Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Bu dosen dan pembantunya full episode

Seperti telah kuceritakan di bagian
sebelumnya, Senin, Rabu dan Jumat
adalah jadwalku mengajar Sari dan
Rina. Karena rumah Rina lebih dekat,
maka Sari yang datang ke rumah
Rina. Ibu Rina adalah orang Menado.
Bapaknya orang Batak. Kedua orang
tuanya berada di Surabaya. Dia disini
tinggal berdua saja dengan kakak
perempuan tertuanya yang kerja di
Bank. Mengontrak rumah mungil di
daerah Cipete. Sedang kedua orang
tua Sari adalah asli orang Tasik.
Keduanya cantik. Tinggi tubuhnya
hampir sama. Rina orangnya putih,
agak gemuk dan sedikit banyak
omong. Sedang Sari hitam manis,
cenderung pendiam dan agak kurus.
Singkat cerita, setelah beberapa kali
mengajar, aku tahu bahwa memang
si Rina kurang bisa konsentrasi.
Konsentrasinya selalu pecah. Ada
saja alasannya. Berbeda dengan Sari.
Bahkan kadang-kadang matanya
menggoda nakal memandangku.
Mungkin kalau tidak ada Sari, sudah
kuterkam dia. Pakaiannya pun
kadang-kadang mengundang
nafsuku. Celananya pendek sekali
dengan kaos oblong tanpa BH.
Berbeda sekali dengan Sari. Sari
memang pendiam. Kalau tidak
ditanya, dia diam saja. Jadi kalau
tidak tahu, dia malu bertanya. Tetapi
dari pengalamanku, aku tahu kalau
Sari ini mempunyai nafsu yang besar
yang terpendam.
Suatu saat aku datang mengajar ke
rumah Rina. Seperti biasa kalau jam
belajar, pintu depannya tidak
dikunci, jadi aku bisa langsung
masuk. Kok sepi..? Pada kemana..?
Aku kebingungan, lihat sana dan sini
mencari orang di rumah itu. Aku
langsung ke dapur, tidak ada siapa-
siapa. Aku memang biasa dan sudah
diizinkan berkeliling rumahnya. Mau
masuk kamarnya, aku takut karena
belum pernah. Lalu aku duduk di
ruang tamu, sambil buka-buka buku
mempersiapkan pelajaran.
Samar-samar aku mendengar suara
mendesah-desah. Aku jadi tidak
konsentrasi. Kucari arah suara itu.
Ternyata dari kamarnya Rina.
Kutempelkan telingaku ke pintu.
Setelah yakin itu suara Rina, kucoba
memutar pegangan pintunya,
ternyata tidak dikunci. Kubuka
sedikit dan kuintip. Ternyata dia
sedang masturbasi di tempat
tidurnya. Tangan kirinya meremas-
remas susunya, tangan kanannya
masuk ke dalam roknya. Wajah dan
suara desahannya membuatku
terangsang. Aku masuk pelan-pelan,
dia kaget sekali melihatku.
Tangannya langsung menarik
kaosnya menutupi susunya.
Wajahnya merah padam karena
malu.
“Ehh.. ee.. Masss.. suss..,
ssuuddaaahh laammaaa..?”
tanyanya terbata-bata.
Karena aku sudah terangsang dan
sudah yakin sekali kalau dia pun
mau, langsung kulumat bibirnya.
Mulanya dia kaget, tetapi tidak lama
dia pun balik membalas ciumanku
dengan ganasnya. Tanganku pun
langsung masuk ke dalam kaosnya,
mencari bukit kembarnya. Kuraba-
raba, kuremas-remas kedua bukitnya
bergantian. Tidak sekenyal dan
sekeras punyanya Sara atau Ketty.
“Aaahhh.., Masss.., mmm..,
aaahhh..!” desahnya.
Karena cukup mengganggu,
kuangkat lepas kaosnya.
Terpampanglah kedua bukit
kembarnya. Putih bersih dengan
puttingnya merah muda yang
menonjol indah. Kurebahkan dia,
kuciumi kedua bukit kembarnya
bergantian.
“ Ahhh.., Mass..! Teruuuss Masss..!
Aahhh.., ooohhh… Hissaaappp..,
Masss..!”
Langsung kukulum-kulum dan
kuhisap-hisap puting susu kanannya,
sedang yang kiri kuremas-remas.
“ Aaahhh.., ooohhh.., Mass
eenaaakkkk.., Mass yang
keeraasss.. !”
