Stopp Ditthh sshh"
Dia tidak mempedulikan perkataanku. Karena posisi ibu jari semakin susah makanya dia menguatkan elusan-elusan yang di bibir memekku, mulutnya kadang menggigit pantatku, kadang menjilat-jilat pantatku, sambil terus mengikuti aku naik. Dan akhirnya karena sulit, satu tangan kirinya yang mengelus-elus dimemekku, dengan jari tengah dan jari telunjuknya bermain. Tangan kanannya kadang memukul-memukul pelan dipantatku. Aku yang sudah benar-benar blingsatan gara-gara Didit memainkan memekku terus berteriak-teriak.
"Diditt aanjinggss.."
Akhirnya aku sampai juga di depan kamarku yang pintunya terbuka dengan AC yang selalu menyala. Aku mencoba untuk bangkit dengan memegang kusen pintu kamarku. Dengan posisi sedikit membungkuk aku menghadap ke dinding. Didit langsung menarik kedua kakiku dan merenggangkannya, agar dengan leluasa mulutnya bisa beraksi lagi di itilku. Lidahnya bermain di itilku, jari-jari tangannya memegang dan meremas pantatku. Lidahnya juga sesekali menjilat bibir memekku. Mungkin karena gemas melihat itilku itu, dia menyedot terlalu kuat dan..
"Aahh Ditt, Tante nggak kuatthh.."
Aku hampir tidak kuat menahan tubuhku sendiri karena kenikmatan yang diberikan Didit membuat kedua lutut Tante lemas hampir sedikit lagi menyentuh lantai kamarku. Karena posisinya dibawah memekku, lidahnya mencoba masuk ke lubang memekku dan digoyangkan kekanan dan kekiri. Sesekali dia mengecup-mengecup itilku.
"Tantthhee keluaarr ss.. oohh.."
Tubuhku mengejat-mengejat dan aku berteriak nyaring sekali. Kemudian aku jatuh ke lantai karena tidak kuat menahan tubuhku sendiri. Tampaknya Didit tidak peduli dengan teriakkanku, justru dia semakin menyedot kuat di lubang memekku. Arus gelombang orgasme yang begitu nikmat aku rasakan hingga pipiku tergeletak di lantai.
"Aahh Ddiitt ss..."
Kedua tangannya menahan pantatku agar tetap diatas, agar supaya mulutnya dapat menghisap cairan yang dikeluarkan oleh memekku. Dia juga menggoyang-goyangkan mulutnya dimemekku. Kedua jari tanganku mencengkram erat merasakan kenikmatan yang beda dari Didit dibanding kemarin.
"Aahh Dittsshh"
Kedua mataku terpejam erat melambungkan angan-anganku ke dunia impian lain. Tubuhku benar-benar dibuatnya lemas sekali hingga tidak berdaya saat itu. Dia masih terus memainkan memekku sambil itilku dijilat-dijilat dengan lidahnya. Kadang-kadang dia menyedot-nyedot kecil itilku yang mungil itu. Pantatku akhirnya terjatuh juga ke lantai dan tangan kiriku berusaha menggapai kepalanya yang ada hadapan di memekku.
"Sini Dit.." suaraku begitu lemas.
Sebelum mencapai wajahku dia menyempatkan untuk mengecup kedua tetekku.
"Dit.." aku berbisik manja.
"Yahh Tante.."
"Bawa Tante ke ranjang ya.." sambil tersenyum melihat wajahku yang letih karena telah mencapai kenikmatan.
"Tante nggak kuat jalan nih.." jantungku berdebar-berdebar terus karena terlalu letihnya.
"Ok Tante.." dia pun mulai membungkukkan tubuhnya.
Tangan kirinya meraih leherku yang jenjang, sedangkan tangan kanannya meraih kedua pahaku yang mulus. Sebelum dia meraih pahaku yang mulus itu dia menyempatkan mengelus memekku sambil berkata, "Dasar memek cina ini manja yah.."
Akhirnya dia mengangkat tubuhku yang lemas karena kenikmatan surga dunia. Sambil berjalan dia mengecup pelan bibirku yang ranum itu.
"Tapi suka kan Dit sama memek cina.." aku yang masih berpakaian lengkap itu tersenyum lemah.
"Suka sekali Tante.." sambil memandangi wajahku lalu kebawah melihat tetekku.
"Ayo Dit baringin Tante di ranjang"
Tak lama kemudian tubuhku terbaringkan lemas dan dibiarkan sejenak untuk istirahat. Dia tetap berdiri terus sambil memperhatikan sekujur tubuhku.
"Dit.. Jangan bengong dong.. Sini baring disebelah Tante.. Tante mau tidur dulu.. Temenin Tante ya Dit"
Tangan kiriku menepuk-nepuk ranjang bagian kiri yang kosong. Kemudian dia langsung berbaring disebelah kiriku lalu memeluk tubuhku dengan mesra. Tangan kanannya tidak sengaja berada pas diatas tetek ku. Aku yang sudah lemah itu ingin tidur diatas tubuhnya. Akhirnya aku berguling menindih tubuhnya sambil memeluknya erat sekali seakan-seakan tidak ingin berpisah. Ini tidak pernah aku lakukan terhadap suamiku sendiri. Posisi seperti itu membuat tetekku terjepit antara dadanya dan dadaku.
"Dit.. Tubuh Tante nggak beratkan?" bisikku di telinga kanannya.
"Nggak Tante.. Nggak berat-berat amat kok.. Didit masih kuat nahan tubuh Tante yang sexy ini" jawabnya sambil tersenyum.
Dia kemudian mencari bibirku yang ranum tetapi aku menghindar dari bibirnya dan mengecup kening Didit cukup lama.
"Tante tidur dulu ya Dit.."
Akhirnya aku tertidur menindih tubuhnya sambil berpelukan erat dengan pakaian yang masih membalut tubuhku serta sepatu boot yang baru kali ini naik ke tempat tidurku
0 Komentar