
“Lho, ini khan ada rasanya” jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus
“Geli tau ” tolaknya manja
“Lama-lama enak kok” rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Helen merasakan rangsangan
“Jang An Ndi Kamu Nakal ” sentak Helen sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Helen
Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah Beberapa saat Helen masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya
“Mmh ” guman Helen karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas
“Sst Jann Ngan Sst ” celotehan dan sedikit rintihan Helen membuat saya tahu bawah Helen sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah
“Aduh Sst Ndi Pelan-pelan ” rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya
0 Komentar