Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

BUDAK SEX BU ANA #9


Aku dapat merasakan ikatan kakiku dibuka olehnya, “Jika kamu berani bertindak bodoh siap-siap saja terima hukuman lagi” ancamnya padaku. Setelah itu dengan cepat dia melepaskan celana jeans dan juga celana dalamku. Ibu Anna menjambakku dan menarikku untuk mengikutinya.

Aku dapat merasakan kakiku menginjak lantai yang basah, sepertinya Ibu Anna membawaku ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Aku didorongnya hingga terjerembab di lantai kamar mandi itu. Ibu Anna kemudian menyiramku dengan air. Setelah tubuhku basah semua, dia kembali mencambukiku. Aku berguling-guling di lantai kamar mandi itu untuk menghindari pukulannya. Perbuatanku tampaknya makin membuat Ibu Anna berang.

“Bangsat! Dasar anjing tidak tahu diri!” bentaknya keras padaku.

Tidak pernah kubayangkan Ibu Anna bisa berkata seperti itu. Aku mencoba untuk berdiri, namun tangan Ibu Anna menjambak rambutku dan kembali menghempaskan aku ke lantai. Aku terjatuh teletang di lantai.

“BUKK!”

Sebuah tendangan mendarat tepat di perutku. Aku terbatuk-batuk, namun karena mulutku tersumbat akibatnya malah aku tersedak. Jika saja tidak ada sumpal di mulutku aku pasti sudah memuntahkan isi perutku.

“Pelajaran buat kamu.. Jangan pernah mencoba melawan.. Mengerti?” kata Ibu Anna padaku. Salah satu kakinya menekan testisku

Dengan lemah aku mengangguk. Kakinya masih “memainkan” testisku. Aku kesakitan, namun tidak memberontak sedikitpun. Tangan Ibu Anna memegang pergelangan kaki kananku. Dia menariknya kesamping lalu mengikatnya, lalu ujungnya diikatkan ke suatu tempat. Ibu Anna lalu melakukannya dengan kakiku yang satu lagi. Kedua kakiku terpentang lebar ke kiri dan kanan. Agak sakit juga kakiku dipentangakan demikian lebar. Aku mencoba menggerakkan kakiku, namun kakiku sama sekali tidak bergerak sedikitpun. Ibu Anna benar-benar kuat mengikat kedua kakiku.

Keadaanku benar-benar mengenaskan. Mataku tertutup oleh BH hitam yang tadi masih dikenakan Ibu Anna, bahkan wanginya masih dapat kurasakan sekarang. Mulutku disumpal oleh celana dalamnya yang habis dikenakannya, lalu diikat dengan tali. Tanganku masih terikat kebelakang, tertindih oleh tubuhku. Kemeja yang tadi kukenakan sudah basah kuyub dan masih tersangkut di pergelangan tanganku. Yang lebih parah kedua kakiku dipaksa merentang lebar oleh ikatan tali sampai pantatku sedikit terangkat dari lantai kamar mandi itu. Dan tentunya Ibu Anna bisa melihat dengan jelas seluruh tubuhku, termasuk juga alat-alat kelaminku.

Sekali renggut Ibu Anna membuka penutup mataku. Tubuhnya masih telanjang bulat seperti tadi. Keringat mengalir deras ditubuhnya. Salah satu tangannya membawa ikat pinggang kulit. Tampaknya benda itu yang dia pakai untuk mencambukiku. Penisku yang sudah lemas kembali mengeras melihat pemandangan di depanku. Ibu Anna kemudian mengeluarkan celana dalam dari mulutku, namun masih membiarkan ikatan talinya. Bahkan Ibu Anna memperkuat ikatan tali itu. Mulutku sampai dipaksa mengaga karena ikatan tali itu.

Ibu Anna mendekatiku. Wajahku terletak tepat di bawah kedua kakinya. Dengan perlahan dia menurunkan pinggulnya sampai vaginannya menempel tepat dimulutku yang terbuka. Dapat ku cium aroma keras dari vaginanya.
Kedua pahanya ada di sisi kiri kanan kepalaku dan menekan kepalaku dengan keras membuat kepalaku tidak dapat bergerak sedikitpun. Ibu jari dan telunjuknya menjepit hidungku, sehingga mau tidak mau aku bernafas melalui mulut. Dan pada saat itulah aku merasakan air menyembur ke dalam mulutku. Tanpa dapat kutahan aku menelan cairan itu. Aku tahu bahwa itu adalah air kencing Ibu Anna. Aku berusaha tidak menelannya, namun tak lama kemudian aku sudah kehabisan nafas. Dengan tersedak-sedak aku menelan air kencing itu.

Aku benar-benar terhina dengan perlakuan Ibu Anna. Aku menelan air kencing itu agar aku dapat bernafas dengan mulutku, namun seakan tidak pernah berakhir Ibu Anna masih terus mengeluarkan air kencingnya. Aku terus-menerus menelan dengan cepat cairan itu. Pandangan mataku perlahan-lahan menjadi gelap. Dadaku serasa panas terbakar. Ketika aku sudah hampr pingsan baru Ibu Anna menghentikannya..

Posting Komentar

0 Komentar