Tangannya sekarang tidak mau
diam, mulai memegang batang
kejantananku yang sudah tegang
dari luar celanaku. Tanganku pun
mulai masuk ke dalam roknya.
Astaga. Dia tidak memakai celana
dalam. Kucari-cari kaitan roknya,
resletingnya, lalu kuplorotkan
roknya. Terpampanglah tubuh indah
putih di hadapanku. Kucium
perutnya, naik lagi ke susunya
begitu berulang-ulang. Kepalanya
bergolek ke kiri dan ke kanan.
“ Auwww.., Maasss..!
Aaaddduuuhhh.., ooohhh..!” dia
menikmati sensasi yang kuberikan.
Kira-kira tiga menit, tiba-tiba dia
bangkit. Melepas kaosku,
menurunkan celana serta celana
dalamku sekalian. Aku didorongnya.
Batang kejantananku yang sudah
menegang langsung berdiri di
hadapannya.
“ Kamu nakal yaa.., berdiri tanpa
izin..!” katanya kepada
kemaluanku.
Langsung dikocok-kocok, diurut,
dipijat oleh tangannya.
“ Aaahhh… Riiinnn.. Dari tadi
keekk..!” kataku protes.
Lalu dia mulai mengulum senjataku.
Lalu kakinya memutar
mengangkangi wajahku. Aku tahu
maksudnya. Sekarang, ada bibir
kemaluan indah di hadapanku.
Langsung kulahap. Kujilati seluruh
permukaan liang keperawanannya.
“ Sudah basah sekali ini orang..!”
pikirku.
Setiap aku menyentuh kelentitnya,
dia berhenti menyedot batang
keperkasaanku.
Lalu dia melepaskan penisku, berdiri,
lalu jongkok tepat di atas alat
vitalku.
“ Bukan main..! Masih kelas 2 SMP
kok sudah begini hebat
permainannya.. !” batinku,
“Umurnya paling-paling sebaya
Sara, 13 tahunan.”
Dia pegang senjataku, dipaskan ke
lubangnya, lalu dengan sangat
perlahan dia berjongkok.
“ Aaahhh..!” desisku saat kepala
kemaluanku ditelan liang
kenikmatannya.
Masih sempit. Sangat perlahan dia
menurunkan pantatnya. Penetrasi ini
sungguh indah. Matanya terpejam,
tangannya menekan dadaku. Dia
menikmati sekali setiap gesekan
demi gesekan.
“ Aaahhh.., ssshhhssshhh..!”
desahnya.
Setelah seluruh batang kemaluanku
masuk, terasa olehku kepala
kejantananku menyentuh rahimnya.
Didiamkan sebentar sambil dikedut-
kedutkan urat kemaluannya.
“ Aaahhh.., Riiinnn… eeennnaaakkk
sseeekkkaallliii..!”
Lalu perlahan-lahan dia mulai
menaik-turunkan pantatnya.
Susunya bergoyang-goyang indah.
Kuremas-remas keduanya.
“ Aa.., ah.., ahh.., ooohhh..,
sshshshsh.., shhh..!”
Lama-lama semakin cepat. Tidak
lama kemudian dia menjepitkan
kakinya ke pantatku sambil
tangannya meremas dadaku dan
menekan pantatnya agar masuk
lebih dalam.
“Massss.., aakkkuuu..
uuuddddaaahhh… aaahhh..!”
desahnya tidak menentu.
“ Syurrrr… ssyyuurrr…” cairan
hangat menyelimuti kepala batang
kejantananku.
Dia rebah ke atas tubuhku. Aku yang
belum sampai, langsung
membalikkan badannya. Langsung
kegenjot dia secepat mungkin.
Karena liang senggamanya sudah
basah, maka daya cengkramnya
menurun. Sehingga aku harus lama
memompanya.
“ Maasss.., uuuddaaahhh..!
Aaakkkuuu eenggaaakkk
taahhhaannn..!Adduuuhhh.. Mmass..!
Geeellii.. !” teriaknya.
Dia berkelojotan, susunya
bergoyang-goyang. Kuremas-remas
keduanya dengan kedua tanganku.
Aku tidak peduli, terus saja kugenjot.
Sampai akhirnya, “Aaahhh..,
Rriiinnn.. Maasss… ssaammmpeee…
aaahhh..!” desahku yang diikuti
dengan, “Croottt.., croottt..,
croottt..,” empat kelompok cairan
spermaku memuncrat di liang
senggamanya.
