Melihat keadaanku, bisa dikatakan Ibu Anna memperkosa diriku. Dia menunggangiku seperti kuda liar. Gerakannya cepat dan kasar. Sementara Ibu Anna berteriak-teriak keenakan, aku berteriak kesakitan. Ikatan pada pangkal penisku semakin menyiksaku akibat perbuatannya. Aku mencoba menggunakan tanganku untuk mendorong tubuh Ibu Anna, namun tanganku dengan mudah dapat dipegangnya. Seakan tidak bertenaga sama sekali, tanganku yang dipegangnya tidak dapat berbuat apa-apa. Melihat hal itu aku hanya bisa pasrah saja dengan perbuatan Ibu Anna pada diriku.
Sudah sekitar sepuluh menit Ibu Anna menunggangiku, selama itu pula tidak henti-hentinya aku memohon padanya untuk menghentikan perbuatannya, namun seperti bicara dengan tembok saja layaknya, Ibu Anna tidak menyahuti setiap perkataanku. Bunyi berkecipakan dan bunyi akibat benturan tubuhnya dengan tubuhku, serta teriakan kami seakan-akan saling sahut menyahut.
Tubuh Ibu Anna sudah dipenuhi oleh peluh, bahkan keringatnya sampai menetes-netes ke dadaku.
Tak lama dapat kurasakan jepitan vaginanya pada penisku mengencang, disertai teriakannya dia menghentikan perbuatannya dengan tiba-tiba. Kedua matanya terpejam dan mulutnya mengatup rapat seperti sedang menahan sesuatu, kedua tangannya memainkan kedua buah dadanya. Hampir selama 1 menit Ibu Anna dalam keadaan demikian. Aku menebak dia sedang mengalami orgasme. Sedikit banyak aku merasa agak lega, karena sepertinya penyiksaanku akan segera berakhir. Nampaknya harapanku menjadi kenyataan ketika kulihat Ibu Anna beranjak berdiri dari tempatnya kemudian dia berjalan ke arah rak di sampaing ranjang. Dengan susah payah aku mencoba untuk duduk.
Aku duduk diam sambil mencoba untuk mengumpulkan tenaga yang tadi terkuras habis. Tak lama aku mendengar suara lagu house music yang disetel keras, yang tampaknya disetel Ibu Anna. Tiba-tiba aku merasakan dia sudah ada di sebelahku, dengan sekali dorong, aku kembali ke posisi seperti tadi. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi, namun aku sudah tidak mempunyai tenaga untuk memprotes, apalagi untuk bergerak dengan memejamkan mata aku menunggu apa yang terjadi padaku.
Dengan bantuan music yang menhentak-hentak, Ibu Anna kembali ‘menunggangiku’ dengan beringas. Tangannya sesekali menampar pipiku dan juga menjepit putingku dengan keras. Namun tampaknya keadaanku sudah benar-benar payah sehingga untuk berteriakpun tidak mampu. Aku meraskan tangannya menekan pipiku, memaksa mulutku membuka, kemudian tanpa kuduga Ibu Anna meludah ke dalam mulutku...
0 Komentar