Aku langsung ambruk ke dadanya.
Setelah reda nafasku, kupeluk dia
sambil berguling ke sebelahnya.
Kucium keningnya. Kudekap dia lebih
rapat. Batang keperkasaanku masih
tertancap di liang kenikmatannya.
“ Terima kasih ya Riinnn..!”
“Sama-sama Maasss..!”
“Riinnn.., maaf ya..? Mas mau
tanya.., Tapi Rina jangan marah
yaaa.. ?”
“Rina tau apa yang Mas mau tanya.
Memang Rina udah sering beginian
sama pacar Rina. Tapi sudah 2 bulan
ini putus, jadi Rina sering masturbasi
seperti yang Mas liat tadi. ”
jawabnya enteng sekali.
“ Oooo..”
“Mas adalah orang kedua yang
meniduri Rina setelah pacar Rina.”
Mass.., Rina khan belajarnya sama
Sara. Sara banyak cerita ke Rina
tentang hubungan Sara sama Mas…
Kata Sara, Mas hebat.., Rina jadi
kepengiiiinn banget hubungan sama
Mas..!”
“Kapan Rina pertama kali
hubungan dengan pacar Rina..?”
“Udah lama Mas.., kira-kira waktu
Rina kelas satu dulu. Rina
kecolongan Mass.., tapi setelah tau
enaknya, Rina jadi ketagihan.”
“Ooo.”
“Si Sari kok enggak dateng..?”
“Tadi siang Aku bilang ke Dia, hari
ini enggak belajar, karena Aku
pengiinn banget ngentot sama
Maass.. Habis.. gatel sssiiiihh..!”
katanya sambil mengedut-
ngedutkan liang kewanitaannya.
Penisku serasa dipijat-pijat. Kucabut,
lalu keluarlah cairan kental putih dari
liang senggamanya. Lubang
kenikmatannya kubersihkan dengan
kaosnya, lalu batang kejantananku
pun kulap.
“Sekarang mau belajar..?”
tanyaku.
“ Kayaknya enggak deh Mas. Kasian
khan Sari ketinggalan.”
“Ok deh. Mas sebetulnya juga ada
perlu di rumah. Mau bantuin bapak
betulin mobil orang. Besok mau
diambil. ”
“Iya deh Mass.. Terima kasih ya..!”
Lalu kucium pipinya. Aku bangkit ke
kamar mandi dengan telanjang bulat
sambil menenteng pakaianku. Kamar
mandinya ada di ruang
tengah. ”Massss…” panggilnya
saat aku akan keluar
kamarnya. ”Apa..?””Besok lagi.
Datangnya jam tigaan aja Mass. Si
Sari datangnya paling jam 4 kurang,
jadi kita bisa puas-puasin dulu.. !”
“Iyaaa deeehhh.., tenang aja.”
kataku sambil keluar kamar.
Begitulah setiap sebelum mengajar,
aku menggarap Rina sepuasku.
Begitu pula dengan Rina. Dia
nafsunya sangat besar. Tetapi
kemaluannya tidak begitu menjepit.
Sebenarnya itu bukanlah masalah
buatku. Sejak aku tidak bisa
berhubungan dengan Sara lagi, aku
cukup puas berhubungan dengan
Ketty dan Rina.
Suatu saat, ketika melihat perubahan
atas sikap Sari kepadaku. Dia sering
mencuri pandang ke arahku. Aku
tidak tahu sebabnya, tetapi setelah
selesai belajar, saat kujalan bersama
dengan Sari, Sari bercerita kepadaku.
“Mas.. Sari tahu lhooo.. Hubungan
Rina sama Mas…”
“Lho.., Sari tahu dari mana..? Apa
Rina cerita..?” tanyaku kaget.
“Enggak. Waktu Sari datang lebih
awal, kira-kira jam tiga seperempat,
Sari masuk rumah Rina, Sari denger
Rina teriak-teriak di kamar, kupikir
Rina khan udah putus sama
pacarnya..? Lalu Rina sama siapa..?
Terus Sari intip. Eeehhh enggak
taunya sama Mas Pri..!”
“Terus..?”
“Terus.., ya Sari keluar aja, takut
ketahuan. Terus Sari nongkrong di
tukang bakso depan. Kira-kira jam
empat kurang, Sari masuk lagi. ”
“Terus..?”
“Yaa.., udah gitu aja..!”
Hening sesaat waktu itu, kami sibuk
dengan pikiran kami masing-masing.
“ Sari pernah enggak yaa..?”
batinku.
“ Tanya, enggak, tanya, enggak.
Kalo kutanya, Dia marah enggak ya..
Ah bodo, yang penting tanya dulu
aja …”
“Eng.., Sari pernah enggak..?”
“Pernah apa Mas..?”
“Ya.., seperti Sara atau Rina..?”
“Belummm Mmassss..!” jawabnya
malu-malu dan wajahnya merah
padam.
Ternyata dia tidkak marah. Benar
dugaanku, nafsunya besar juga.
“ Sari mau..?”
Dia diam saja sambil menunduk. Pasti
mau lah.
“ Sari udah punya pacar..?”
“Beluumm Mass.., abis dilarang
sama Bapak Ibu.”
“Yaa.., jangan sampe ketahuan
doonng..!”
Lalu kami berpisah. Karena Sari harus
naik bis ke Blok A. Sedangkan aku
naik bis arah Pondok Labu. Di bis aku
berpikir, gimana caranya
mendapatkan Sari.
“ Aku harus memanfaatkan
Rina..!” pikirku.
Besoknya sebelum belajar bersama,
saat aku bercumbu dengan Rina,
kubilang ke Rina kalau Sari sudah
tahu hubungan kita. Aku minta
bantuannya untuk memancing nafsu
si Sari. Tadinya aku pikir Rina akan
menolak, ternyata jalan pikiran Rina
sudah sangat moderat. Dia
menyanggupinya. Karena Sari sudah
tahu, untuk apa ditutup-tutupi
katanya.
etika sedang belajar bersama, aku
coba pancing nafsu Sari dengan cara
kududuk di sebelah Rina. Aku
rangkul Rina, kucium pipinya,
bibirnya dan kuraba dadanya. Rina
saat itu memakai kaos tanpa BH. Rina
membalasnya. Lalu kudorong dia
agar tiduran di karpet. Kami saling
bergumul. Melihat hal itu, Sari kaget
juga. Dia menutupi wajahnya. Karena
selama ini kami berhubungan diam-
diam. Tidak pernah secara terang-
terangan. Kali itu kami berbuat
seolah-olah tidak ada orang lain
selain kami berdua, untuk
memancing nafsu Sari.
Perbuatan kami semakin memanas.
Karena Rina sudah telanjang dada.
Lalu Rina menurunkan celana
pendeknya. Dia langsung bugil
karena tidak memakai celana dalam.
Aku pun tidak tinggal diam, kulepas
semua pakaianku. Kugeluti dia. Lalu
kami mengambil posisi 69. Rina di
atas. Kami saling menghisap.
“ Aaahhh.., Mmasss.., sshshshs…
Masss.. enaaakkk Mass.., ooohh..!”
desah Rina dibesar-besarkan.
“ Ohhh.. Riiinnn… hisap yang
kuaattt Riinnnn..!” desahku juga.
Kulihat Sari sudah tidak menutupi
wajahnya lagi.
Kira-kira lima menit saling
menghisap, Rina berdiri memegang
batang kemaluanku dan
mengarahkan ke liang senggamanya
yang sudah tidak perawan lagi.
Menurunkan pantatnya dengan
perlahan.
“ Bless..!” langsung masuk
seluruhnya.
“ Aaahhhh… Maasss.., aaahhh..,
ssshhh.., aaahhh..!” desahnya.
Lalu dengan perlahan dinaik-
turunkan pantatnya. Pertama-tama
perlahan. Makin lama semakin cepat.
“ Aahh.. ooohhh.., sh.. sh.. ooohhh…
Iiihhh..!” erangnya.
Kulirik Sari, dia memandangi ekspresi
Rina. Sepertinya dia sudah
terangsang berat. Karena wajahnya
merah padam, nafasnya memburu.
Tangannya memegang dadanya.
Gerakan Rina semakin tidak
terkendali. Pantatnya berputar-
putar sambil naik turun. Kira-kira 10
menit, aku rasakan liang kewanitaan
Rina sudah berkedut-kedut. Dia mau
sampai klimakasnya. Dan akhirnya
pantatnya menghujam batang
keperkasaanku dalam sekali.
“ Aaahhh.. Masss… Akuuu…
sammmpppeee.. Maasss..!”
“Syuuurr… syurrr..” kehangatan
menyelimuti kepala senjataku.


Posting Komentar

0 Komentar